Di malam hari setelah Rosé pulang bekerja ia berencana akan tidur lebih cepat karena merasa tubuhnya sangat lelah apalagi hari ini ia harus pindah-pindah lokasi untuk salah satu pemotretan pakaian di butiknya.
Tapi saat ia selesai makan malam dengan keluarganya Suga memintanya untuk datang ke apartemennya tidak biasanya Suga memintanya datang apalagi malam hari.
Diantar oleh supirnya Rosé sudah sampai di apartemen itu, tak butuh waktu lama ia sampai di depan pintu kamar suga. Ia menekan bel lalu pintu di bukakan, terlihatlah Suga dengan wajah pucatnya dan... Banyaknya luka di wajah Suga.
Rosé tersentak kaget lalu memasuki apartemen suga. Laki-laki itu tidak banyak bicara bahkan hanya diam saja ketika Rosé sampai.
Perlahan Rosé menyentuh wajah putih Suga, "Apa yang terjadi?"
Suga meringis karena sentuhan diwajahnya itu.
"Hanya berkelahi dengan orang tidak jelas di Jalan" bohong Suga tanpa mau menatap mata Rosé.
"Kamu berbohong kan? Tidak mungkin, setiap bulan aku selalu melihat luka seperti ini di wajahmu. Sebenarnya apa yang kamu lakukan?"
"Sungguh, bisakah kamu obati?"
Rosé tidak bisa menjawab lagi karena permintaan Suga, akhirnya ia memutuskan untuk berdiri dari sofa. Lalu menanyakan dimana letak obat-obatan.
Ia kemudian menghampiri Suga perlahan membersihkan luka Suga, terdengar Suga meringis merasa perih.
Tentu saja lukanya sangat banyak, bahkan ini sangat banyak dibandingkan sebelum-sebelumnya.
Setelah selesai mereka masih saling terdiam.Sampai Rosé memberikan membuka suara memecah keheningan.
"Jika kamu butuh aku katakan saja, jangan seperti ini berkelahi dengan sembarang orang akan mencelakai dirimu. Jika kamu ingin meluapkan emosi datanglah kepadaku, kamu bisa bercerita. Bukan seperti ini, hatiku sakit melihatmu begini"
Suga tersadar ada yang berbeda dari ucapan wanita disampingnya entah mengapa hatinya menghangat sekaligus merasa bersalah karena membuat wanita ini cemas karena dirinya.
Sebuah telapak tangan menggenggamnya, Suga melakukan itu kemudian menatap Rosé. Suga masih terdiam dilihatnya Rosé menunduk tak mau menatapnya.
"Rosie tatap aku"
Ia masih berdiam diri tak mau menatap Suga karena melihat luka di wajah Suga yang sangat banyak tadi membuat ia takut.
Bukan takut dengan darah di wajah pria itu, tetapi sesuatu yang lain. Ia takut kehilangan pria yang disampingnya ini. Anggaplah Rosé sudah mulai menyukai Suga, siapa yang tidak terbawa perasaan jika seorang wanita diajak kencan sangat manis lalu Suga memberikan ciuman di bawah bulan.
Siapa yang tidak meleleh seperti itu, Rosé sadar bahwa seluruh perempuan di dunia akan setuju dengannya.
Kemudian sebuah tangan mengangkat dagunya perlahan, Rosé merasa Dejavu kejadian ini teringat saat d pantai.
Perlahan ia menatap bola mata itu, Suga menatap sendu. Suga masih senantiasa menggenggam tangannya.
"Maafkan aku membuatmu khawatir aku janji ini yang terakhir kalinya. Katakanlah apa yang kamu tidak suka dariku, maka akan aku berhenti lakukan"
Rosé kaget dengan ucapan Suga, mereka bukan sepasang kekasih tapi mengapa Suga mengatakan itu seolah-olah Rosé adalah kekasihnya yang boleh melarangnya.
Tentu ia bingung harus menjawab apa. "Jangan seperti ini lagi, luka ini cukup terakhir ada di wajahmu. Gantikan luka ini dengan senyuman di wajahmu"
Suga mengangguk paham kemudian mengelus kepala Rosé lalu mengacak-acaknya. "Baik tuan putri"
Rosé merasa malu dengan sebutannya tadi, 'putri katanya' Rosé tertawa dalam hati mendengarnya.
"Kamu sudah makan malam?" Tanya Rosé memainkan jari-jari Suga yang berada dipangkuan Suga.
"Belum"
"Ayo aku masakan"
"Aniya, kamu sudah capek ke sini. Biar aku pesankan makanan saja" jawab Suga mencegah Rosé.
Setelah dipikir-pikir Rosé setuju juga karena jujur saja ia cukup lelah.
Kemudian Suga sibuk menelfon untuk delivery makanan, ia kembali ke sofa lalu duduk di samping Rosé. Jujur saja Rosé sangat gugup seperti ini berdiam dengan Suga apalagi ditambah sikap Suga yang sulit ditebak membuat jantungnya lagi-lagi berdetak tidak karuan. Bener memang dekat-dekat dengan Suga membuat jantungnya tidak sehat.
"Yak! Apa yang kamu pikirkan dari tadi aku bicara kamu hanya melamun" tegur Suga.
"Ah maaf, apa tadi yang kamu biacarakan?"
"Sudahlah lupakan" Suga kemudian berdiri mengambil remote televisi lalu menyalakan memilih-milih acara di televisi tapi kemudian ia matikan kembali.
"Wae?" Rosé bertanya karena Suga mematikan kembali televisinya.
"Tidak ada yang seru"
Tiba-tiba tidak ada angin tidak ada hujan Suga menarik pinggangnya agar mendekat ke arahnya. Suga menyandarkan kepalanya di bahu Rosé lalu melingkarkan tangannya di pinggang ramping Rosé.
Rosé kaget setengah mati mengapa tiba-tiba sekali. Ia bahkan berdoa dalam hati semoga saja detak jantungnya tidak terdengar oleh Suga karena berdetak sangat cepat.
Dilihatnya Suga memejamkan matanya sambil memeluk dirinya.
"Aku mohon sebentar saja" Suga mengatakan lalu mengeratkan pelukannya mengakibatkan tubuhnya dengan Suga sangat dekat.
Kemudian seperti tersihir Rosé menaruh kepalanya di atas kepala Suga, ia memejamkan matanya perlahan menikmati pelukan Suga.
-
Gengs aku baper beneran 😭 sumpah aku terharu bikin yoonros kaya gini manis banget:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rosé
Fiksi Penggemar"Come from two different world" Suga laki-laki berandal yang mempunyai masa lalunya kelam lalu bertemu dengan Rosé wanita yang ia copet saat itulah perlahan dunianya berubah penuh kejutan. Start : 28 Juni 2019 End : 12 Oktober 2019