Eucalyptus

923 175 50
                                    





Yang kemarin itu bukan buat pembelajaran, Irene sama kelakuan cueknya cukup jadi bahan renungan Wendy.

Sekarang makin ngerti; Irene tipekal orang yang kalau dianya didesak malah makin tutup mulut. Dilembutin gak ngerti, gak peka dan berakhir bodo amat.

Ini nyaris mengulang kejadian bareng Mingyu, bedanya Mingyu lebih tunduk buat Ibu. Yah Wendy tau betul, surga bukan dibawah kaki istri. Mingyu begitupun dia bisa maklum dan wajar.

Disini Irene gak mihak siapapun, dia jalan sendiri, tapi itu cuma dari pandangan satu pihak. Wendy ngerasa begitu, ya Irene sendiri belum jelas gimana perasaannya.

Mulutnya terlalu diem dan bertindak sesukanya dia, menurut Wendy itu konyol. Haduh, jadi inget omongan lawyer kentank itu waktu di Toronto,

Gak suka di urus dan mengurusi, tet.

“Aku tuh gak ngerti sama kalian, kenapa bentak aku dan nyudutin aku? Salah akunya dimana?”

Pagi mereka bahkan baru dimulai, jam 8 teng nyampe klinik. Wendy buka pintu mobilnya tanpa mau bales omongan Irene, dan melenggang masuk kedalam klinik sendirian.

Irene berdecak, bunyiin klakson beberapa kali. Seketika klinik Wendy ribut sama suara dari mobil. Kan dia kampungan.











;

“Terus kenapa kamu masih disini,”

“Ada masalah? Keberatan?”

Jawaban Irene sukses bikin jengah, keliatan betul manusia ini cari bahan ribut. Ya emosi tolong tahan dulu, klinik bukan arena baku pukul.

Wendy lempar buku siklus keatas meja kerja, posisiya munggungin Irene yang duduk sesukanya di sofa. Bahkan kakinya naik meja, jelas banget dia gak mau beranjak kemanapun.

Kadang kalau Wendy niat rewind soal janji-jani Irene waktu dulu itu kaya gak percaya aja bawaannya.

Unbelievable,

Karena dasarnya, dipetik dari kata pepatah; manusia yang dipegang itu janjinya.

Wendy mau tagih ya kondisinya udah gak kondusif, Irene bakal lebih sensitif dari sebelum dia hamil. Wendy jaga perasaan, nyoba buat jaga perasaan lebih tepatnya.

“Kamu gak suka aku disini? Deketan sama kamu, gak suka?” Irene mulai lagi, Wendy langsung balik badan.

Senyum kecil Wendy timbul, dia geleng jadi jawaban. “Aku gak ada bilang gitu kan, cuman kasian sama kak Seohyun disana. Semaleman dia telponin kamu.”

“Ya kamu mana pernah perduli sama aku,”

Dahi Wendy mengernyit, Irene milih cuek dan ambil majalah tentang kesehatan punya Wendy.

“Memang kamu ngerasa gak pernah aku perduliin kak?”

Bahu Irene naik sekilas, tandanya dia gak mau jawab pertanyaan kecil itu. Disini Wendy makin jengah, dia jalan mendekat, jas putihnya masih menempel—dan kukunya juga masih meriah.

Majalahnya ditarik paksa, Irene reflek angkat wajahnya dan mereka jadi saling tatap.

“Stop ngeluarin spekulasi idiot kamu disini, keluar.” tangan Wendy bahkan terangkat kearah pintu.

Atmospherenya mendadak tegang. Irene sama wajahnya yang datar mirip kemarin dirumah Mami Papi. Dan Wendy gak suka.

“Aku masih gak ngerti, sisi aku sebelah mana yang menurutmu salah Sere.”

Tangan Wendy turun lagi, terus dia terkekeh kosong. “Kenapa kamu masih tanya aku, bahkan kemarin kamu udah bikin mami miscarriage,”

Irene berdiri, sedikit beresin suitnya dan coba buat sentuh bahu istrinya itu tapi Wendy reflek mundur menjauh.

“Kenapa gak kandungan aku aja yang hilang, kenapa ya?”

Tabiatnya total bikin muak, Irene ngomongnya santai. Tanpa beban. Hari ini dari kemarin manusia Bae ini mancing terus.

“Ngelakuin tanpa status aja kamu dosa, apalagi ada niat buat ngilangin.”

Irene ketawa kecil, tangannya ngibas seolah kalimat Wendy itu semuanya sampah. “Jadi aku salah?”

“TANYA SAMA OTAKMU IRENE!!”

Irene menjengit, hati mereka bergejolak. Hari ini hari perdana Irene dapet teriakan Wendy. Dan Wendy yang lupa buat jaga perasaan.

“Teriakan kamu lebih nyakitin aku daripada teriakan mamiku.”

______________________________________














Yaa mknya kmu jgn bikin org erosi terus napa 😠

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang