Asmara Tunas Kelapa

542 68 28
                                    

Suasana bumper di malam hari itu dingin. Dingin sekali malahan.

Tapi... Changkyun rasakan hangat.

"Dengarkanlah suara hati ini~"

Bibir tipisnya bersenandung kecil sambil mencuri pandang pada salah satu Bantara yang sedang melakukan briefing di depan sana.

Berdiri dengan tegap berbicara dengan tegas membimbing teman - temannya.

"Kyun, kamu ngapain disini? Nggak ikutan api unggun?" mendapat teguran juga tepukan pada pundak, Changkyun menoleh kaget.

Oh Hyungwon.

"Mau bikin lagu, nanti aja kalau lagunya udah jadi aku kesana," kata Chngkyun.

temannya mengangguk lalu meninggalkan ia sendiri.

Melirik ke arah yang tadi, semua Bantara sudah membubarkan diri ternyata.

Sedikit kecewa, tapi yasudahlah. Dengan begitu kan Changkyun bisa fokus dengan lagunya, tanpa harus curi - curi pandang tidak jelas.

Nanti ke gap kan dia malu sendiri.

"Menghiasi relung sukmaku~"

Nada halus keluar dari bibir tipisnya. ia terlalu hanyut dalam lagunya sampai tidak menyadari keberadaan seseorang yang sudah duduk di sampingnya sambil menatapnya intens.

"Suaramu bagus,"

Dan Changkyun hampir saja mengumpat karena kaget.

Shit!

Mengumpat dalam hati.

"E-eh? Terimakasih kak," jawabnya gugup.

Di sapa dan dipuji seorang Bantara berpangkat tinggi itu sebuah anugerah(?) mungkin.

"Kenapa nggak ikut yang lain, mau menyendiri?" tanya kakak itu lagi.

Rasanya seluruh wajahnya panas, dan ia yakin wajahnya pasti memerah. Untung saja cahaya di sekitarnya itu remang - remang. Hanya di bantu satu lilin kecil yang sebentar lagi pasti habis.

Changkyun tersenyum mengingat lagunya, "aku buat lagu, buat api unggun. Mungkin aneh karena dibuatnya mendadak, tapi lagu ini gambarkan keadaan," jelasnya.

"Kak Jooheon sendiri kenapa disini?" tanyanya kemudian.

Tanpa menatap Jooheon. Pradana yang sebentar lagi akan dilantik sebagai Laksana, dan menurunkan kepemimpinannya.

"Saya?"

ia mengangguk.

"Sedang berusaha mendekati seseorang yang spesial," katanya sambil menerawang langit malam.

Changkyun terkejut juga merasa patah hati, tapi ia harus terlihat biasa saja.

"Oh ya? Lalu dimana orangnya, kenapa kakak malah disini. Orang spesial itu mungkin sedang menunggu kakak," katanya tenang masih sambil menulis lirik lagu dan sesekali mencoretnya kasar karena merasa liriknya kurang pas.

Atau memang karena merasakan hal lain?

Kegiatan itu tidak luput dari penglihatan Jooheon, Pradana itu tersenyum tipis. Gemas dengan tingkah Changkyun.

"Saya pergi dulu, kamu silahkan bergabung dengan yang lain jika sudah selesai,"

Ya, Changkyun ditinggalkan sendirian lagi disana. Dengan dadanya yang tiba - tiba merasa sesak, entah karena apa tapi rasanya sesak sekali.

sekitar pukul 21.34 Malam Pandawa dimulai.

Seluruh Caba berkumpul mengelilingi kobaran api unggun dengan tenang. Berdoa bersama untuk memulai kegiatan terakhir mereka di alam bebas.

LONGING HEART [JOOKYUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang