"Apa kak Jisoo mau dijodohkan?" Tanya Rosé terkejut, Rosé bener-benar kaget karena orang tua mereka bukan orang yang suka menjodoh-jodohkan anaknya. Rosé sadar ayahnya memang mempunyai jabatan yang tinggi tapi ia tidak gila harta untuk menjodohkan anaknya.
Setahu Rosé selama ini mereka memberi kebebasan untuk anaknya memilih, sedari mereka sekolah orang tua mereka membebaskan mereka memilih sekolah mana yang mereka inginkan termasuk ekstra kurikuler yang mereka lakukan disekolah.
Sampai Jisoo memilih menjadi dokter pun orang tua mereka mengiyakan dan ikut senang, lalu saat Rosé mengatakan ingin menjadi desainer orang tua mereka pun tidak marah dan menyetujui apapun pilihan anaknya.
Lalu kini orang tua mereka menjodohkan anaknya, ini suatu hal yang gila.
"Ayah, ibu ini sudah bukan jamannya kalian menjodhkan kak Jisoo seperti itu. Dia bebas memilih pendamping hidupnya" bela Rosé tentu ia marah kakaknya kan dijodohkan dengan laki-laki yang tidak dicintainya.
"Chaeyong kamu tidak berhak berkomentar ini sudah keputusan ayah dan ibu. Dan juga kakak mu sudah setuju, lalu apa yang perlu dipermasalahkan?" Jawab Hyung Sik menatap anaknya itu, lalu pergi meninggalkan ruangan.
Rosé hanya termenung melihat kepergian ayahnya, lalu Rosé melihat ibunya dan hanya mengelus pundak anaknya, "Tolong mengerti ini sudah keputusan keluarga besar"
"wait, keluarga besar? Berarti keluarga 'park' oh tidak ini diluar dugaan Rosé ternyata ada campur tangan keluarga besarnya itu"
Saat itu juga Jisoo meninggalkan ruang keluarga dan memasuki kamarnya, spontan Rosé mengejar kakaknya dan duduk disamping kakaknya yang berada diujung tempat tidur.
"Kak... Kenapa?" Tanya Ross lirih
"Ini keputusan bersama Rosie, aku tidak bisa menolak. Dikeluarga park hanya ayah yang tidak mempunyai anak laki-laki lalu kita tidak mengikuti jejak keluarga, jalur bisnis. Aku tahu saat aku mengatakan ingin menjadi dokter ayah marah karena anak pertamanya tidak bisa membantu perusahaan keluarga"
"Tapi saat itu ayah tidak mau membuat aku kecewa dan memutuskan cita-cita ku, ayah menyetujuinya dan lagi saat kamu ingin menjadi desainer ayah tidak bisa menolak permintaan mu"
"Selama ini ayah bekerja terlalu keras, paman Park Jiwon ada Jimin yang membantunya. Tapi tidak dengan ayah"
"Selama ini ayah selalu membebaskan aku memilih apa yang aku suka, ayah tidak pernah melarang hal yang aku suka. Aku hidup layaknya anak-anak yang lain disaat aku tahun temen-temen ku dilarang habis-habisan oleh ayahnya. Tapi tidak dengan ayah, ia menyayangi keluarga saat itu aku merasa bersyukur mempunyai ayah seperti ayah"
"Dan saat ini lah saatnya aku membalas semua hal yang ayah berikan kepadaku, aku tidak mau mengecewakannya lagi. Ayah sayang anak-anaknya dan aku yakin ini jalan yang terbaik untuk keluarga kita"
Jisoo tersenyum diakhiri kalimat, sungguh kakaknya sangat dewasa. Rosé pikir Jisoo akan menangis sedih tapi ternyata tidak. Dan juga Rosé terkejut dengan semua penuturan kakaknya. Selama ini ada hal yang tidak diketahui Rosé.
Terlepas dari masalah tadi dirumahnya Rosie memutuskan untuk berjalan-jalan bersama Lisa sahabatnya sejak Senior High School. Gadis cantik yang berasal dari Thailand, Rosé sering kerumah rose atau ke restoran ayah Lisa. Menu di sana sangat enak-enak dan tentunya gratis.
Saat dirinya ingin pulang ia melihat seorang pria duduk di trotoar jalan, saat ada lampu mobil menyinari sahnya terlihat wajah lebam itu membuat jiwa kemanusiaan Rosé tergerak.
Dirinya segera keluar dari mobil dan menghampiri pria itu, Rosé berjongkok dan memandang wajah itu, "Tuan, anda baik-baik saja?" Tak ada jawaban pria itu diam saja
"Tuan ada yang terluka? Saya tidak macam-macam kalau ada yang terluka saya ingin membantunya"
Pria itu menunjukkan wajahnya yang sudah terdapat banyak lembab dan membuat Rosé memekik kecil.
"Astaga ayo tuan saya bantu" Rosé membawa pria itu masuk ke dalam mobilnya. Tapi pria itu menepis tangan Rosé.
"Jangan menyentuhku, aku bisa jalan sendiri" ucap pria itu sombong.
'hei sombong sekali anda, lihatlah anda sudah sempoyongan dan masih ingin berjalan sendiri lihat saja anda akan jatuh'
Dan benar saat detik berikutnya pria terjatuh dekat mobil Rosé, "lihat tuan anda memerlukan bantuan saya"
Rosé menuntun pria itu masuk kedalam mobilnya dan langsung menyalakan mobilnya lalu menuju ke apotek terdekat.
Sesampainya disana Rosé segera membeli obat untuk mengobati pria itu, Rosé memanggil pria itu untuk duduk di kursi taman yang tak jauh dari apotek itu.
Perlahan Rosé memberishkan luka-luka yang ada dipria itu lalu menutupnya menggunakan plaster.
Sesekali pria itu meringis kesakitan.Selesai sudah Rosé mengobati pria itu, sedari tadi pria itu hanya diam saja dan hanya mengeluarkan suara saat ia meringis pelan.
"Tuan sudah selesai"
"Ya sudah, aku tidak minta tolong sama anda tapi anda sendiri yang menolong saya jadi tidak perlu saya ucapkan terima kasih" pria itu berlalu saja meninggalkan Rosé.
Rosé benar-benar marah bagaimana bisa ada orang tidak tahu diri dan tidak tahu terima kasih seperti itu.
Jika ditanya bagaimana perasaannya, tentu sedikit menyesal tapi dia senang bisa membantu orang lain.Tapi diselama perjalanan Rosé tetap memikirkan pria itu, 'ah sial ngapain banget sih aku mikirin dia orang gak tau diri'
Rose segera pulang kerumah untuk bertemu kasurnya, hari ini ia hanya ingin tertidur nyenyak.
Sementara itu Suga cepat-cepat menuju apartemennya karena ada hal yang ingin ia pastikan. Sesampainya ia disana Suga langsung membuka lemari kamarnya dan menemukan parpor itu, saat dibuka buku Paspor itu ternyata.
Tenyata betul dugaan Suga selama di taman tadi, perempuan itu. Perempuan yang mengobati. Perempuan yang ia copet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rosé
Fiksi Penggemar"Come from two different world" Suga laki-laki berandal yang mempunyai masa lalunya kelam lalu bertemu dengan Rosé wanita yang ia copet saat itulah perlahan dunianya berubah penuh kejutan. Start : 28 Juni 2019 End : 12 Oktober 2019