Hiraeth

1K 185 28
                                    




Paginya hilang rasa tegang.

Mereka bisa diskusi semalaman, ajaib. Pokoknya ajaib, jadi kaya semacam kejadian langka kalau Irene dan Sere punya waktu kalem.

Biasanya saling bentak, saling ngatain bodoh dan ngejek-ngejek gak mutu supaya besok hari cepat mati. Wendy eneg liat muka Irene yang tengil, ya tapi sayang. Gimana dong?

“So, hari ini kamu ikut aku dulu ya. Kita pergi ke kantor temenku dulu,”

Irene gigit kasar chicken wingsnya gak sabaran, Wendy geleng kepala jengah. Dia beralih sodorin gelas airnya kedepan Irene yang langsung ambil itu jatah minumnya.

Haduu, santai orang mah.

Mata Wendy sembab, bekas nangis semalaman. Rasanya hati tetap kacau tau Abraham masih hidup.

Tapi Irene mikir ini gak mungkin gampang. Irene tahan Wendy supaya gak gegabah datengin rumah Ibu Mingyu kesana.

Ya—pusatnya disana. Pasti.

Wendy gak ikut makan, Irene perhatiin dia intens sama kunyahan chicken wings didalam mulut.

“Sayang.”

Dahi Wendy langsung mengernyit. “Geli, gausah panggil aku begitu.”

“Iya sayang.”

Tak-tik Irene berhasil, Wendy gak diem lagi. Dia terkekeh lucu. Hamster banget. Irene gemes.

“Geli,”

“Tauk lah, geli geli mulu. Mukamu aneh bu, bengkak. Kebanyakan nangis.”

Kepala Wendy ngangguk iyain biar Irene gak bawel. Hati masih belum kondusif sebelum semuanya yang ada dikepala dia terbukti. Irene ngajak bercanda dianya tau pasti buat pengalihan.

Terbaik kan dia?

Sejauh ini cuma Irene yang rela jatuh bangun, bahkan sekarang Wendy tau pasti Mingyu mati masih ninggalin hutang cerita.

Rasanya kalau Mama Papa masih hidup—Wendynya pengen ngobrol banyak. Supaya keluhan dia gak menumpuk di Irene tiap jamnya.

Wendy senyap liatin Irene makan sambil ngotak-ngatik laptop. Tapi kok ya rasanya Irene keliatan gak percaya kalau Abraham masih hidup.

“Kak, omonganku kamu anggap serius atau enggak.”

“Omongmu soal?”

“Ya soal Abraham, ginilho—” Wendy tahan kalimatnya, Irene nunggu bahkan. Sabar. Wendy hela nafas, yang begini bikin kelu. Gak tau mau ngomong apa ujungnya kan.

“Terusin.”

Dan gelengan kepala Wendy jadi penutup obrolan pagi ini.

Irene pasrah, gak akan ada paksaan apapun. Dia ikutin Wendy maunya apa dan gimana. Irene beneran ikutin alur Wendy, seandainya nanti asumsi Wendy itu cuma omong kosong.

Karena rasanya aneh; Abraham hidup ya jelas aneh. Dia jadi lawyer pun bukan tanpa alasan. Insting mengurai masalah dari banyak kejadian yang selama ini Irene lakuin selalu terjabarkan secara transparan.

Gak serumit ini, Irene gak mau sangkal asumsi Wendy. Irene gak mau Wendy nganggep dia gak ada dipihaknya.












;

“Ini kita mau kemana kak?” pertanyaan Wendy gak dijawab.

Irene terus gamit tangan Wendynya sampai masuk kedalam lobi kantor. Kantor animasi,

Wendy bales gamitan tangan Irene itu erat. Lalu mereka berdua stop didepan resepsionist. Wendy agak menjauh buat liat-liat gambar unik yang terpajang disepanjang tembok, sementara Irene ngobrol kecil sama resepsionist nya.

“Eh, bu bidan?”

Wendy reflek noleh kesisi kiri; ada Yerim sambil bawa banyak barang yang Wendy tebak pasti itu oleh-oleh dari jepang. Dia senyum lebar, Yerim bales pake senyuman lebar juga.

“Yerim? Baru pulang ya?”

Choi Yerimnya masih senyum, terus ngangguk dan sedikit merunduk begitu Wendy bungkukin badan tanda salam.

“Iya, baru pulang kemarin. Sekitar lima hari yang lalu. Bu bidan ngapain disini?”

“Oh? Iya kah? Saya lagi nganter istri saya. Tuh,” telunjuk Wendy nunjuk ke arah Irene yang masih ngobrol sama resepsionist kantor; posisi munggung. “Jadi kamu kerja disini? Kaya Heejin ya.”

Kepala Yerim ngangguk lagi, mereka terlibat obrolan kecil sambil ketawa sesekali. Lalu Minkyung yang baru keluar dari belokan langsung tarik Irene menjauh dari sana.

Minkyung kaget liat Wendy, Irene lebih kaget sialnya. Bingung dia. Mereka sembunyi dibalik tembok, pokoknya jauh dari pandangan Wendy sama Yerim.

“Bangsat, dia ada disini. Pasti Ibu yang kasih tau.”

“Apasih Minkyung, lu ngomong apaan. Siapa yang lu maksud?”

“Kita pindah ke dalem aja Bae, takutnya dia liat kita. Ayok!”

Dan Irene cuma bisa pasrah dibawa paksa sama Minkyung ke ruangannya tanpa Wendy. Sementara Wendy kebingungan disana, tanya didalam hati. Irene kemana?

_______________________________________












Apa klian tida tau kalau aku punya jurus kagebunsi no jutsu? Ak ada banyak. Dimana-mana, demi memantau para penjiplak. Istipar dah kalian, bumi mau kiamat.

Senyumin ae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyumin ae. Kebodohanmu adala hiburan :))

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang