Cola Brush

1.3K 220 20
                                    



Katanya yang paling tua itu paling dewasa,

Hela nafas capek yang ada. Kubilang Irene kentank total, Wendy anggukin setuju lho, plis.

“Apasih Mingyu Mingyu,”

“Ho, dianya yang bahas duluan.”

Dialog paling atas itu Wendy, nadanya sedikit jengah. Tok ya gak mau tau.

Bahkan disini suananya sedikit ribut sama dua manuasia yang pilih tempat makan paling ujung, asik—makan tanpa daun bawang diluar rumah itu jackpot. Wendy seneng, sayangnya cuma sebentar.

Irene gara-gara lagi.

Wagyunya dicelupin ke kuah panas, sedikit dimainin dan Wendy males seketika dapat semacam nada rendah tapi gak mau kalah.

“Kak, kita baru nikah lho. Dewasa dewasa.”

Irene berdecak, gelas alkoholnya digeser kesamping. Kata dewasa bunyinya dua kali; Wendynya mode terganggu.

Ya Irene tanya, salahnya dia dimana? Jelas tadi Wendy yang pertama kali ngomong 'Oh, Mingyu juga suka ajak aku kesini waktu awal nikah'

Boleh marah? Duh, kadar kentank takut naik. Gausah mending.

“Yaya, kamu memang paling dewasa seplanet ini. Iya,”

“Gitu kek daritadi, sayang deh.

Irene mencibir, Wendy sodorin wagyunya buat Irene—reflek buka mulut dan niat mendumel seketika lenyap.

Manis gini kapan lagi?

“Jam berapa sih ini.”

Irene gak jawab, tapi layar ponselnya dipampang depan wajah kesayangan. Wendy awalnya loading, gak bersuara itu sama dengan Irene jauh dari kata santai.

Mainannya sudah hafal diri masing-masing, yang begini dibilang hebat terlalu alay. Tapi Wendy memang hafal nyaris separuh hidup Irene.

Cih, chapter tiga puluh sekarang. Mana mungkin cuma hafal nama lengkap.

Dan jam 21:43 ini ada manusia Bae yang pasang wajah sumpek gara-gara nama seorang Kim Mingyu.

“Kusut gitu mukamu jelek,” celetuk Wendy. Wajahnya mengernyit karena kuah pedas yang disruput agak kuat.

“Bodo, jelekan Mingyu.”

“Childish, gak seru.”

“Kenapa mau nikah, childish begini bukan tipemu kan.” ini Irene, gelas alkohol diputer iseng dan Wendy perhatiin dia intens pake satu kali kedipan.

“Yah, aku muak sekarang. Pulang? Aku mau pulang.”

“Pulang sendiri, mobilku gak mau ada kamu jadi penumpang.”

Tau? Irene serius soal yang terakhir. Wendy total ngeblank, yang jadi pemandangan cuma punggung kecil Irene. Bahkan tadi gelas alkoholnya sedikit dilempar, untung sudah kosong.

“Dia kenapa ya?” gumamnya tanda heran.

Blanknya ambigu, Wendy tipekal acuh sama orang marah. Tanya dong sama Mingyu—cogan Webtoon itu korban kenyang gak dianggap kalau lagi ngambekan.

Haduh Irene, selamat mengemudi sendiri tanpa teman bales obrolan saja ya.

Terus Wendy sedikit bengong sambil perhatiin kuah pedas didepan mata, mikir nanti pulang sama siapa. Kan? Ada ngeselinnya juga kondisi begini.







;

“Oke Mrs. Bae—perkilo meter biayanya lebih dari jam operasional biasa. So, bisa jalan sekarang?”

“Gausah ada marga dianya, jelek.”

Beruntung Mina orangnya santai, walau tadi sempat adu argumen ditelpon beberapa puluh menit yang lalu.

Ya untung juga Wendy itu gudangnya ilmu segala pertanyaan yang sulit, circle pertemanan mereka ternyata ada sisi menguntungkannya juga.

“Jelek gitu dia jadi margamu sekarang dan seterusnya.”

Mobil jalan keluar dari parkiran, dan Wendy meringis sendiri. Kalimat sekarang dan selamanya seketika punya beban besar entah dari mana.










________________________________________





Kusuka kericuhan tak nampak semacam ambek-ambekan.

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang