Password

1.3K 201 80
                                    

Seulgi.
Ser, bisa ketemu?

Chatroomya diliatin lama sama dia, Wendy antara ragu buat jawab. Belum ada usaha bales, terus dia tengok kebelakang sekilas.

Irene masih telentang diranjang, dan Wendy cuma berakhir liatin pantulan dirinya sendiri dicermin tanpa busana.

Ya tadi mereka begitu sih, gak usah tau lah. Cukup Cappuccino cingcau saja yang jadi penonton solo walau belum cukup umur. Kasian Hamster Yeojin.

Wendy.
Bisa.
Kpn?






;

“Denise, atur jadwal saya buat satu jam kedepan ya. Saya mau keluar dulu. Nitip jas,”

Denise senyum kecil jadi jawaban, jasnya di ambil, disimpen ke lengannya lalu Wendy melenggang pergi keluar sama rok span warna abunya. Kemeja pastel warna biru, dan poni lucunya seperti biasa.

Lalu Denise menjengit kaget waktu diatas meja resepsionistnya ada ballpoint Wendy yang ketinggalan.

“Bu bidan! Ballpointnya!”

Gak denger, Wendy terlanjur keluar sayangnya.



Diluar, Wendy langsung jalan agak cepet ke mobil Seulgi, mukanya sedikit merah akibat panas dari suhu planet gurita.

Dia beralih masuk, dan gak sapa si pemilik mobil buat sekedar basi-basi. Seatbeltnya dipasang, Wendy akhirnya tatap wajah Seulgi dari samping,

Sialnya, itu bukan Seulgi.

Wendy sedikit was-was, apa dia salah masuk mobil? Tapi manusia didepan stir kemudi itu tarik topinya dari kepala. Wendy makin panik, Krystal duduk disana. Pasang wajah dingin,

“Krys??!”

“Shut up!”

Tangan Wendy diam-diam raba pintu mobil, niatnya mau keluar; ternyata dia kalah cepet. Krystal lebih dulu ngunci semua akses.

“DENISE! DENISE HELP!” pintu mobilnya dipukul kuat, Denise berdiri didepan pintu klinik, genggam ballpoint punyanya bu bidan.

Denise kebingungan, dia cari jejak Wendy tapi berakhir nol. Denise lalu masuk lagi kedalam.

Dan Krystal langsung tancap gas dari sana, bawa Wendy yang terus pukul kaca mobilnya nyaris ketakutan.

Jalanan panjang dan rame jadi latar mereka berdua, Wendy terus berontak minta turun. Tapi Krystal menulikan diri, Krystal jiwanya terguncang. Lalu tiba-tiba gadis Jung ini terisak tanpa sebab,

Wendy pikirannya udah jauh, pasrah.

Laju mobil jadi sedikit pelan, dada Wendy naik turun.

“Stop, turunin aku Krys. Aku gak mau sama kamu disini.”

Krystal noleh sekilas, lalu fokus lagi ke jalanan, mukanya tambah basah. “Seulgi juga gak pernah mau sama aku kemanapun. Dia maunya sama kamu terus Ser. Sama kamu,”

“Berenti disini Krystal, turunin aku.” ini Wendy sama nada suaranya yang nyaris ikutan nangis karena takut.

Kepala Krystal geleng keras, dia tambah nangis histeris. Injak pedal gas mobilnya semakin dalam, bahkan mobil mereka sedikit goyang karena yang nyetir agak kacau kondisinya.

“Aku gak bisa dapetin Seulgi, jadi aku gak mau kalau kamu yang jadi pemenang. Mending kita gini aja ya, mati sama-sama. Kamu setuju kan Ser?”

“ENGGAK!!”

Krystal juga gak suka teriakan Wendy, dia akhirnya tarik parfum botol beling dari dalam tasnya, lalu tanpa banyak ngomong langsung pukul tengkuk Wendy pake benda itu.

Ada suara aduan tulang dan daging, Wendy mengerang sakit, pegang tengkuknya pake dua tangan dan yah, nangisnya ikutan pecah sama kaya Krystal.

Rasa takut yang kecampur sama rasa sakit itu yang bikin Wendy gak sanggup nahan tangis lebih lama.

Krystal terus meracau aneh, gak perduli sama hidung Wendy yang mulai ngeluarin darah. Bahkan urat syarafnya serasa ngalirin aliran listrik ke kepala.

Wendy kesusahan tarik nafas, darah di hidungnya jadi penyumbat oksigen. Dia terus pegang tengkuknya kuat, disamping Krystal yang mulai belokin arah laju mobil.

“Mending kita mati! Mati Ser!”

Mata Wendy naik keatas, terus begitu nyaris dua puluh detik sebelum akhirnya keluar suara nafas dia yang sedikit ngorok. Tahan kesadaran biar gak hilang kemanapun.

Wendy mulai mgerasain matanya blur, lalu gelap. Jadi blur lagi, gelap lagi—begitu terus. Krystal ketawa kosong, entah mungkin dia ngetawain dirinya sendiri.

“Sere, kita hajar mereka yang diem di lampu merah, okay?!”

Wendy bungkam, tangan dia beralih turun dari tengkuk. Badannya melemaskan diri, fungsi mata hilang total, dan Krystal cuma ketawa waktu lihat Wendy jatohin kepalanya kebawah.

Krystal gak bohong, dia beneran sama kata-kata gilanya, orang-orang disana ada yang sadar kemana arah mobil Krystal maju.

“AWAS! ADA MOBIL!!”

Selamat datang dulu sama rasa sakit baru, Wendy gak bisa kemanapun lagi. Dia biarin tubuhnya terguling didalam mobil, ditemani Krystal yang lebih dulu tidur.

“Kenapa nangis begitu?”
“Ingetin sentuhan ini.”
“Ah bangsat, programnya sukses lagi.”
“Mainin kalimbamu dong!”
“Chicken nugget bu,”
“Kita ke bukit meteor? Ayo.”
Everything buatmu.”

Ingatan Wendy sedang proses mundur.

“Ya, bersedia.”
“Maukah kamu menjadi yang mau sama aku?”
“Penegak hukum warga sipil. Irene Bae.”
“Bu bidan, kenalin ini anak saya. Irene.”

Dan semakin mundur.


_______________________________________











Dari aku buat kalian⤵️

Dari aku buat kalian⤵️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang