34

1.4K 150 9
                                    

30 menit kemudian makanan sampai saat bel berbunyi, Suga benar-benar tidur disampingnya saat ia ingin bangun secara otomatis Suga juga terbangun.

"Eughhh, sudah sampai makanannya?" Tanya Suga terlihat masih mengantuk.

Rosé kemudian mengangguk sebagai jawaban lalu Suga berdiri menghampiri pintu apartemennya membayar deliverynya itu.

Padahal Rosé sangat lelah tapi mengapa saat ia mencoba memejamkan matanya malah ia tidak bisa tidur, jantungnya masih berdetak tidak normal. Dan malah Suga yang tertidur pulas sampingnya.

Suga membawa 1 kantung plastik berisikan Chicken, burger dan minuman soda. Mereka makan di meja makan milik Suga dalam keadaan sepi tak banyak bicara.

Beberapa kali Suga basa-basi menanyakan pekerjaan Rosé. Rosé juga menceritakan tentang acara pernikahan kakaknya ternyata Suga sudah mengetahuinya.

-

Jam telah menunjukkan jam setengah 12 malam Rosé berniat akan pulang ke rumahnya tapi suga melarangnya bahwa sudah sangat malam lebih baik jika Rosé menginap di apartemennya.

Rosé kemudian menyetujuinya karena memang saat ia berpamitan ia mengatakan akan menginap dirumah temannya, ia hanya berjaga-jaga saja jika saat ia pulang sangat malam orang tuanya tidak mengkhawatirkannya.

Rosé ditempatkan dikamar tamu yang tidak terlalu besar tapi cukup untuk dirinya. Sebelum ia tertidur ada satu hal yang mungkin akan membuat ia tidak bisa tidur.

"Tidurlah yang nyenyak mimpikan aku"

Suga berkata sebelum Rosé masuk kamarnya otomatis Rosé cepat-cepat memasuki kamarnya karena sudah pasti pipinya akan memerah seperti tomat.

Tapi ternyata tidak Rosé sudah terlelap karena memang tubuhnya yang sangat lelah.

-

Jam 2 pagi Rosé terbangun karena merasa sangat haus, memang sudah kebiasaannya saat tengah malam Rosé merasa haus jika dirumahnya Rosé menyediakan air disampingnya tapi kini karena ia ada di apartemennya Suga ia harus ke dapur terlebih dahulu.

Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan ke arah dapur, mengambil air yang ada di kulkas lalu ia meneguknya. Terasa segar sekali.

Tapi tiba-tiba ada suara seseorang menangis, siapa yang tidak takut malam-malam seperti ini mendengar suara menangis.

Perlahan Rosé berjalan mencari dimana suara itu berasal, dirinya mempunyai rasa penasaran yang tinggi membuat ia mencari tahu sampai ia melupakan rasa takutnya itu tadi.

Sampai di depan sebuah pintu berwarna coklat suara itu berhenti.

Ia tahu siapa pemilik kamar ini, siapa lagi jika bukan Suga. Tapi mungkinkah Suga menangis malam-malam seperti ini, rasanya tidak mungkin sekali.

Perlahan ia menggenggam pegangan pintu itu lalu menekannya agar terbuka, ternyata pintu itu tidak di kunci.

Saat pintu itu terbuka dilihatnya ruangan gelap lalu ia mencari tombol untuk menghidupkan lampu, dan seketika terlihatlah kamar Suga yang sangat berantakan.

Ada pecahan beling, beberapa barang berjatuhan di lantai dan keadaan sprai di kasur Suga sudah berantakan.

Terlihat Suga sedang menangis sambil menunduk di lantai memegangi kepalanya. Rosé duduk di samping Suga tanpa berbicara apa pun.

"Suga... Ada apa?"

"ARGGHHH" Suga berteriak di sampingnya mengakibatkan Rosé tersentak kaget.

Kemudian Suga memegangi kepalanya lalu menangis terisak, Rosé sungguh bingung harus apa lalu ia memberanikan diri menyentuh pundak Suga.

Saat ia menyentuhnya Suga berhenti terisak lalu diam kambali. "Pergilah aku tak mau mencelakaimu"

Rosé masih tetap diam di tempatnya, ia berusaha menghilangkan rasa takutnya dengan kembali memegang pundak Suga sekali lagi.

Dilihat respon Suga yang terdiam Rosé lebih memberanikan memegang kedua pundak Suga lalu ia hadapkan ke arah dirinya, kini mereka saling berhadapan.

Wajah itu sudah basah dengan air mata, perlahan Rosé usap bekas air mata itu lalu ia angkat kepala Suga agar menatap dirinya.

Ia sentuh pipi Suga lalu ia usap perlahan memberikan ketenangan untuknya.

"Ada apa? Kamu bisa bercerita kepadaku"

Kemudian Suga mengangkat kepalanya menatap Rosé sebentar.

"Mimpi-mimpi tentang keluargaku selalu datang, rasa sakit itu selalu aku rasakan. Aku ingin bangun dari mimpi sialan itu tapi mereka tidak mengizinkan aku bangun dan tetap memberikan rasa sakit itu terus-menerus"


Rosé memeluk pria itu lalu mengusap-usap punggungnya agar Suga lebih tenang. Suga sudah tidak menangis, sudah tidak terdengar isakan dari pria itu.

-

Tadi saat Suga selesai bercerita Rosé sempat membersihkan kamar Suga sebentar, membersihkan pecahan beling lalu merapihkan barang-barang yang sudah berjatuhan.

Juga Suga mengatakan kepadanya.

"Tidurlah disini bersamaku sebentar, aku takut mimpi itu datang lagi"

Akhirnya mereka disini, di ranjang Suga.

Mereka masih saling diam tanpa bicara masih dengan pikirannya masing-masing.

"Maaf Rosie aku merepotkanmu, aku menyuhmu datang malam-malam dan bangun tengah malam karena ku. Kamu besok bekerja, maaf aku merepotkanmu"

"Tidak apa-apa, ayo tidurlah"

Di ruangan kamar Suga dalam keadaan gelap hanya dengan penerangan sebuah lampu tidur, mereka berbaring di ranjang yang sama.

Rosé yang terlalu lelah langsung menutup matanya yang sudah terasa sangat berat.

Berbeda dengan suga, laki-laki itu masih memandang kamarnya dengan tatapan kosong ia masih terbayang atas mimpinya tadi. Ia arahkan kepalanya kesamping, terlihat Rosé sudah terlelap.

Jujur saja ia merasa sangat bersalah kepada gadis ini karena sudah merepotkan tapi disatu sisi ia juga senang karena keberadaannya. Entah mengapa dekat dengannya Suga merasa nyaman.

Rasa nyaman yang sudah tak pernah ia rasakan kini hadir kembali, ia tak mengerti. Apakah dirinya bener menyukai Rosé atau hanya sebatas rasa nyaman saja, ditambah laki-laki yang dekat dengan Rosé mengancamnya saat itu.

Ia takut jika suatu saat ia dengan Rosé sudah sangat dekat bahkan menjalani hubungan, pria itu akan mengacaukan semuanya. Rosé pasti sudah tidak akan percaya kepadanya, bahkan mungkin merasa jijik karenanya.

Suga segera tepis pikirannya itu, semakin dipikirkan kepalanya semakin sakit. Ia mencari posisi nyaman di kasur lalu menghadap Rosé, dilihatnya gadis itu sangat polos tanpa makeup sangat cantik.

Suga masih memandang wajah itu, bagaimana reaksi Rosé jika tahu bahwa ialah pencopet yang mengambil dompetnya. Apakah gadis itu akan marah lalu meninggalkannya?

Tangan putih Suga mendarat di pipi Rosé, ia usap perlahan sambil mengingat kejadian-kejadian dengan Rosé yang membuat ia semakin dekat.

Pandangannya jatuh kepada bibir peach itu. Bibir yang pernah ia cium, jujur saja rasanya manis dan memabukkan. Ia sentuh bibir itu dengan ibu jarinya perlahan lalu ia dekatkan wajahnya ke wajah Rosé.

Cup.



Diciumnya kening Rosé lembut dan cukup lama, lalu ia lepaskan. Ia usap kembali pipi Rosé.

"Terima kasih"

Suga memeluk Rosé dalam tidurnya.

Red RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang