54

1.1K 99 1
                                    

Suara kayu terbakar terdengar di telinganya, tepat disampingnya ada sebuah penghangat ruangan Wood stove.

Mengingat sejak bulan lalu sudah memasuki musim dingin dan berada di samping Wood stove adalah pilihan yang tepat.

Langkah kaki terdengar dilantai kayu rumah tua ini, pria tua itu berjalan ke arahnya membawa sesuatu.

"Maaf menunggu lama Suga" pria tua itu adalah paman Jack, dia yang membantu Jennie selama ini.

"Tak apa" lalu paman Jack meletakkan teko dan cangkir di meja depan mereka.

"Aku dulu pernah tinggal di Inggris dan sangat menyukai teh ini. Namanya Teh Devonshire adalah seperangkat menu untuk minum teh. Unsur utamanya adalah teh hitam yang disajikan dalam teko, dengan susu, gula, atau lemon yang bisa ditambahkan sebagai pelengkap"

"Teh Devonshire sangat pas ditemani oleh Scones, sejenis roti khas Inggris yang diberi krim atau selai buah, karena istriku sedang pergi hari ini jadi kita minum teh saja tak apa kan?"

"Tak apa paman, dan rasanya sangat enak. Aku menyukainya" ucap Suga sambil memegangi cangkir teh.

"Hahaha bagus itu"

Mereka berbincang membicarakan apapun, selama ini selain Seok Jin yang hanya bisa membuatnya nyaman berbicara apapun. Kini paman Jack adalah temannya mengobrol, mereka hampir memiliki selera yang sama.

Walaupun umur mereka terpaut cukup jauh, paman Jack berusia 45 tapi tidak membuat mereka canggung satu sama lain. Awalnya cukup canggung untuk Suga berbicara dengannya karena tidak terbiasa mengobrol menggunakan bahasa Inggris.

Tapi lama kelamaan pria itu membuatnya nyaman. Rumah yang Suga tempati tak jauh dari rumah paman Jack, setiap seminggu sekali Suga mengunjungi rumah ini. Dan kadang paman Jack bersama istrinya mengunjunginya selalu membawa makanan buatan mereka.

Awal Suga sampai di Paris saat itu Jennie membawanya jalan-jalan ke kota, dan beberapa hari kemudian Jennie mengajaknya bertemu paman Jack yang sudah ia anggap ayahnya sendiri.

Beberapa kali mereka bertemu paman Jack menawarkan mereka untuk tinggal bersama apalagi saat Suga sampai di Paris anak buah paman Hans mengetahui keberadaan dirinya.

Tapi Jennie menolak bahwa ia tidak mau merepotkan siapapun, dan juga Jennie yang sudah mempunyai rumah sendiri.

Saat Suga sampai di Paris perasaannya bercampur aduk. Ada perasaan menyesal, bersalah, dan malu.

Ia menyesal telah melupakan adiknya itu, bersalah karena amnesianya Jennie melewati masa-masa sulit. Dan malu karena Jennie bisa berdiri sendiri dengan kesuksesannya yang sekarang.

"Oh iya, kemana Jennie hari ini tidak ikut denganmu?"

"Ah, dia pergi bertemu teman lamanya di Marseille"

Paman Jack hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Lalu bagaimana perkembangan perusahaan yang kamu urus?"

"Berjalan baik paman, sudah ada beberapa investor yang setuju bekerjasama"

"Awal yang bagus. Jujur saja aku takut kamu memegang perusahaan itu karena kamu yang tidak ada pengalaman di bidang ini, tetapi melihat perkembangan perusahaan mu yang sekarang membuat aku sangat yakin bahwa kamu orang yang tepat untuk memegang perusahaan itu"

"Terima kasih paman, ini juga tak lepas bantuan mu"

"Tak usah sungkan Suga. Kamu tahu kan, bukan hanya satu perusahaan yang akan kamu urusi?"

"Ya paman, aku tahu"

"Bagus itu. Aku yakin semua akan berjalan dengan lancar, termasuk menyingkirkan kembali Hans"

Suga tersenyum sebagai jawaban, terlalu malas untuk membahas paman Hans.

-

Pagi ini ia memulai semangat baru karena menurutnya ini adalah awal hidupnya setelah semua yang berlalu.

Rosé sedang sarapan bersama keluarga, hari ini juga ada kakaknya dan Jin. Mereka menginap semalam karena kakaknya berkata ingin membantu Rosé.

Dan disinilah mereka semua, sarapan bersama. Dilihatnya, Jin yang sudah mulai menerima kakaknya membaut Rosé lega. Semalam juga Jin memperhatikan Jisoo ketika Jisoo mengatakan ingin begadang bersama Rosé.

Rosé merasa sangat bersyukur dikelilingi orang-orang yang peduli kepadanya, kedua orangtuanya mendukung apapun pilihannya. Kakaknya Jisoo dan Seok Jin juga membantunya, tak lupa sahabat-sahabatnya membantunya selama ini.

Ditambah jaehyun yang berperan besar dibalik semua ini membuatnya merasa lebih ringan untuk memulai semuanya. Rosé tahu ini adalah awalan, dan ingin awalannya ini tidak mengecewakan orang-orang disekelilingnya yang sudah membantunya.

Setelah selesai sarapan Rosé pamit untuk keluar karena Jaehyun sudah menjemputnya.

"Kamu tidak bekerja?" Tanya Rosé saat memasuki mobil pria itu.

"Hari ini tidak"

"Mengapa?"

"Khusus untukmu"

"Maksudnya?"

"Hari ini aku akan menemanimu sepanjang waktu, tapi maaf besok saat launching butik aku tidak bisa datang. Karena aku ada beberapa pekerjaan"

"Tak apa, pekerjaan mu jauh lebih penting"

"Kau lebih penting"

"Sudah jangan mengatakan rayuan terus. By the way, terima kasih mau menemaniku hari ini"

"Anything for you"

Red RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang