Sepertinya Jooheon bersungguh-sungguh dengan ucapannya tentang, "Changkyun adalah satu-satunya hal yang dibutuhkannya". Nyatanya dia telah merelakan jabatannya dan memilih untuk kembali ke Seoul, dan kembali ke Changkyun-nya.
Namun tak butuh banyak waktu untuk kembali bersinar, setelah kembali bekerja dirumah sakit yang sama dengan Changkyun, Jooheon langsung diangkat menjadi seorang kepala tim bedah rumah sakit tersebut. Dengan kata lain sekarang Changkyun adalah "bawahan" dari suaminya sendiri.
----
Jooheon baru saja keluar dari ruang operasi yang ditanganinya, kemudian dengan tidak sengaja melihat raut keributan dari ruang sebelah yang juga sedang menjalani sebuah operasi. Sebagai seorang kepala tim bedah Jooheon tentu dengan mudah mendapat akses jika ingin masuk kedalam ruangan tersebut.
"Ada apa?"
Jooheon bertanya pada seorang tim yang berjaga di sebelah pintu masuk, wanita muda itu menunduk dan menjawab dengan suara bergetar.
"Dokter Im melakukan sedikit kesalahan, dia salah menggunting bagian tubuh pasien."
Dan tanpa menghiraukan apapun Jooheon langsung tergesa dan bersiap dengan segala macam kebutuhan untuk operasi. Jooheon langsung menuju meja operasi tersebut dan dengan bantuan seorang tim yang lain Jooheon memakai perlengkapan dan masker yang dibutuhkan, tanpa melepas pandangannya kepada Changkyun yang sedang sibuk "memperbaiki" tubuh pasien dengan keringat yang mengucur deras dari dahinya.
Hampir 30 menit Changkyun dibantu Jooheon dan tim menyelesaikan tindakan operasi yang sangat menegangkan itu, beruntung masalah sudah teratasi dan pasien bisa diselamatkan atas kerjasama mereka. Detak jantung pasien yang sebelumnya kritis sudah dinyatakan normal kembali, dan hal tersebut tentu membuat semua orang yang berada disana bernafas lega. Hingga membuat Changkyun merasa lemas dibuatnya.
"Bagaimana bisa kau melakukan kesalahan seperti itu? Apa kau benar-benar tidak mengenali pasien mu sendiri, Dokter Im?"
Jooheon tidak membentak, namun ucapannya yang dingin benar-benar mampu membunuh atmosfir kelegaan yang baru dirasakan semua orang, hingga membuat siapapun yang disana tampak menunduk dalam dan tidak berani menatap Jooheon.
Setelah operasi selesai Jooheon tampak sibuk membersihkan dirinya sendiri. Kemudian seseorang tampak menghampirinya -dengan takut-takut-, wanita muda yang tadi berjaga disebalah pintu.
"Maaf dokter, tapi pasien tadi sebenarnya adalah pasien dokter Park, beliau sedang ada urusan mendadak dan tadi pagi meminta dokter Im untuk menggantikannya, maaf jika operasi tadi memiliki banyak kekurangan."
Wanita itu bahkan tak mampu menatap mata Jooheon, dia hanya menunduk takut sebelum akhirnya Jooheon menyuruhnya untuk pergi, yang sebelumnya juga mengatakan bahwa semua sudah baik-baik saja.
-----
Instingnya tidak pernah salah, Jooheon menemukan Changkyun di lorong bagian belakang rumah sakit, sedang berjongkok menenggelamkan wajahnya diantara lengan yang dilipat diatas lututnya sendiri dan tentu saja, sedang menangis.
"Bangunlah."
Changkyun mendongak, menatap sebentar sepasang manik sipit milik suaminya itu sebelum akhirnya kembali menenggelamkan wajahnya, dan kembali terisak. Dan Jooheon kembali melihatnya, melihat mata pujaannya menjadi merah dan bengkak, dan untuk kesekian kalinya, hal itu disebabkan oleh dirinya.
"Lee Changkyun, aku bilang bangun."
Isakan Changkyun berhenti seketika, ucapan dan nada dingin seorang Lee Jooheon benar-benar membuatnya merinding, dan seperti terhipnotis, Changkyun kemudian bangun begitu saja. Dan seperti sudah menjadi kebiasaan Changkyun sejak dulu, saat dirinya merasa takut dia akan memilin ujung baju yang dikenakannya dengan wajah yang menunduk dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONGING HEART [JOOKYUN]
RandomKUMPULAN CERITA YANG DITUJUKAN UNTUK PARA JOOKYUN SHIPPER