27

1.5K 152 0
                                    

Sudah tiga bulan sejak meninggalnya sang nenek.

Sudah terhitung dua Minggu Suga tak pergi ke sekolah, hari-hari ia jalani hanya di rumah neneknya jarang sekali ia keluar rumah.

Tiap harinya ia hidup berbekal uang dari peninggalan sang nenek, neneknya meninggalkan uang yang tak banyak mungkin hanya cukup untuk biaya makannya saja.

Dan Minggu depan adalah waktunya ia bayaran untuk sekolahnya, uang dari sang nenek cukup untuk membayar itu. Tapi jika ia gunakan untuk membayar sekolahnya ia dipastikan tidak akan makan untuk seterusnya karena uang itu sudah habis.

Sampai akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari sekolahnya dan memilih untuk bekerja. Suga berpikir mungkin tidak sulit apalagi ia sudah berumur 17 tahun dan sudah mempunyai kartu kependudukan.

Selama seminggu ia mencari pekerjaan ternyata cukup sulit karena Suga tak memiliki ijazah.

Suga yang sedang berjalan kearah minimarket untuk membeli minum karena sangat haus sehabis ia seharian mencari pekerjaan tapi kemudian dari arah belakang seseorang menabraknya hingga ia terjatuh.

Seorang pria cukup dewa menabraknya itu cepat-cepat bangun dan kemudian berbicara kepada Suga "Hey bantu aku kumohon, bawa aku ke tempat yang sepi"

Suga hanya bingung tiba-tiba seorang laki-laki yang lebih tinggi darinya meminta tolong dengan permintaan yang aneh. "Ayolah kumohon" ucap pria itu menarik lengan Suga.

Akhirnya Suga membawa pria itu ke lorong sepi dekat pembungaan sampah, Suga mendorong pria itu masuk ke dalam gang sempit dan ada sebuah pintu besi lalu Suga menutup pintu besi itu.

Kemudian tak lama terdengar suara langkah kaki pria, sepertinya tak hanya sendiri mungkin sekitar 3 orang lebih dan juga terdengar belasan nafas mereka.

"Huh, kemana tuan muda pergi?"

"Gang ini bercabang dua, kita bagi posisi saja. Aku ke arah kanan sendiri kau dan Jung pergi ke arah kiri. Ayo" Ucap laki-laki yang berbeda lalu berpencar terdengar suara langkah kaki mereka.

Suga menghela napas lega akhirnya pria berbadan besar itu pergi, ia mendengar helaan napas dari pria yang di depannya sambil memegangi dadanya.

"Huft, terima kasih"

"Ah, um. A-aku Seok Jin. Aniya, Kim Seok Jin"

Ucap pria itu mengulurkan telapak tangannya didepan Suga.

Suga yang masih bingung itu kemudian merespon, "Min Suga"

Suga membalas uluran tangan Jin dan tiba-tiba mereka kembali terdiam menciptakan suasana canggung.

"Ah-, Maaf aku lupa, biar aku bukakan"

Suga kemudian membuka pintu besi itu sambil memperhatikan sekitar bahwa tidak ada pria yang mengikutinya tadi.

"Um, Suga itu tanganmu berdarah saat aku menabrakmu tadi" ucap Jin disamping Suga.

Suga hanya diam kemudian melihat lengannya yang sudah berdarah, pantas saja tadi terasa perih.

Kemudian pria itu menariknya ke minimarket, bukan minimarket tadi. Kali ini lebih jauh dari tempat persembunyian mereka tadi.

Jin mengatakan untuk Suga menunggunya di depan minimarket, sampai Jin datang membawa sekantong plastik yang entah apa isinya.

Mereka duduk di depan minimarket, jin mengeluarkan minuman bersoda kepada Suga. "Minumlah kamu pasti lelah"

Kemudian Jin mengeluarkan kapas, antibiotik dan obat merah. Perlahan Jin membersihkan luka Suga yang tadi terkena tanah sampai ia meletakkan plaster ditangan Suga.

Dan lagi-lagi suasana canggung terjadi.

Sepertinya memang salah dirinya, Suga terlalu diam dari tadi.

"Um, tadi itu bodyguard yang dikirim oleh orang tuaku. Aku membolos dari kampus sudah satu bulan dan orang tuaku tahu kemudian mengirimkan bodyguard itu"

"Memangnya kau kuliah apa?"

"Kuliah bisnis. Tapi itu bukan kemauanku, aku sudah lama ingin menjadi dokter atau arsitek. Tapi orang tuaku melarang, hingga aku sangat muak dan memutuskan untuk membolos kuliah"


"Kalau kau, sudah kuliah?" Tanya jin sambil meneguk minuman bersoda ya itu.

"Aku pelajar, tapi memutuskan untuk berhenti sekolah"

Jin tentu terkejut kemudian kembali bertanya "Wae?"

"Aku sudah tidak ingin dan tidak punya uang"





Saat itulah Jin dan Suga sering bertemu hanya untuk sekedar mengobrol atau keluar bersama.

Dan saat itu juga Suga tahu tentang kehidupan keluarga Kim yang mengatur Jin sedemikian rupa.

Dan Jin yang tahu tentang pahitnya hidup Suga.

Red RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang