Bagaimana bisa aku menolak maaf dari seorang pria dengan pancaran mata penuh kelembutan. Itu adalah kelemahan ku.
-Assalamualaikum Ketua Rohis-
-----
"Rey, kamu marah?" Tangan Raka memberhentikan jalan ku. Ia memegang pergelangan tangan ku.
Aku melirik tangan pria itu yang masih erat memegang pergelangan tangan. Biasanya jika seperti ini ada perasaan lain yang aku rasa. Tapi kali ini tidak. Rasa kesal itu membuncah hebat.
"Lepas" ku hentakan tangan ku hingga genggaman Raka terlepas.
Dari ekspresinya dia terlihat kaget. Aku tau. Ini pertama kalinya aku menunjukan kemarahan melalui tindakan.
"Rey, itu sudah lama. Perjodohan itu mungkin juga hanya candaan karena waktu kecil kami sangat akrab" katanya berusaha memberi penjelasan.
"Bagi kamu itu candaan tapi bagi Aida tidak. Kamu bisa lihat sendiri sikap dia ke aku"
Ada helaan nafas panjang lagi yang Raka keluarkan. Belum sehari kami sudah berdebat dua kali. Pernikahan macam apa ini. Aku tidak mengerti kenapa pernikahan kami rasanya sangat banyak terpaan.
Tatapan mata Raka menatap aku begitu lembut. Tidak ada tatapan mata tegas dan serius namun membuat aman. Terganti dengan tatapan lembut yang sampai dalam relung hati dengan pesan ketulusan ia menyesal.
"Ini yang buat aku tidak beritahu kamu. Kamu pasti akan kepikiran" lagi ia mencoba menjelaskan.
"Ini yang buat aku kesal ke kamu Raka" jujur ku langsung. "Kamu selalu menganggap semua ini mudah. Awalnya memang mudah tapi kamu yang buat ribet. Kamu tetap diam meski sudah lihat bagaimana sikap ketus Aida ke aku. Bagaimana pun aku ini keluarganya sekarang. Sesama keluarga aku harus bisa akur. Kamu tau dari tadi aku selalu berpikir apa salah aku ke Aida? Coba saja kamu cerita aku bisa berhenti berpikir dan akan tau apa yang harus aku lakukan" keluh kesah ku yang tertahan akhirnya keluar.
Halaman depan sisa kami berdua. Aidan telah melarikan diri dan mungkin sadar ini bermula dari ucapannya.
Raka tetap diam sementara aku berusaha menormalkan deru nafas kembali. Bicara panjang lebar dengan emosi ternyata sangat menguras tenaga.
"Reyna" katanya sangat lembut dengan tangan kanan berusaha meraih tangan ku.
"Aku salah tolong maafkan aku" ucapan maaf yang sangat tulus terdengar oleh telinga ku bersama tatapan lembut luar biasa dari pancaran mata seorang Raka.
"Aku belum bisa menjadi suami yang baik buat kamu tapi setelah ijab qobul aku selalu berjanji akan berusaha menjadi terbaik untuk kamu tapi mungkin aku belum bisa mencapai itu sekarang. Tolong maafkan aku" lanjutnya membuat satu air mata ku berhasil lolos.
Kenapa diwaktu seperti ini justru Raka menunjukan sisi lainnya. Dia menjadi sangat manis dan menjadi pria pemberani meminta maaf. Pancaran mata untuk pertama kalinya aku lihat begitu benar-benar meminta maaf. Jika begini aku tidak perlu mendapat sogokan dibawah jalan-jalan. Mata Raka terlalu tulus untuk aku tolak.
"Aku terlalu terbawa perasaan dengan sikap Aida. Aku kekanak-kanakan sekali, Raka" tunduk ku lesu karena merasa bersalah.
Awalnya aku mengatakan Raka salah tapi sekarang aku menuduh diri ku yang bersalah. Apa perempuan seperti ini semua? Setelah pria mengakui ia salah justru menjadi tidak tega dan menyalahkan dirinya kembali. Ini sangat memusingkan.
"Kenapa kamu menangis? Qeiza akan ketawa lihat kakak Reyna nya seperti ini. Kamu mau di ejek Qeiza cengeng?" Raka berusaha bercanda. Ia mengelus puncak kepala ku dan mengangkat kembali kepala ku sembari beradu mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)
Horor"Jodoh itu cerminan diri. laki-laki baik untuk perempuan baik, begitupun sebaliknya" sebuah kutipan yang aku ingat dari ucapan Pak Anwar. Benarkah? Lalu bagaimana ceritanya aku yang untuk label "salehah" ini masih perlu dipertanyakan bisa menikah de...