The Peaches Punch

1.3K 245 30
                                    




Irene atur nafas, berdiri tepat didepan pintu ruangan Wendy. Blazernya ditinggal di mobil, hari ini dia banyak berdoa minta selamat ke planet gurita walau tadi langsung dijawab pake gemuruh petir.

Sedikit mendung, Irene bahkan takut nanti Wendynya gak bisa ditenangin pake kalimba. Manusia Bae ini pejamin mata sekilas dan beralih buang nafasnya cepat.

Ketukan pertama gak ada sahutan, Irene inisiatif masuk tanpa disuruh.

“Sere?” panggil Irene pake nada lembut, pemandangan Wendy yang duduk sambil tekuk dua kakinya keatas kursi itu jadi bawa kesan mendalam.

Entah kenapa hatinya mencelos, Wendy sama warna kulit putihnya seketika jadi sendu. Apalagi isakan getir—Irene nyaris bawa perasaan. Nyaris ikut nangis.

Semuanya soal Lyubovskha jadi serba nyaris. Nyaris cinta mati.

Irene jalan mendekat, gorden sari tipisnya biarin kasih angin izin masuk kedalam. Dia berlutut, tarik kaki Wendynya kebawah pelan-pelan.

“Kamu kenapa?”

Kepala Irene mendongak, Wendy bales merunduk dan reflek tutup kupingnya sendiri pake dua tangan.

Isi kepala Wendy kacau, tadi langkah kaki Irene malah kaya suara pukulan tongkat kriket punya Mingyu. Kondisi menolak kondusif, Wendy mukanya makin basah.

“Ibu bilang aku ini jalang.”
“Mingyu pukul aku waktu Seulgi jujur pas hari selasa, aku baru lulus wisuda padahal.”
“Mama sama papa meninggal di toronto aja aku gak tau.”
“Terus Rosie jauh terus, aku takut sendirian.”
“Aku takut sama kriket Mingyu. Takut ibu.”

Tau? Semua luka batin dikeluarin semua, Irene membisu. Rasanya mulut gak bisa gerak sama sekali.

Irene taruh pipinya dipaha Wendy itu halus, biarin Wendy usap kepalanya teratur, dan suara tangisan Wendy jadi lebih gelap dan mencelos dalam hitungan detik.

Manusia Bae ini berdebar, kemarin dia terlalu percaya diri—tentang hak milik sepenuhnya, Irene kira dia udah tau semuanya, tapi ternyata 5% hidup Wendy aja dia belum sepenuhnya fasih.

Semuanya masih jauh, kayanya Irene harus jadi Mingyu dulu supaya nanti kalau Wendynya down bisa jadi orang pertama yang Wendy cari.

Hatinya masih gak nyaman, tapi Irene bisa apa? Pergi ninggalin Wendynya sendiri itu tindakan yang jelas-jelas total idiot.

Irene remas jemari kenyal milik Wendy, dimainin lembut bahkan ditempel kepipinya tanpa banyak suara yang keluar.

“Sayang sekali sama kamu, sumpah.” gumam Irene masih diposisi semula. Matanya reflek panas waktu jemari Wendy bales mainin jarinya.

Gak kuat denger suara senggukan Wendy terlalu lama, akhirnya Irene lolosin satu air matanya dan jatoh dipaha polos punya Lyubovskha.

Ini bener-bener emosional, harusnya dari kemarin dan kemarinnya lagi—Irene gak usah kuatin ego, gak usah banyak nuntut dan merengek. Wendynya gak suka yang begituan, tapi coba jadi manusia ngerti kondisi itu susah; apalagi saingannya Mingyu.

“Kak, mataku sakit.” Irene langsung bangun, dua-duanya terguncang. Tapi disini Wendy lebih rapuh.

Irene tiup kecil dua bola mata Wendy, yah semoga membantu. Terus Suasananya seketika jadi senyap, Wendy dibawa kedalam pelukan dan Irene biarin Wendynya mendekam diceruk leher. Dia banyak bisik kata penenang, Mingyu sukses kegeser semakin jauh di otak Serenada.


_______________________________________


Ayo rayakan keajaiban ini dgn doa paling mujarab buat Wandaqu tershayang. Semoga cepat aktif lagi sama kawan-kawannya!!!

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang