"Omma, lihatlah nilai bahasa Inggris ku 90" ucap anak laki-laki itu menghampiri ibunya yang sedang di meja makan. Ibunya hanya diam saja tanpa menghiraukan ucapan sang anak.
"Omma... Ada apa? Apa omma mendengarku?"
Dan lagi-lagi wanita itu hanya diam menghiraukan anaknya.
"Omma..." Panggil anak laki-laki itu memegang tangan ibunya, tanpa disangka wanita itu menghempaskan tangan anak laki-laki itu.
"Bisa kamu diam? Jangan pernah menunjukan nilai-nilai mu itu, aku bahkan tidak peduli. Pergi sana ke kamarmu!" Bentak ibunya sontak membuat sang anak ketakutan.
Lalu ia putuskan untuk ke kamarnya, cepat-cepat agar ia sampai ke tempat tujuannya. Sesampainya ia disana, langsung ia hempasan tubuhnya ke tempat tidurnya.
Sambil meremas lembaran kertas ulangannya itu, melampiaskan emosinya sehingga mengepal kertas itu erat. Lalu ia lemparkan kertas ulangan yang ia dapatkan susah payah.
'Aku anak laki-laki, aku tidak perlu menangis, ibu hanya kesal denganku yang nakal' yakinkan anak itu dalam hati.
Tapi percuma bukan hanya kali ini ia mendapat ucapan itu, hampir setiap hari ibunya selalu mengusirnya. Matanya sudah memerah bendungan air mata tak kuasa ia tahan lagi, perlahan-lahan cairan bening itu jatuh melewati pipinya.
Isakan ia redam dengan bantal miliknya, terlalu sering ibunya seperti ini.
_____
Keringat sudah membasahi wajah Suga dengan cepat ia tegakan tubuhnya lalu ia sandarkan kepalanya ke sandaran tempat tidurnya.
Perlahan ia mengatur napasnya lalu ia menoleh kesamping, ia memandangi wanita itu dalam diam.
Suga mengingatnya mereka berdua mabuk saat di Club itu, karena Suga yang tidak berani membawa Rosé pulang kerumahnya akhirnya ia bawa wanita itu ke apartemennya. Lagi pula jarak rumah wanita itu lumayan jauh dibanding apartemen miliknya.
Karena pergerakan Suga saat terbangun tadi membuat Rosé merasa terganggu dan tidak nyaman, Rosé membuka mata dan mendapati laki-laki itu sedang memandaninya.
Rosé yang masih merasa pusing akhirnya memutuskan untuk bangun dari tidurnya, "Maafkan aku tadi terbangun, kau tidur saja"
Erangan muncul dari Rosé karena kepalanya terasa pusing, "Tak apa. Ini apartemen mu?" Tanya Rosé yang menyenderkan kepalanya juga.
"Hm"
"Kita tidak melakukan hal aneh kan?"
"Menurutmu?"
Rosé terdiam lalu memikirkan kembali mereka melakukan apa saja saat di Club dan saat sampai di apartemen ini. Tapi nihil Rosé hanya mengingin mereka menari bersama.
"Aku pikir tidak"
"Yasudah"
Mereka kembali terdiam, lalu Rosé merasa sepi akhirnya ia menoleh kearah sampingannya. Suga tengah terdiam mungkin memikirkan sesuatu.
"Mimpi buruk?" Suga yang mendengar ada suara di sampingnya langsung menoleh ke arah Rosé.
"Hm, aku mimpi buruk tadi makanya aku terbangun tadi"
Rosé yang penasaran tentang mimpi Suga itu ingin sekali ia bertanya tapi melihat wajah suga, akhirnya ia urungkan pertanyaan itu.
Rosé mengangkat tangannya ke arah tangan Suga yang di atas selimut putih, lalu ia usapkan tangan Suga itu.
"Tak apa, hanya mimpi" Rosé tersenyum kembali mengusap tangan itu perlahan.
Mereka memutuskan untuk tidur kembali Suga mengatakan akan tidur di sofa depan tv, tapi Rosé melarangnya ia katakan tak apa untuk tidur disampingnya lagi pula ini kan apartemen milik Suga.
Saat Rosé sudah larut dalam tidurnya, Suga memikirkan kembali tentang mimpinya dan perkataan Rosé.
Saat Rosé mengatakan itu sambil menyentuh tangannya, sama seperti usapan halus ibunya sebelum ia berubah. Suga selaku tertegun den senyum itu, senyum yang entah membuat merasa dunianya berhenti sejenak.
_____
Cahaya matahari menembus jendela apartemen itu, Rose yang merasa terganggu dengan sinar itu perlahan membuka matanya menyesuaikan penglihatannya.
Rosé menggerakkan tubuhnya lurus lalu mendapati laki-laki itu disampingnya, ia tersenyum memandang pria itu.
Diantara semua teman laki-laki yang ia punya, mungkin hanya Suga yang membuatnya penasaran.
Merasa mual pada perutnya Rosé segera ke kamar mandi memuntahkan alkohol yang semalam ia minum. Lalu ia basuh mulutnya dengan air di wastafel.
"Oh astaga kaget aku" pekik Rosé mendapati Suga yang ada dibelakangnya.
"Sudah lebih baik?"
"Hmm, hanya sedikit pusing"
"Ayo aku buatkan teh hangat"
Mereka berjalan ke keluar kamar Suga lalu ke arah dapurnya, Rosé yang baru melihatnya merasa kagum dengan Suga. Dapurnya sangat rapih dan bersih, "Aku buatkan sarapan juga ya" ucap pria itu sambil mengaduk teh hangat itu.
Rose hanya mengangguk sambil memandang Suga, lalu Suga memberikan teh itu ke arah Rosé.
Ia menerima teh itu langsung menyicipinya, sama seperti teh pada umumnya tapi ada yang aneh, "Kamu menambahkan sesuatu di dalamnya?"
"Hmm, aku tambahkan madu"
Pantas saja ada yang berbeda.
Suga terlihat sibuk dengan peralatan dapurnya itu, Rosé yang tidak melakukan apa-apa akhirnya bertanya kepada pria itu.
"Kamu memasak apa?"
"Omelet"
"Oh... Kamu sering memasak?"
"Lumayan, setiap pagi aku memasak sarapan sendiri"
"Emm... Suga aku boleh bertanya 1 hal?"
Suga yang masih fokus dengan masakan lalu menjawab, "Apa?"
Rosé ragu ingin bertanya tapi rasa penasarannya Suga memenuhi kepalanya, "Dimana orang tuamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rosé
Fiksi Penggemar"Come from two different world" Suga laki-laki berandal yang mempunyai masa lalunya kelam lalu bertemu dengan Rosé wanita yang ia copet saat itulah perlahan dunianya berubah penuh kejutan. Start : 28 Juni 2019 End : 12 Oktober 2019