"Selamat pagi, setan dunia yang saya hormati."
Cowok berpenampilan kurang rapih itu memasuki pekarangan dengan akhlak tertinggal di jalan.
"Pagi kembali, temanku yang akhlakless," sahut Jooheon selaku pemilik rumah, tengah memanaskan motor.
"Widih, cakep bener nih hari ini. Mau nyopet di mana om?"
Jooheon mengumpat. "Copet mana yang pakai produk CK, bego! Heran gue bisa temenan sama lo dari masih jadi kecebong."
Changkyun memeletkan lidah tidak peduli. "Copet upgrade. Perampok jaman sekarang pakai dasi loh, masa preman enggak?" katanya. Sedikit memberi jokes gelap dari dalam hati.
Jooheon jadi diam. Yang temannya itu ucapkan tidak sepenuhnya salah, dia juga sering berpendapat seperti itu. Lagipula kalaupun salah, sejak kapan ia berani membantah ucapan sahabatnya.
"Juon, lo kalau putus jangan nyusahin orang lain dong. Perasaan gue terus yang jadi kambing hitam," protes Changkyun tiba-tiba sambil memakai helm merahnya.
Jooheon hanya meringis minta maaf sambil menunggu cowok itu menaiki motor besarnya. Ia tak enak hati selalu merepotkan Changkyun, tapi mau bagaimana lagi, hanya cowok itu yang dekat dengannya dan cocok dijadikan alibi.
"Mau gimana lagi, Kyun? Gue tanpa elo gabisa apa-apa."
Changkyun berdecak. "Makanya kalau punya muka nggak seberapa nggak usah belagu! bening dikit slepet, bohay dikit sikat. Mirip cucian baju," katanya kesal.
"Yang penting elo nggak di apa-apain, kan?"
Changkyun tersenyum tipis, tangannya refleks menyentuh lengan kiri yang tiba-tiba nyeri. "Ya enggak sih, tapi gue sebel kalau jadi bahan gosip."
"Santai aja, mulut lo kan lebih tajem dari feni rose. Tinggal ngap nanti mereka ngep."
Jooheon memang selalu menggampangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Changkyun.
Tanpa peduli jika segala yang ia lakukan pada pemuda manis itu berbuntut panjang. Menggampangkan protesan Changkyun, mengabaikan dendam tersendiri di hati para mantan saat dia menjadikan Changkyun sebagai alasan putus.
"Lo nggak takut kehilangan gue gitu? Mantan lo barbar banget, kalau gue disantet bisa modyar."
Dengan santai Jooheon terbahak. "Nggak mungkin lah, bego. Buktinya sampai sekarang lo nggak kenapa-napa." Kepalanya dipukul lumayan keras oleh Changkyun.
"Kalau gue mati, lo nggak sedih?"
"Buat apa, anjir? Buang-buang waktu. Mending gue ngurusin dm instagram yang membludak." Jujur jawaban Jooheon membuat Changkyun sakit hati.
"Nggak ada hati lo, bangsat. Gini nih kalau pembagian akhlak datengnya telat," kata Changkyun.
Meredam sesak yang datang tanpa diminta.
"Untung gue sayang sama lo, kalau enggak udah gue bunuh dari dulu."
"Alah najis lo, Kyun. Geli gue," balas Jooheon terbahak.
Dia pikir semua hanya candaan semata. Tanpa tahu ada hati yang tersakiti.
"Ya jelas geli, elo kan, straight."
————end
KAMU SEDANG MEMBACA
LONGING HEART [JOOKYUN]
RandomKUMPULAN CERITA YANG DITUJUKAN UNTUK PARA JOOKYUN SHIPPER