53

1.1K 105 2
                                    

Koper-koper dirinya dan Jennie sudah ada di depannya, di semacam troli. Kini mereka sudah sampai di bandara, tepat jam 8 pagi mereka tiba.

Udara cukup dingin untung saja Suga sudah bersiap memakai jaket tebal, saat ia melihat kesamping Jennie sedang mengusap-usap lengannya. Terlihat sekali gadis itu sedang menggigil karena kedinginan.

"Bukannya kamu sudah biasa di Paris? Lalu mengapa sampai menggigil seperti itu?"

"Aku selalu seperti ini tahu jika baru sampai bandara"

Suga tidak menjawab lagi lalu memberikan sebuah jaket yang ada di tas ranselnya, ia berikan kepada Jennie tanpa berbicara.

Gadis itu terdiam cukup lama lalu mengambilnya.

Mereka sedang menunggu jemputan di depan bandara, Jennie berkata jika supirnya akan telat menjemput karena ada masalah di jalanan. Dan benar saja mereka sekarang diluar bandara sedang kedinginan.

Sekitar 15 menit kemudian mobil yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba di depan Suga. Supir Jennie membantunya memasuki koper ke dalam bagasi mobil.

Jennie juga memperkenalkan supirnya itu yang sudah hampir satu tahun terakhir ini.

Jarak bandara menuju rumah Jennie lumayan cukup jauh, dan itu Suga manfaatkan untuk tidur.

Suga sedikit terguncang saat Jennie membangunkannya, mereka tiba dirumah Jennie yang tidak terlalu dekat dengan pusat kota.

Mereka masuk ke dalam dan terdapat seorang laki-laki yang sudah lumayan berumur di dalam rumah Jennie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka masuk ke dalam dan terdapat seorang laki-laki yang sudah lumayan berumur di dalam rumah Jennie.

"Hai Jennie, maaf tidak bisa menjemput mu" sapa pria itu menghampiri Jennie.

"Tak apa, lagipula sudah ada supirku" jawab Jennie sambil memeluk pria itu.

"Lalu ini yang namanya Suga?"

"Ah iya, biar aku kenalkan. Paman, laki-laki ini adalah Suga kakakku yang sering aku ceritakan. Dan oppa, ini adalah paman Jack. Ia adalah tentanga kita dekat sini dan orang yang membantuku selama ini"

Setelah Jennie berbicara masing-masing dari mereka akhirnya memperlakukan diri.

Hingga beberapa hari Suga disini paman Jack sering kali berkunjung untuk mengajaknya mengobrol atau keluar rumah mencari makanan.

Jujur saya Suga merasa nyaman dengan paman Jack, laki-laki itu sangat enjoy diajak berbicara apapun dan satu lagi, paman Jack tidak berusaha mencari tahu tentang dirinya. Suga merasa akan ada waktunya ia bercerita semuanya kepada paman Jack, dan ia senang bahwa paman Jack tidak ikut campur dengan masa lalunya.

Hari ini tepat seminggu Suga di Paris. Dan hari ini Jennie berkata mereka harus bertemu seseorang yang penting, dan ternyata orang itu adalah paman Jack.

"Baiklah akan saya mulai. Berdasarkan data-data yang masih tersisa, warisan untuk kalian dapatkan hanya sebagaian saja. Setengahnya hampir sudah diambil oleh Hans"

"Jika kalian bersikeras untuk mengambil warisan itu, tentu bisa. Karena Suga yang masih termasuk anggota keluarga Min, karena Jennie saat itu sudah diadopsi oleh keluarga. Dan itu dipergunakan dengan licik, Hans mengatasnamakan Jennie lalu mengambil setengah harta keluarga Min"

"Jika kalian ingin mengambil warisan itu hanya bisa diambil oleh Suga. Karena anda masih terdapat nama min"

"Seperti 1 perusahaan yang di Paris, 1 hotel yang yang ada di Roma"

"Dan untuk 2 restoran di Seoul, 1 penginapan di Jepang, 1 anak perusahaan di Amerika, dan 1 villa di Hawai. Dan itu sudah dikuasai oleh Hans sekarang"

"Mungkin cukup sulit untuk kita mengambilnya kembali, tapi jika kalian berusaha pasti akan ada jalan. Karena aku yakin, hanya kalian yang berhak menerima itu semua"

Suga yang mendengarnya sangat geram, betapa serakahnya dan liciknya laki-laki itu. Ingin sekali Suga tahu wajah paman Hans dan akan ia pukul hingga wajah itu tak terbentuk lagi.

-

Setelah percakapan mereka selesai Suga dan Jennie memutuskan untuk pulang ke rumah. Dilihatnya Jennie sedang di ruang keluarga dan sedang menonton televisi tetapi saat Suga perhatikan ternyata pandangan gadis itu kosong.

Jennie tidak menatap televisi yang ada di depannya, melainkan ke arah lain. Seperti memikirkan sesuatu.

Suga mendekati adiknya itu lalu duduk disebelahnya. Bahkan sampai Suga duduk pun Jennie masih melamun.

Sampai akhirnya Suga mengibas-ngibaskan tangannya didepan mata Jennie agar adiknya itu tersdara.

"Ah oppa! Aku kaget sekali" ucap gadis itu sambil memegangi dadanya.

"Mengapa harus kaget? Bukannya sedang menonton tv?"

"Ah itu-"

"Kamu melamun kan? Apa yang kamu pikirkan?"

"Tidaka ada"

"Jangan berbohong"

"...."

"Memikirkan percakapan tadi bersama paman Jack?"

Lagi-lagi Jennie terdiam tak mau menjawab.

"Aku merasa kedatanganku mengacaukan hidupmu. Sepertinya terlalu berat untuk menyingkirkan paman Hans, ia bukan orang sembarang. Ia punya anak buah yang kapan saja bisa mencelakai kita"

"Hey... Tak usah dipikirkan, lagi pula kau lupa siapa aku? Aku adalah anggota pembunuhan bayaran walaupun aku tidak pernah sekalipun membuat orang. Jangan ragukan diriku"

"Aish sombong sekali kau oppa"

"Sudah, jangan dipikirkan. Aku tidak merasa terbebani, justru aku merasa bersalah karena membiarkan mu membangun hotel itu seorang diri"

"Ne oppa, Aku ingin bertanya, boleh?

"Bertanya apa?"

"Saat kita sebelum berangkat ke bandara oppa Bilang ingin bertemu seseorang, apakah itu kekasihmu? Lalu bagaimana dia sekarang?"

Itulah Jennie, adiknya selalu tahu apapun walaupun ia tak pernah mengatakannya.

Saat mereka sampai di bandara pun Jennie sudah menanyakan hal ini, tapi terhenti karena saat itu panggilan pesawat mereka akan lepas landas membuat Suga tidak jadi menjawab. Dan kini adiknya bertanya kembali.

"Mengapa kamu bertanya itu?"

"Apakah salah? Maksudku, kamu sudah mengatakannya kan jika kamu akan pergi ke Paris?"

"Tidak"

"Jinjja! Lalu?"

"Aku memutuskannya"

Red RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang