76

1.2K 113 2
                                    

Terhitung satu bulan sejak pertemuan terakhir dengan Suga di butik miliknya. Hidup Rosé berjalan tak menentu, fokusnya selaku terbagi. Saat ia harus mengurusi butik miliknya, saat itu juga Rosé memikirkan laki-laki itu.

Ada banyak pertanyaan di dalam kepalanya, di tambah sebuah email dari seseorang yang sangat menganggu pikirannya.

Saat pertemuan mereka saat itu, Rosé langsung pergi meninggalkan Suga begitu saja. Rosé langsung kembali menuju ruangan kerja miliknya, Rosé memandang ruangannya dengan tatapan kosong. Rosé tak mengeluarkan air mata sedikit pun.

Hal itu pun terjadi saat ini, jam makan siangnya telah ia lewatkan karena merasa tidak mood untuk makan, Rosé memilih berdiam diri di ruang kerja miliknya.

"Miss sudah seminggu ada selalu melewatkan jam makan siang anda, saya khawatir anda jatuh sakit" ucap Naeun menghampiri dirinya.

"Saya baik-baik saja, lanjutkan pekerjaanmu saja"

"Baiklah, tapi ini saya bawakan makanan saat saya ke restoran. Miss setidaknya harus mengisi perut anda agar tidak kosong"

Rosé melirik kotak nasi dengan logo sebuah restoran terkenal yang sering Naeun kunjungi.

"Hemm, baiklah. Terima kasih"

Naeun mengangguk lalu membuka pintu dan segera keluar ruangan.

Rosé perlahan membuka kotak nasi itu dan perlahan memakannya.

-

Rosé kali ini pulang lebih cepat karena pekerjaan di butiknya sudah selesai dan juga ia merasa ingin segera sampai di kasur miliknya. Rosé membuka pintu rumahnya dan mendapati rumahnya yang sangat sepi, hanya ada pembantunya saja. Bisanya ada ibunya yang sedang menonton televisi atau menyiram tanaman di taman rumah.

Rosé berjalan kearah dapur mengambil air putih yang berada di kulkas, tegukkan demi tegukkan menyegarkan tenggorokannya. Pembantunya berjalan kearahnya sambil membawa kertas berwarna putih.

"Nona, ini ada surat untuk nona"

"Dari siapa?"

"Saya tidak tahu, tukang pos mengantarkannya tanpa nama pengirim dan ditujukan untuk nona"

Rosé melihat seksama surat beramplop putih itu sangat polos, perlahan Rosé sentuh surat itu.

"Baiklah, makasih bi" ucapnya lalu meninggalkan dapur dan segera menuju kemar miliknya.

Rose duduk disebuah kursi kecil dekat jendela kamarnya dan segera membuka surat itu.

Teruntuk Rosé.

      Aku tahu mungkin kau sudah muak jika tahu aku yang mengirimkan surat ini, tapi tolong biarkan kali ini kau baca surat dariku.
     Dari sebuah pertemuan yang tak terduga terjadi pada malam itu, aku yang tak berdaya duduk di pinggir jalan dan bertemu denganmu. Sikapku yang dingin pasti membuatmu tidak nyaman, tapi dengan baiknya kau mau membantuku. Seperti direncanakan tuhan, aku terus bertemu denganmu. Aku bahkan berdoa agar tidak bertemu denganmu, tapi nyatanya tuhan mempertemukan kita kembali.
     Kau tahu apa yang membuatku tidak ingin bertemu denganmu? Karena aku pencopet, aku mencopet dompet milikmu. Aku takut jika kau mengetahuinya dan aku akan di laporkan ke polisi, aku mengambil semua uangmu dan kartu-kartu penting aku bakar agar aku meninggalkan jejak. Jika diingat-ingat aku terlalu bodoh dan pengecut, padahal jika aku mencopet aku tidak pernah setakut itu. Tapi karena dirimu aku tiba-tiba berubah menjadi seorang pengecut.
      Melihatmu kecewa karena tidak bisa berkenalan denganku membuatku merasa bersalah juga, dengan sisa keberanian aku menghampirimu saat itu. Sangat tidak diduga aku seperti tersihir melihat senyummu, hatiku menghangat ketika melihat senyum cerah mu. Waktu terus berjalan sampai aku sadar bahwa aku menyukaimu, aku tak tahu harus apa. Di satu sisi aku sadar diri untuk bersanding bersamamu karena aku yang tak cukup baik untukmu. Kamu memintaku saat itu untuk tidak terluka lagi, saat itu juga aku menepati janjiku. Aku memutuskan untuk keluar dari kelompok yang sudah membesarkan namaku, aku tak ingin kamu melihat luka-luka diseluruh tubuhku. Aku hanya ingin kamu melihat senyumku saja, demi kamu aku mengambil keputusan yang besar di hidupku.
      I love you, saat itu kata pertama yang aku ucapkan saat untuk membuktikan bahwa aku benar-benar cinta kepadamu. Sungguh, mencintaimu adalah hal terbesar dalam hidupku. Merasa dicintai olehmu sangat luar biasa, aku tak pernah begitu jatuh cinta kepada seorang wanita, dan itu hanya kepadamu. Tapi ketika takdir harus memisahkan kita, aku lagi-lagi menjadi seorang pengecut. Aku meninggalkanmu dengan cara seperti itu aku agar kau cepat melupakan aku, dan aku pun seperti itu. Nyatanya hatiku terlalu sakit ketika setiap malam harus merindukanmu, rasa bersalah itu terus menyakiti hatiku.
      Maaf Rosie, aku terlalu pengecut padahal hatiku masih menginginkan dirimu. Dua tahun kita berpisah,dua tahun itu juga aku tak pernah melupakan dirimu.
      Maaf Rosie, semua yang aku lakukan hanya menyakiti hatimu. Pertunangan itu adalah sebuah kesalahan. I'm sorry. I hurt myself by hurting you. I can't change the past and what i've done. But all I dan say is that I won't do the sake mistake. I've done no matter what happens, I know my one mistake has changed everything. Itu has broken our relationship. The moments we spend together have me life and now that your gone there ia no reason for me live. I Miss you, and so sorry for everything i've done for you.

Rosé hanya terdiam memandang surat berwana putih itu. Jari jemari meremas rok selutut miliknya, ada banyak pertanyaan di kepalanya yang membuat ia pusing. Surat ini berhubungan dengan email seseorang yang dikirimkan kepadanya.

Tangan Rosé tak sengaja membalik surat itu dan terdapat tulisan. Dengan seksama Rosé membaca tulisan dibelakang surat itu.

Datanglah jam 19.00 di Restoran Osteria.

Seperti merasa Dejavu kedua tangan Rosé mencengkeram rok miliknya.

Red RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang