Sosok Yang Lari

7.4K 642 178
                                    

Kami yang sempat berpisah kini kembali mengukir kisah bersama

Terimakasih, waktu.

-Assalamualaikum Ketua Rohis-

-----

Pintu bel terdengar nyaring ke dalam rumah. Aku berlari kecil, bergegas membuka pintu ingin melihat siapa sang tamu di waktu masih terbilang pagi.

"Gandhi...." Jerit ku heboh ketika melihat bahwa pria itu berdiri dengan senyum lebar di depan pintu.

Ia terbilang santai, hanya memakai celana panjang dengan baju kaos hitam. Ah, jika ia berpergian dengan gaya sepeti itu maka akan banyak mata yang menatap. Aku yakin.

"Siapa, Rey?" Mama datang, aku bergeser untuk memberi Mama ruang melihat siapa yang datang.

"Gandhi" seru Mama juga tak kalah heboh. Tapi mungkin untuk Mama heboh karena terkejut mengapa Gandhi berkunjung saat masih pagi.

"Assalamualaikum, apa kabar Tante?" Salam Gandhi ramah sambil menyalami tangan Mama.

"Waalaikumsalam, baik. Ayo masuk" Mama mempersilahkan masuk dengan ramah seperti saat pertama kali bertemu.

Tak lama Raka juga ikut datang. Baru saja aku berdiri ingin memanggil dia ternyata justru ia yang datang sendiri. Wah, sangat hebat. Apa mungkin Raka punya insting seperti kucing yang tajam?

"Kamu mau pergi?" Kegemarannya yang selalu bertanya.

Aku langsung mengangguk "iya"

Raka terlihat mengamati Gandhi sebelum pria itu menghembuskan nafas dan berkata "hati-hati jangan lama pulangnya"

Tangan ku terangkat ke atas, gerakan memberi hormat kepada Raka aku lakukan. "Siap Pak ketua"

"Raka, boleh izin ngak?"

Raka terlihat sibuk memusatkan perhatian pada laptop. Aku kadang kasihan, saat senin hingga Jum'at ia sibuk sekolah lalu saat malam weekend bukannya bersantai justru ia sibuk kerja mengecek perkembangan kafe.

"Izin untuk?" Ia malah melempar kembali pertanyaan tanpa melihat aku sedikit pun.

Sebelum menjawab aku berjalan untuk duduk di atas tempat tidur Raka. Ia sama sekali tidak terusik, meja belajar dan laptop betul-betul menarik semua perhatian pria itu.

"Mau pergi bareng, Gandhi" kata ku langsung.

Ujung ekor mata Raka langsung bergerak spontan. Ia melirik ku dari meja belajar ke posisi ku sekarang. Kepalanya tidak menoleh, tapi ekor mata itu sangat tajam seakan aku adalah teroris yang sedang di bidik untuk di tembak.

"Boleh ngak?" Ku beranikah lagi meminta persetujuannya.

"Pergi ke mana?"

"Rumah Gandhi"

Bukan lagi bidikan mata tapi betul-betul kepala Raka yang menoleh. Kursi putar yang ia duduki bahkan berputar dengan sangat cepat hingga sekarang posisi Raka dan aku saling berhadapan.

"Buat apa?" Ah rasanya aku ingin mencerca Raka dengan makian. Aku harus sabar, pria di hadapan ku ini memang hobby melakukan introgasi.

"Gandhi ngajak main ke rumahnya. Rumah aku kok, eh, maksudnya rumah Gandhi itu pas samping rumah aku. Dia kembali kerumahnya yang lama"

"Cuman berdua?"

"Iya, tapi di sana ngak berdua kok. Ada satpam dan istri beliau"

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang