Kita Ini Kenapa?

5.3K 549 43
                                    

Kita itu aneh saling menjauh meski tau bahwa saling membutuhkan

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

Jadwal usbn berlangsung enam hari. Karena dalam sepekan sekolah hanya lima hari, maka hari terakhir usbn jatuh di hari Senin.

Ini hari Jum'at. Besok sekolah libur dua hari. Malam ini aku berencana untuk sekadar tiduran atau streaming film di YouTube. Apa yang bisa isikan kesongan ku ini jika orang rumah selain Raka berangkat ke Sumatera.

Tadi sore Papa harus kembali ke luar kota, tentu saja Mama ikut. Karena Senin aku masih usbn Mama tidak mau menitipkan Qeiza kepada aku atau Raka. Kata Mama, kami fokus saja dulu belajar.

Tentang, Raka. Aku sama sekali tidak berbicara dengannya satu pekan ini. Kecuali saat kami harus sarapan dan makan malam. Aku bersikap seperti biasa, banyak bicara seperti biasa, dan memanggil Raka makan seperti biasa. Setalah itu kami akan pamit naik ke lantai dua untuk belajar. Iya, Raka belajar di kamarnya dan aku belajar di kamar ku.

Belajar sendiri-sendiri saja dulu. Ingat kan.

Dengan belajar aku bisa lupa dengan Raka. Aku bisa lupa dengan jarak kasat mata yang terus membuat kami berjauhan. Jika waktunya kami baikan nanti akan baikan juga. Prinsip akhir ku seperti ini sekarang.

Headset sejak shalat isya tadi sudah aku pasang di telinga. Aku berdiri di balkon lantai dua untuk melihat pemandangan langit. Selain taman belakang maka tempat ini menjadi tempat kedua ternyaman untuk aku.

Burung sampaikan nada pilu
Angin terbangkan rasa sedih
Jemput bahagia diharinya
Berikan dia hidup

Tuhan terserah mau-Mu
Aku ikut mau-Mu Tuhan
Ku catat semua ceritaku
Dalam harianku

Lirik lagu catatan ku yang begitu aku senangi dari kecil mengalun melakukan headset. Aku menikmatinya dengan usapan-usapan angin malam.

Mata ku terpejam. Lagu catatan ku sudah hampir selesai dan berganti dengan lagu lain. Tapi musik yang terdengar tiba-tiba berubah membuat aku membuka mata kaget.

Ku pandangi posnel ku yang mendapat panggilan telfon masuk.

Bagas? Kernyit ku bingung.

Tidak berpikir lama aku langsung menerima panggilan telfon Bagas tanpa melepas headset yang ku gunakan.

"Assalamualaikum, kenapa, Gas?" Salam ku.

"Waalaikumsalam. Aku heran sama kamu kenapa suka banget diskon nama orang sih, Rey? Gas, Gas, berasa tabung elpiji" sungut Bagas protes atas panggilan ku tadi.

Kalimat Bagas tadi mengundang tawa kecil ku. Aku membayangkan wajah Bagas yang selalu marah saat ku panggil begitu. Tapi jangan salahkan aku, Bagas sendiri yang mempunyai nama seperti itu.

Bruk!

Suara pintu tertutup lumayan keras membuat aku menoleh ke belakang. Itu Raka baru saja keluar dari kamarnya. Aku sempat memandang dia sebentar. Hanya sebentar karena Bagas yang terus memanggil melalui telfon. Raka juga langsung berlalu ke lantai dasar.

"Tensi kamu tinggi ya? Dapat banget fell ketusnya" ejek ku.

Dengusan di seberang telfon sana terdengar. Aku semakin tertawa karena permulaan telfon Bagas malam ini.

"Serius, pasti kamu punya maukan makannya telfon aku?"

"Angka seratus emang cocok di sandingkan sama kamu, Rey" pujinya dan aku lagi tertawa.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang