We're Another Mentality

1.1K 179 44
                                    







Hari ini hari special, kandungan Irene nginjak empat bulan. Wendy sibuk semenjak dari rumah—semuanya serba menyenangkan ya katanya. Irene sendiri gak begitu suka sama kandungannya sendiri.

Jadi terserah Wendynya aja. Mau di bolak-balik biar mateng juga gak masalah.

Sebetulnya mulut Wendy gatel banget pengen nyeritain pengalaman hamilnya waktu sama Mingyu, aduh.

Lebih baik jaga jarak aman kan. Irene moodnya lagi naik-turun. Percis kaya dia waktu hamil Abraham.

Jadi sekarang posisi mereka di klinik, Wendy ajak alphanya buat USG. Irene udah merebah, bahkan dia nyaris tidur tadi waktu Wendy main kalimba sebentar.

“Hey, jangan tidur!” pipi Irene ditepuk lumayan kuat, Wendy terkekeh sama respon Irene yang ngeluarin decakan keras.

“Aniaya aja terus akunya. Lagi hamil gini juga, ck.”

“Ya makannya jangan tidur. Kamu gak mau liat di monitor apa?”

“Gak mood.”

“Maafin mamamu ya baby. Mamanya gila.”

Perut Irene diusap lembut, Wendy mendelik judes begitu Irene tatap dia intens. Manusia bikin kesel, Irene terkekeh aja liatnya.

Wendy gak pake jas, ada Yeri sama mereka disini. Jadi penonton drama orang dewasa yang sama sekali gak pantes buat jadi tontonan. Geli soalnya liat Irene yang punya komuk konyol.

“Alatnya langsung aku nyalain aja ya bu.”

Kepala Wendy ngangguk gestur iyain. Lalu Yeri jalan kearah alat disamping bangsal Irene, sekalian pukul ujung kepala Irenenya.

“Tai, lu kenapa dah.”

Wendy untungnya agak jauh dari posisi mereka, jadi Yeri bisa pukul ujung kepala Irene lagi. Tapi sekarang gak kena, Irene langsung tepis tangan Yeri dan gerak menjauh.

“Elu mah bikin geli gue aja sik, harusnya elu jadi pemimpin yang tegas kak.”

“Kira-kira muka gue peduli gak sama omongan elu dek?”

Jawabannya enggak, Yeri geleng kepala dan toyor kepala Irene sebisanya; sekenanya. Tapi tetep gak kena, Wendy dateng nyamperin soalnya.

“Udah nyala Yer?”

“Udah bu.”

Wendy senyum manis, Irene bales pake senyuman lebar. Yeri ikutan senyum jadinya.

Alat Transducernya langsung bersuara nyaring begitu Wendy tempelin sensoran itu ke perut Irene. Detak jantung normal, Wendy reflek senyum liat kearah monitor.

Tapi Yeri yang ikutan liat kesana jadi berwajah serius. Dia tengok Wendy, mukanya sama. Bahkan Wendy matanya memincing sekarang.

Irene kebingungan. Slow aja kali, kata dia gitu kan didalam hati.

“Bu,” seru Yeri setelah dia sendiri yakin sama pengamatan singkatnya. Wendy berubah tegap, masih liatin monitor pake kedipan mata sekilas. “Ada kelainan ya bu? Bu bidan aku bener gak?”

Irene beralih bangun dari rebahannya dan biarin perut yang enggak terlalu buncitnya itu jadi tontonan Yeri sambil meringis.

Sejauh apa yang Irene liat cuma bentukan bayi yang punya struktur abstrak. Tapi apa yang Yeri omongin tadi sedikit banyak bikin perasaan dia kacau.

“Apasih??!”

Dan kebingungannya tetap menggantung.










;

“Sere, jawab dulu.”

Lengan Wendy dicengkram kuat, Irene mukanya agak keras. Dia gak suka sama orang-orang ini, pertanyaan dia gak ada yang jawab. Dia kesel.

Posisi didalam rumah, udah berdiri diruang tengah juga. Wendy hela nafas, gak terpengaruh sama cuaca panas. Jas dia ada Irene yang pegang.

“Bayi kamu ada syndrome.”

“Oke, lalu? Kita bisa obatin dia kan? Nanti setelah lahir.”

“Tetra-amelia syndrome. Gak bisa disembuhin. Pilihannya cuma dua.”

Bahasa asing lagi, Wendy sama bahasa medisnya kadang gak pernah akrab dikuping Irene.

Cengkraman manusia Bae itu melemah, dia beralih usap belakang kepala Wendynya sayang. Yang keliatan gusar dan berat itu jadi Wendy, jelas ya Irene khawatir.

“Apa? Coba jelasin biar aku ngerti.”

Wendy tarik nafasnya dalam, matanya berkeliaran dan stop dimata bulat punya Irene. Mereka jadi saling tatap, ada aura lain yang keluar dari Wendy detik ini.

“Syndrome ini termasuk langka, nanti kalau kamu tetap pingin bayinya lahir—dia harus rela hidup tanpa lengan sama kaki.”

“Suntik mati. Aku gak mau dia hidup sama kekurangan. Nanti bukan cuma dia yang ngerasain sakit, tapi aku juga. Kamu juga kan?”

_______________________________________







Duh,

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang