Piñata Party

880 169 21
                                    

Sampai sorenya habis, Irene masih duduk duluar. Masih sendiri, gak berani masuk kamar—gak berani ambil langkah kemanapun, apalagi nyamperin kedalem itu beneran cari mati. Sumpah.








;

“Mau kemana,”

Kalimat tanya pertama buat hari ini, Irene yang mulai. Sedikit bangun dari posisi senderan disofa, ya Wendy segitu rapihnya mau kemana?

Sementara Wendy masih bungkam, biarin Irene liatin dia intens; sendirinya memandang ke arah lain. Posisi nyaris dipintu, sekali cklek ya keluar pasti dia. Sama coat tebal warna maroon musim semi planet gurita.

Wendy hela nafas pelan, “Aku diklinik sampai besok sore, kalau butuh gak usah sungkan buat dateng kesana.”

Disini puncaknya mereka gamang, bahkan Irene enggak tau maunya apa sekarang. Tangan Wendy naik pelan, knob pintu sukses terbuka.

“Bu, ini malem. Aku yang anter.”

Nyaris, nyaris keluar dan ketahan otomatis begitu Irene ngeluarin suara melasnya yang terkesan ragu.

“Ada Sharon. Kamu lagi hamil, gausah kena angin malem.” dan sedikit lirik kesana sambil pasang senyum terbaik.

Irene ngalah, biarin Wendy keluar bareng Sharon malam ini. Bahkan gak ada pelukan manis seperti biasa, semuanya nyaris melarikan diri—kenangan mereka gak seberapa banyak.

Ya otak dia juga panas, Irene berakhir hela nafas panjang. Raut dan kalimat Wendynya gak ada tanda marah sedikitpun, semua pertanyaan nya dia bahkan dijawab semua.

Biasanya kalau Wendy marah itu jadi lebih senyap dari sebelumnya. Dan ini yang jadi pikiran berat manusia Bae.

Pandangannya merendah kebawah, perutnya diliatin lama—yah ujungnya dia inget ini yang jadi penyebab.

Irene ambil ponselnya, sedikit ragu sih buat hubungin seseorang. Ya tapi ini ganggu.

'Hallo Davis,'

______________________________________





:3

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang