Setelah hari dimana semuanya pergi meninggalkannya, Suga tak pernah tahu arah hidupnya berjalan kearah mana.
Suga ingin terus berjalan tapi ia takut bahwa ia akan salah jalan atau saat ia mulai menemukan orang baru di hidupnya orang itu akan meninggalkannya.
Sehari setelah ia berumur 17 neneknya meninggal dunia karena sakit yang di deritanya, Suga tak pernah tahu karena sang nenek tak pernah menunjukan rasa sakit kepadanya atau bahkan menunjukkan tanda-tanda bahwa sang nenek sedang sakit. Yang ia ingat sang nenek hanya berkata bahwa ia hanya kelelahan dan Suga mempercayainya
Kini diatap gedung tua yang sering ia kunjungi, Suga hanya sendiri dengan angin malam dan sebuah bulan bersinar terang diatas kepalanya.
Saat pemakaman kedua orang tuanya Suga tak menangis bahkan sekedar menetaskan air matanya pun Suga tak mampu, mungkin lebih tepatnya tak sudi.
Rasa sakit yang ia tanam sendiri tanpa orang lain tahu membuatnya menjadi sosok yang dingin dan pendiam, hari-hari yang ia jalani bertemakan suara-suara pertengkaran dan diabaikan oleh ibunya.
Yang paling menyakitkan ketika ayahnya sangat stress, ia akan pulang hanya untuk sekedar melampiaskan kekesalannya kepada anaknya, yaitu Suga.
Kata-kata kasar selalu terucap dibibir sang ayah, Suga yang tak bisa apa-apa hanya berharap saat itu juga Tuhan segera mengambil nyawanya agar hidupnya tenang.
Terlalu sakit.
Saat disekolah Suga melampiaskan stress dengan ikut sebuah Club musik, ia memilih piano. Dulu sekali saat kecil ia diajarkan bermain piano oleh ibunya, tangan lembut ibunya melatih dirinya sehingga Suga bisa memainkan alat musik itu.
Dengan ia bermain piano Suga melampiaskan rasa rindunya kepada sang ibu yang telah berubah, ia berharap jika sang ibu mendengarnya atau bahkan melihatnya bermain piano mungkin akan merubah sifat ibunya.
Hingga suatu hari saat Suga terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk bermain piano sebagai opening, Suga sangat excited bahwa ibunya akan datang dan melihatnya.
Sampai Suga selesai bermain piano saat itu ternyata ibunya tidak datang, Suga merasa perjuangannya sia-sia selama ini. Kemudian saat ia melihat para teman-teman datang dengan kedua orang tuanya, mengatakan bahwa mereka bangga terhadap anak mereka.
Sakit.
Sangat sakit.
Suga merebahkan tubuhnya diatap gedung itu sambil memandang bulan, mata yang sudah memerah sedari tadi ia biarkan. Hingga bendungan air mata itu perlahan mengalir di pipinya.
Ia masih diam sambil memandangi bulan.
Semakin lama air matanya tak kunjung berhenti, dan entah mengapa dadak terasa sangat sesak. Segara ia bangkit dari posisinya yang tadi.
Ia kembali duduk lalu mengusap kasar air matanya, tapi air mata itu tetap tidak kunjung berhenti. Dadanya semakin sesak bahkan saat posisi ia duduk.
Suga memukul dadanya itu sambil terisak perlahan, tidak. Suga tidak mempunyai penyakit. Hanya perasaan yang sudah terlalu lama ia pendam dan saat ia menangis kali ini terasa sangat sakit.
Tadinya hanya isakan pelan yang keluar dari mulutnya, kini isakan itu terasa semakin menyakitkan dan semakin ia pukul dadanya agar rasa sakit itu hilang. Luka yang ia pendam sendiri terlalu lama ia diami di dalam hatinya membuat terasa sangat sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rosé
Fanfiction"Come from two different world" Suga laki-laki berandal yang mempunyai masa lalunya kelam lalu bertemu dengan Rosé wanita yang ia copet saat itulah perlahan dunianya berubah penuh kejutan. Start : 28 Juni 2019 End : 12 Oktober 2019