74

1.1K 93 9
                                    

Siang yang dingin di membuat beberapa orang harus memakai pakaian tebal agar tidak kedinginan.

Tapi tidak berlaku pada dirinya, tak tahu ketika ia sampai tempat ini terasa sangat dingin. Setengah jam lalu mulai turun salju dan membuat mobil jemputan nya tidak bisa menjemputnya dan mengharuskan dirinya memakai jasa taksi.

Saat sesudah masuk ke dalam taksi pikirannya melayang entah kemana. Pikirannya terbagi menjadi berbagai bagian.

Kejadian malam itu sangat mengejutkan dirinya, tiba-tiba Seok Jin mendatanginya dan memberikan undangan pertunangan dirinya dengan Wendy.

Suga yang terlalu terkejut bahkan tidak bisa berkata-kata lagi. Ada perasaan bersalah dirinya tak bisa mendatangi makan malam ulang tahun Rosé, padahal wanita itu sendiri memintanya untuk datang. Tapi lagi-lagi Suga membuat Rosé kecewa, dirinya tak datang dan langsung memilih menuju bandara untuk berangkat ke Paris.

"Oppa gwencana" sebuah tangan menggenggamnya.

Suga menoleh mendapati Jennie yang sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Ne" jawab Suga dengan anggukan.

Jujur saja dirinya tidak baik-baik saat ini, tapi ia berusaha untuk tidak terlalu memunculkan wajah sedihnya id hadapan adiknya.

Malam itu juga Jennie langsung bertanya perihal keributan di kamarnya, saat itu Suga langsung menceritakan semua yang terjadi. Termasuk Suga yang memiliki mantan kekasih yaitu Rosé, dan tentu saja Jennie kaget bukan main.

-

Hari kedua Suga telah berada di Paris hatinya semakin cemas memikirkan banyak hal.

Langkah panjang membawa ke sebuah perusahaan, bel berbunyi menandakan bahwa ia telah sampai di lantai yang ia tuju.

Suga membuka pintu dan menampakkan seorang wanita yang sedang berkutat dengan pekerjaannya.

Wanita itu Wendy, seseorang yang menganggu pikirannya.

Tersadar ada seseorang didepannya Wendy mendongakkan kepalanya dan mendapati Suga yang berdiri di depannya. Sontak Wendy terkejut dan langsung berlari memeluk Suga.

Suga hanya terdiam tak membalas pelukan kekasihnya.

"Oppa aku kaget sekali, mengapa tak mengabariku jika ingin kesini?"

"Tidak sempat. Bisa aku duduk?"

"Silahkan, kau mau buatkan minum?"

"Tidak usah. Aku hanya sebentar saja, ada yang aku ingin luruskan"

"Apa itu?"

Tiba-tiba saja Suga melempar undangan pertunangan mereka ke arah Wendy yang ada di sampingnya.

"Ah oppa sudah tahu? Tadinya aku ingin memberitahu nanti"

"Apa hanya aku yang baru tahu? Berarti kau sudah menyebar undangan?"

"Ne oppa, aku ingin memberi kejutan"

"Kejutan katamu? Apa kau bodoh?! Kita bahkan tidak pernah ada pembicaraan bahwa kita akan melaksanakan sebuah pertunangan!"

"Oppa... Aku ingin kita memiliki hubungan yang lebih serius, aku pikir kau akan menyukainya"

"Wen kau sudah dewasa, kau tahu mana hal harus dibicarakan terlebih dahulu dan mana yang tidak"

"..."

"Hufft! Kepalaku benar-benar sakit karena kelakuan dirimu. Apa kau benar-benar bodoh?!

"Oppa... Apa kau tidak mencintaiku?"






"TIDAK!"



Seketika suasana diruang kerja Wendy terasa sunyi dan sepi. Wendy mematung mendengar jawaban Suga. Begitu juga dengan Suga yang terkejut dengan apa yang ia bicarakan.

"Oppa..." Wendy berbicara dengan nada sangat pelan.

"A-aku..."

"Oppa benar-benar tidak mencintaiku?"

"Wendy, biar aku jelaskan"

"CUKUP! AKU HANYA TANYA APA KAU BENAR TIDAK MENCINTKU?"

"Ne. Maafkan aku Wen"

Sekali lagi Wendy hanya terdiam mendengar ucapan Suga.

"Aku memang brengsek Wen. Aku tidak mencintaimu, hanya pernah. Saat itu hatiku terlalu sakit untuk melupakan mantan kekasihku, lalu aku bertemu denganmu. Aku pikir akan baik jika aku kembali bersama denganmu maka aku akan dengan mudah melupakan mantanku"

"Awalnya aku bisa melupakan sejenak, tapi nyatanya aku menyakiti diri sendiri dan juga dirimu. Aku terlalu egois. Untuk bertunangan denganmu aku tidak bisa Wen, hatiku bukan untukmu. Maafkan aku"

Diam-diam Wendy terisak mendengar jawaban Suga, baginya terlalu menyakitkan mendapati fakta bahwa ia mencintai orang yang tidak mencintainya secara tulus.

Sebuah tangan menyentuh pipinya, Wendy terkejut karena tiba-tiba aja Suga memegangi pipi kanannya.

"Jangan tangisi aku"

"Oppa... Apa kau benar-benar tidak bisa mencintaiku?"

"Wen, sesuatu yang dipaksakan akan tidak baik. Ada banyak pria luar sana yang menginginkan dirimu"

Wendy terdiam terlalu kesal mendengar jawaban Suga. Wendy berdiri dari tempat duduknya dan menarik nafas dalam-dalam.




"LALU KALAU AKU MENGINGINKAN DIRIMU BAGAIMANA?! KALAU HATIKU HANYA MENGINGINKAN DIRIMU BAGAIMANA?! APA KAU MASIH MENCINTAI WANITA JALANG MANTANMU ITU HAH!!!" Teriak Wendy menatap Suga.

"CUKUP!"

"Oppa aku mohon jangan tinggalkan aku" Wendy terisak memandang wajah Suga.

"Wen, kau tak pantas memohon kepadaku"

"Apa yang harus aku lakukan agar kau kembali kepadaku?"

"..."

Tak ada jawaban dari Suga lalu Wendy memutuskan untuk kembali ke kerja kerjanya dan menatap mejanya dengan tatapan kosong.

Perlahan Wendy mengambil sebuah vas bunga berwarna putih.

Pranggg.

Vas berwarna putih itu ia pecahkan di dinding ruangan. Terdapat banyak pecahan-pecahan kaca dari vas tersebut.

Tangan Wendy terulur mengambil pecahan kaca dari vas itu.

"Oppa, kembalilah kepadaku" Wendy terisak dengan memegang kaca tersebut lalu ia letakkan di lengan kanannya yang terdapat urat nadi.

"WENDY, JANGAN GILA!" Bentak Suga melihat kelakuan Wendy.

Wendy yang masih terisak tidak mendengarkan kembali bentakan Suga, perlahan Wendy menutup matanya dan menggoreskan kaca itu ke kulitnya. Perlahan terasa perih, saat Wendy buka matanya ada gorengan kecil dengan darah berwarna merah tua.

"WENDY BERHENTI!"




"Aku akan berhenti jika kau mau menikahiku, jika tidak. Aku akan menggoreskan ini lebih dalam"



"Wen, aku..."

Red RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang