63

1K 108 3
                                    

Mobil hitam yang Suga kini berhenti tepat di depan bandara, dirinya, Jennie, dan Wendy turun.

Mereka memasuki ke dalam bandara lalu menunggu pesawat. Suga memilih perjalanan malam karena sejak seminggu yang lalu dirinya sangat sibuk untuk kembali ke Korea. 

"Oppa aku akan merindukanmu" ucap Wendy disebelah Suga setelah mendengarkan pengumuman bahwa pesawat mereka tiba.

"Ne aku juga, jaga dirimu baik-baik" Suga memenangkan Wendy yang sedang cemberut karena akan ditinggal cukup lama.

"Oppa janji akan kembali lagi kan?"

"Ne aku janji"

"Baiklah kalau begitu, hati-hati sayang" Wendy memeluk Suga tak lama lalu menempelkan bibirnya dengan bibir Suga.

Wendy memulai ciuman mereka, awalnya Wendy hanya menempelkan bibir saja tapi Suga balas dengan lumatan. Lidah mereka saling bertemu, Suga merapatkan tubuh Wendy kearahnya. Suga mengabsen gigi Wendy satu persatu, Silva mereka saling tertukar.

"Eughhh oppa"

Suga yang sadar bahwa Wendy kehabisan pasokan udara lalu melepaskan Wendy kemudian ia sentuh ujung bibi Wendy.

Mereka saling tersenyum. Kemudian Suga melambaikan tangan ke arah Wendy.

Ketika Wendy tak terlihat lagi Suga menyamai posisi berjalannya dengan Jennie. Mereka berjalan beriringan memasuki pesawat.

"Menjijikkan" ucap Jennie tiba-tiba.

"Apa?"

"Oppa berciuman dengan wanita itu, sangat menjijikkan"

"Apa yang salah? Ini Eropa"

"Ya memang" jawab Jennie lalu tiba-tiba saja Jennie memberikan tisu kepada Suga.

"Untuk apa?"

"Bersihkan bibir Oppa, aku tidak suka melihatnya" setelah Jennie memberikan tisu itu kemudian adiknya itu berjalan lebih cepet meninggalkan memasuki pesawat lebih dahulu.

"Maafkan aku Wen..." Ucap Suga perlahan mengelap bibir.

Katakan Suga brengsek, memang itulah dirinya. Walaupun Wendy adalah cinta pertamanya tapi rasa cinta Suga tidak seperti dahulu. Tentu saja masih ada orang lain dihatinya.

Suga memang selalu memberikan ciuman kepada Wendy, tapi ciuman itu tidaklah tulus. Suga selalu membayangkan Rosé yang ada diposisi Wendy.

Brengsek memang.

-

Tadi pagi Suga dan Jennie sampai di bandara Incheon, mereka kembali ke apartemen milik Suga

Alasan utama Suga kembali adalah untuk menjalin kerjasama dengan butik Flower Roses, sekaligus ia mengurusi 2 restoran yang ada di Seoul.

Akhirnya usahanya selama ini memperjuangkan hak warisannya telah berbuah hasil, sedikit demi sedikit warisan itu telah jatuh ke tangan Suga dan Jennie. Walaupun banyak perdebatan panjang akhirnya Suga berhasil.

Masih ada beberapa warisan yang belum didapatkan, seperti sebuah Hotel di Roma. Sulit sekali hotel itu didapatkan Suga karena paman Hans bersikeras mempertahankan.

Jennie turut ikut mengikuti Suga mengurus restoran yang akan segera dimiliki atas nama Jennie dan Suga, karena ada 2 restoran.

Malam ini Jennie sedang pergi, adiknya berkata akan menemui Taehyung temannya itu.

Kini Suga sedang diruang tengah menunggu seseorang, lebih tepat sahabatnya. Seok Jin dan Hoseok.

Saat Suga sampai di Paris handphone miliknya terjatuh dijalan mengakibatkan ponselnya rusak sehingga ia tidak bisa menghubungi teman-teman. Lebih tepatnya, Suga menghindari mereka karena tidak ingin diantara mereka khawatir.

Pandangan Suga fokus ke arah televisi menayangkan sebuah berita, hingga terdengar suara bel. Ia langkahkan kakinya membuka pintu.

Benar saja sahabatnya itu sudah sampai di Apartemen miliknya.

Hoseok memeluk Suga erat.

Berbeda dengan Jin yang hanya menatapnya. Jin hanya terdiam di ambang pintu, laki-laki itu tidak berniat memberikan Suga pelukan ataupun sapaan.

Tubuh Suga terjatuh karena pukulan yang diberikan Jin, tiba-tiba saja Jin meninju Suga sangat kencang.

"Hyung ada apa!" Bentak Hoseok menahan tangan Jin yang sebentar lagi akan meninju suga yang kedua kalinya.

Perlahan Suga bangkit Suga masih setia memegangi pipinya yang terasa perih. Ia lihat tangannya ada sedikit darah, dan sepertinya ujung bibir Suga sedikit sobek.

"Sudah, kita bicara didalam. Hyung kau jangan emosi dulu. Dan kau Suga aku akan obati luka itu" Hoseok menengahi mereka lalu berjalan melewati mereka.

Jin duduk di ujung sofa, Hoseok sibuk mencari obat merah dan kapas untuk dirinya. Tak lama Hoseok datang menghampirinya.

"Tak perlu diobati, aku tak apa"

"Sudah diam saja" ucap Hoseok perlahan mengobati luka Suga.

"Ck" Suga meringis terasa perih saat obat merah itu mengenai ujung bibirnya.

"Menurut saja, kau selalu seperti itu. Sok kuat" tiba-tiba jin berkata kepadanya.

"Memang aku kuat" balas Suga.

"Terserah kau"

"Yak! Baiklah, bertengkar saja sana. Kalian boleh saling meninju satu sama lain, aku lihat disini. Silahkan tuan Kim dan tuan Min" Hoseok berucap dengan nada kesal.

"Maaf" Suga mengalah.

Kemudian Hoseok melanjutkan kegiatannya tadi mengobati Suga.

Sepuluh menit berlalu, akhirnya selesai.

Suasana kembali tenang kemudian Seok Jin melanjutkan berbicara.

"Aku tahu sifat mu memang pendiam, tapi aku tidak menyangka untuk masalahmu sebesar ini kau bahkan tidak menceritakan ini kepadaku. Aku seperti orang bodoh ketika Rosé menanyakan keberadaan mu, nyatanya aku tidak tahu dimana kau sementara aku adalah Hyungmu"

"Aku bener-benar menjadi seorang yang bodoh ketika tidak tahu dimana kau, bahkan ketika aku mencoba menyewa seorang mencari tahu keberadaanmu tapi nihil hasilnya. Dan semakin bodoh ketika ada temanku yang berkata ada pengusaha sukses dari Korea Selatan dan ternyata itu kau"

"Hyung, maaf aku saat itu-"

"Aku sudah tau semuanya. Tapi yang membuatku paling marah adalah ketika tahu bahwa kau memutuskan hubungan dengan Rosé dengan cara brengsek. Aku sudah menganggap ia sebagai adik perempuanku sendiri, ia berbulan-bulan seperti orang mati yang hanya memandang dunia kosong. Dan kemarin saat ia baru pulang dari Paris, ternyata ia bertemu denganmu bukan? Kau juga mempunyai kekasih kan? Kau benar-benar brengsek Suga"

"Kau tahu Suga, Rosé adalah wanita yang jika ia mencintai seorang laki-laki maka ia sungguh-sungguh mencintai laki-laki itu. Kau tahu ia pernah mempunyai masa lalu menyakitkan, aku pikir kau bener-benar mencintainya. Tapi setelah tahu kau menyakitinya. Aku benar-benar kecewa"

Red RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang