Dynamite Duo

1.1K 204 61
                                    



Wendy sedikit tepuk pelipisnya itu agak kuat, peningnya bukan main. Padahal pemulihan pasca buka perban bukan hal asing lagi, tapi efeknya tetap sama. Kblinger,

Jam masih pagi, dia tarik nafas teratur, kemeja tidur punya Irene yang dia pake sedikit panjang dibagian lengan, diremes kecil buat jadi pengalihan.

Kakinya beralih turun dari ranjang, pahanya terekspos otomastis begitu dia makin tarik ujung pakaiannya keatas.

“Aduh pening banget,”

Pelipisnya dipijat, ada ringisan yang jadi teman didalam kamar.

Dan pemandangan kertas berantakan di meja kecil itu seketika jadi pusat matanya. Wendy tepuk dua pipi supaya melek, rada blur sih,

“Kenapa gak di beresin, dasar pemalas.”

Wendy mencebik sekilas, lalu bangun dari tempat semula buat beresin kertas-kertas disana.

Jalannya agak semponyongan.

Begitu nyampe, Wendy langsung dudukin bokongnya dikarpet.

Matanya kedip-kedip, ada file dokumen Irene yang berceceran. Tapi yang bikin dia penasaran itu dua amplop besar disamping hasil tes rongsen tengkorak kepala.

Wendy ambil satu amplop kecil, di bolak-balik sebentar, “Kontak person, Dokter. Ha.”

Bahunya diangkat keatas, beralih tarik isi didalamnya tanpa pikir dua kali.

Awal baca bagian atas masih biasa, puncak bingung Wendy ternyata mulai dipertengahan sampai akhir. Amplop itu isinya kertas bukti persetujuan buat program bayi lewat donor sperma. Atas nama pasien Irene Bae,

Wendy membatu, terus baca kebawah sampai semuanya nyaris bikin dia nangis senyap.

“Ini—aku tanda tanganin ini? Kenapa aku gak inget.”

Yah, Wendy lolosin banyak air mata secara gak sadar. Kertasnya diremes kuat, bahkan saking seseknya dia nyaris terisak.

Kepalanya ngasih efek kejut lagi lewat denyutan kasar, Wendy tahan nafas. Ngatur dirinya sendiri supaya gak keulang kejadian yang sama.

'Hallo, apa bener ini sama Dokter. Ha spesialis rumah sakit happy family?'

'Iya hallo, bener bu. Ada keluhan?'

'Saya nggak ada keluhan,
cuma mau tanya—apa dua bulan lalu ada pasien yang ikut program donor sperma?'

'Atas nama siapa
kalau boleh tau bu?'

'Pengacara, Irene Bae.'

'Oooooh, iya iya iya. Ada bu. Ada,
Dia dateng kesini sama istrinya.
apa ini ibu Serenada?'

'Iya, saya Serenada'

'Haha,
kalian tuh lucu ya waktu kesini. Pengacaranya ogah-ogahan,
tapi gimana sekarang?
Apa programnya berhasil?
Kalau ada waktu boleh dateng kesini,
Buat cek ulang dan mast—'

Wendy tutup obrolannya sepihak, pandangannya kosong menatap kedepan, dan ponselnya jatoh kebawah.

Lalu matanya mindai lagi keatas meja, amplop lainnya dia ambil lagi, tarik lagi isinya tanpa pikir dua kali.

Jung Hoseok, itu kata pertama yang dia baca. Wendy usap air matanya kasar, dan lanjut baca; kertas hasil tes apa sebetulnya ini.

Hasil tes sensor electroencephalography; jaringan otak bagian dalam.

Nama pasien : Serenada Bae Lyubovskha.

Matanya terus fokus baca, kata demi kata dari mesin ketikan Jung Hoseok.
Sampai akhirnya stuck dibagian paling bikin hatinya mencelos.

Riwayat penyakit : Amnesia Lakunar.

Nangisnya makin pecah, semuanya menjelaskan diri tanpa disuruh. Dia inget kata-kata Davis waktu di mall, kata-kata Yeojin waktu bikin nail art—dan kata Irene tadi pagi.

“Davis, Davis Wu. Ingetin ya, siapa tau kita ketemu lagi. Gak seru kalau harus kenalan setiap ketemu.”

“Bukannya Bu bidan sendiri yang pingin rawat capcin?”

Kamu ingetin sentuhan ini, jangan pernah lupa, jangan sampe lupain aku, lupain ballpoint natal punyamu itu dari siapa.”










;

Irene.
Joyi bngun,
Cpt kerumah.
Beresin dkmen di kmr.
Tkut nnti Sere nekt bka prban.

Knp g d brsin sndrii
gue msih ngntk.
kak Sere jg psti tdur lg.

______________________________________












Ku ingin menangis terbahak-bahak.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang