Squash Delight

1.6K 240 41
                                    








Jas putih dikursi depan itu pasti menyuara sebal; andai dia makhluk hidup, nonton majikan yang total lemah dapat kungkungan protektif dari manusia Bae.

Gebukin tolong dong sial, mungkin begitu ya kira-kira.

“Aku mau pejoy—anh.

Irene sedikit ketawa kecil, jas putih dapat suara desahan dari Bu bidan. Irene sengaja mancing, jelas. Ya dia tau darimana soal titik sensitif? Reflek membusung kan Lyubovskha waktu Irene jemarinya merambat dari bawah perut lalu naik keatas dada. Halus.

Kungkungan tanda sayang waktu penggabungan, kata Irene bacotnya begitu.

Yang begitu sih sukses bikin Wendy melemah nyaris pasrah, kancing kemeja pun rela dilepas di dalam mobil entah dari kapan.

“Pejoynya nyusul.” Irene nadanya berat, kalimat ini keluar berupa bisikan dari belakang punggung punya Wendy.

Agak geli kalau boleh bilang, Wendy sedikit mengernyit tahan sesuatu yang meletup-letup dari atas kepala, rasanya panas seketika menguasai.

“Gak mau disini.”

Lagi, Lyubovskha terus protes soal tempat penggabungan. Irene gak respon, tapi tangan reflek remas lebih kuat sesuatu yang sedari tadi bersembunyi dibalik kemeja pastel.

“Pejoymu siapa yang beli?” Wendy melenguh jadi sebuah jawaban.

“Kak, kamu.”

“Yasudah mulutmu tenang dulu, jangan banyak ngoceh.”

Berakhir geraman gemas, Irene lebih aktif dari satu menit yang lalu. Lidahnya menjulur, jilat sekilas tengkuk putih polos punya Serenadanya itu agak sensual.

Walau tadi dapet tamplakan telak di kepala—tapi Irene gak perduli. Nanti jawaban hatinya klise; kapan lagi bisa nonton bidan yang segini kacaunya didalam mobil? Yah, gak kuat lah dia kalau harus nyetir ke rumah Wendy.

Tadi janji awal mereka buat nentuin tempat penggabungan soalnya disana.

Tragis, kepala manusia Bae ini kena tamplak lagi. Bahkan Wendy sedikit bilang kotor waktu Irene remas dadanya lagi tanpa bilang apapun.

Irenenya menjengit, dibilang tolol karena salah spot rangsangan. Beralih dia terkekeh, apalagi cuaca cerah planet gurita yang mendukung penuh aktivitas jadi punya kesan bagus tersendiri.

Wendy sedikit jilat bibir bawahnya sendiri, dari belakang punggung sana Irene masih gila sapu lidah. Blazer Irene kena remasan telapak tangannya, gestur tahan hormon biar gak di ledek kalau dia juga butuh penggabungan.

“Udah, rokku jangan disingkap.”

“Apa? Gak denger.”

Irene bodo, semua ocehan Wendy gak digubris barang satu kalimat. Disini Wendy total panas, dan ngaku kalau Irene mainnya gak pernah mengecewakan. Padahal ini baru awal.

Ya sedikit malu diliatin miniatur anjing yang lehernya ngangguk heboh kalau-kalau pergerakan mereka punya ritme cepat. Posisi begini susah, sempit dan pengap kan Wendy gak suka.

Lawyer lebih keras kepala soal apapun, jadi Wendy mau protes banyak juga kayanya percuma.

Yang nulis juga sebetulnya banyak bilang najis didalam hati. Tapi ada kesan segar seketika waktu Wendy kasih respon nolak disentuh, detik itu Irene langsung melongok kedepan dan lumatan dibibir Lyubovskha jadi lebih manis entah karena apa.

Ponsel punya Wendy menyala di dashboard mobil, dia lirik sekilas pake matanya yang sayu efek rangsangan.

“Ponselku!”

Irene gak gubris lagi, Wendy maksa bangun dan kungkungan protektif dari manusia Bae lepas.

“Siapa sih?!” tanya Irene sedikit emosi, Wendy senyap—matanya fokus diponsel.

“Yeri calling.”

Wendy berdehem, sedikit grogi harus duduk dimana; akhirnya balik lagi di kungkungan Irene, menyamankan diri.

'Iya Yer?'

'Ada ibu siap melahirkan,
tapi bayi gak ngajak,'

'Posisi bayi gimana?'

'Posisi bayi udah dibawah.
umur kandungan lebih
dari sembilan bulan.'

'Langsung SC aja.'

'Tapi gak ada bidan bu.'

'Yasudah saya ke klinik sekarang,
kamu bius kaki ibunya dulu.
sepuluh menit lagi saya nyampe.'

Dan Irene langsung mendengus, wajahnya keliatan sebel.

“Anterin ke klinik, aku harus operasi.” pinta Wendy sambil kancingin lagi kemeja biru pastelnya.

“Belom kelar urusan kita. Kan ada Yves, kamu suruh Yves aja.”

Wendy hela nafas, beralih tangkup pipi Irene dan cium ujung hidungnya beberapa kali. “Yves punya kerjaannya sendiri, jangan egois dulu. Nanti bisa tuntasin urusan ini dimanapun—terserahmu.”

Terserahmu? Irene loading, senyum lebarnya tercetak manis disana. Tapi Yeri jadi musuh besar kedua setelah Sharon. Bodo.



_______________________________________



Ttp tittlenya di orson.

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang