Resolusi

7.6K 650 72
                                    

Jarak itu permainan
kalau kita berdekatan takut akan saling bosan tetapi kalau kita saling jauh takut untuk saling melupakan

-Assalamualaikum Ketua Rohis-

-----

Malam 31 Desember.

"Resolusi?" Tanyaku kembali kepada Aina.

Di seberang sana ia dengan semangat berdehem sambil terus menguyah makanan.

Keningku mengernyit berusaha memikirkan resolusi apa untuk tahun depan. Seingat ku rencana tahun depan sudah dari jauh-jauh hari aku siapkan. Ah bukan aku, tapi berdua dengan seorang Raka karena meski bagaimanapun aku harus meminta persetujuannya.

Ingatkan rencana kami untuk pindah ke Bogor? Hanya berdua. Entah kemasukan apa aku di hari itu mengiyakan saja ucapan Raka untuk kami berdua tinggal ke Bogor. Memang pada awalnya aku yang ingin ke sana tapi niat awal ku juga tidak ingin mengajak Raka.

Sudahlah, telanjur telah disepakati.

"Aku mau kuliah di Bogor" kataku berterus terang.

Suara keran air terdengar ribut dalam saluran telpon. Aina sedang apa sebenarnya? Dua jam kami menelfon ada begitu banyak keributan yang aku dengar.

"Kamu lagi apa sih satu hari ini, Ai?"

"Apa Rey?"

Kan dia selalu seperti kehilangan fokus. Ini kesekian kalinya gadis itu tidak mendengar apa yang aku katakan.

"Kamu sedang apa? Sedang sibuk? Aku tutup saja telfonnya kalau gitu"

"Eh, ngak" katanya dengan tawa. "Kamu percaya ngak Rey tentang hubungan jarak jauh?" Lagi pertanyaannya semakin aneh.

"LDR?" Aku mengubah telfon suara menjadi Videocall. Sepertinya aku tidak akan puas menelfon sambil mendengar perkataan aneh Aina malam ini tanpa melihat ekspresi gadis itu.

Aina mengangguk sedetik panggilan kami berubah. Gadis dengan mukena cokelat itu kembali memberiku pertanyaan yang sama.

"Memangnya kenapa? Kamu mau hubungan jarak jauh dengan seseorang?"

"Eh, ngak" lagi ia kembali menjawab dengan tertawa. Matanya tak ingin melihat aku dan aku yakin pasti dia sedang menyembunyikan sesuatu.

Aku tidak akan bertanya, mungkin saja apa yang ia sembunyikan memang bukan hak ku untuk mengetahui.

"Misal kamu sama Raka deh Rey dalam posisi tersebut. Kalian harus menjalin LDR, kamu bakalan sanggup?"

Kenapa aku harus hubungan jarak jauh dengan Raka? Kami kan akan pindah ke Bogor sama-sama. Dan terlebih aku belum pernah memikirkan hubungan seperti itu, untuk perpisahan mungkin pernah.

"Kamu tau nggak, Ai. Jarak itu permainan, kalau kita berdekatan takut akan saling bosan tetapi kalau kita saling jauh takut untuk saling melupakan. Jadi menurut aku tidak akan pernah ingin memikirkan persoalan jarak dalam hubungan. Nikmati saja setiap kejadiannya"

"Tau ah aku pusing" Aina merutuki diri sendiri sambil menenggelamkan kepala di bawah bantal. Ia terlihat sangat frustasi padahal ia salah satu orang paling ceria yang aku kenal.

"Kamu...."

"Sudah dulu, Rey. Ponsel ku lowbet" ia dengan cepat menutup panggilan telfon kami berdua.

Aku tak ingin menerka-nerka pikiran Aina. Jika ia ingin bercerita maka aku akan mendengarkan. Bukan karena kami mengaku bersahabat hingga aku harus memaksa dia untuk cerita. Akan ada ketidaknyamanan dalam hubungan kami nanti.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang