Pastry Planet

1K 202 19
                                    

Mati gila. Tewas, akibat bercandaan idiot yang seharusnya gak perlu disuarakan depan Wendynya.



;

“Apa kamu mau pukul aku kaya Mingyu?” disini Wendy tahan tangan manusia Bae yang nyaris tarik bahunya biar bisa peluk.

Posisi didalam rumah, sedikit tegang dan ini jauh dari kata seru. Irene geleng keras, sumpah maksudnya gak gitu. Wendy mukanya basah, bahkan telapak tangannya kerasa licin akibat keringat takut.

“Maafin,” melas, Irene rasanya pengen meloroh kebawah.

“Gak, kamu pasti mau pukul aku ya?”

Irene terus geleng, sangkal semua tuduhan. Pikiran Wendy entah dimana, gak bisa lihat alphanya didepan mata dan Irene tau ini salah dia.

Kemarinan memang Irene gak pernah mau terima salah; walaupun dia tau betul dia jelas salah. Tapi sekarang Irene ngaku, kali ini dia buat Wendynya takut.

“Bu,” Irene terus coba pegang bahu kecil Wendy.

Wendy berontak kasar, tadi dimotor bahkan dianya gak mau pegang apapun. Serenya Irene mendadak benci situasi lepas dengar tongkat kriket.

Mereka terus begitu, Irene coba tenangin—tapi Wendy gak mau. Rasanya Irene sama mulut kurang ajarnya harus dikampleng beneran.

“Lepasin!”

Dan malam ini punya judul ambyar.

Rok rample warna hitam Wendy gerak heboh, dia melawan; Irene keras kepala responnya. Irene gak tau kalau Wendy dikondisi terguncang begini aslinya gak mau ada sentuhan apapun.

Bebal itu yang bikin Wendy makin brutal malam-malam.

Setiap manusia Bae itu bilang satu kalimat dan ada upaya sentuh walau cuma secuil, Wendy serasa ada ribuan koloni semut merah naik ke badan. Tadi kubilang Wendy pikirannya kacau kan.

“Aku tadi idiot! Iya, maafin. Gak gitu lagi, janji.”

“Kamu pembual,”

Kepala Irene geleng keras, “Enggak Ser.”

“Iya! Kamu gitu, ngaku!”

Irene nyerah, nafasnya agak berat dan kacamata baca lepas semenjak mereka buka pintu. Wendy beralih mundur, pigmen wajahnya keliatan jelas dan musim semi ini ada bagian sesal yang Irene rutuki diam-diam.

Apapun itu asal jangan cerita tentang tongkat kriket, Wendynya punya sisi traumatic parah—dan Irene seolah lupa, nyampah sama cerita masa lalu.

Oke, katanya dulu itu lebay. Nih manusia kentank belum rasain aja gimana sensasi dipukul waktu hamil muda.

Wendy meringis, Irene perhatiin gelagat istri didepannya.

“Relaks, gak ada yang bakal pukul kamu.”

“Diem!”

Irene telak bungkam, luar biasa disentak bre. Ternyata gak enak, Wendy terus meringis dan tangan putihnya itu  mulai raba tengkuknya kasar.

Ya ada apa ya sama hari ini? Seolah punya sisi berbeda disetiap jam.

“Sere,” Wendy gak ada respon, dia beralih jongkok dan nunduk nyaris tahan sakit dibagian kepala. “Sere, jangan gitu. Aku takut.”

“Mataku sakit kak.”

Bahkan tadi jawaban Wendy masuk suara tangisan. Irene langsung jalan panik kedepan dan ikut jongkok.

Pintu rumah masih kebuka, dari luar total sepi dan Irene sama rasa paniknya yang gak habis-habis jadi bawa kesan sesal terlampau jauh. Dia sering sindir tentang Mingyu, nyatanya Wendy segini takutnya.

Pipi Wendy dia tarik keatas, dibiarin sedikit mendongak supaya tau respon.  Wendy cuma diem, masih nangis dan tangannya beralih pegang sisian baju Irenenya itu agak kuat.

“Aku gak bisa liat.”

Dan rewind juga ternyata, Irene hatinya mencelos. Sekarang dia gak bisa nyalahin orang lain lagi kaya dulu. Pelaku tunggal Krystal jung jadi ganti nama—Irene Bae. Tok,

________________________________________









tnggung jawab! 😠

Gantengku Mingyu tertawa membaca ini 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gantengku Mingyu tertawa membaca ini 😘

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang