Mint Criminal

1.4K 228 37
                                    




Formasi empat. Wendy ditemenin anak-anak magang.

Harus rela mengenyampingkan kejadian dimobil sama manusia itu, disini Wendy gak mau fokusnya pecah cuma karena acara merajuk dari Irene yang gak dewasa.

Ruang operasi tanpa Irene lebih masuk akal, manusia itu entah ada dimana. Gak urus.

“Bu, kita mulai?”

Kenalan dulu sama anak baru main, namanya Sihyeon—sekilas mirip Joy kalau kata Yeri mah. Tadi pertanyaan buat Wendy dan yang ditanya langsung ngangguk.

Setengah wajah mereka tertutup masker, kadang Yeri suka mendumel didalam hati karena bau amis yang menyengat gak bisa di cegah sama apapun, termasuk masker.

Entah ini perasaan Youi atau bukan, semenjak perobekan kulit perut ibu hamil ini, Wendy kelihatan gusar. Bahkan ini pertama kalinya Youi sama Sihyeon dikasih liat tentang gelagat yang gak biasa dari Bu bidan.

Sihyeon sama puluhan suntikan dan guntingnya sempet tukar lirikan sama Yeri. Gadis Kim itu geleng samar isyarat jawab.

“Aba-abain tarikan nafas. Saya pusatin diperut.” Wendy titahnya gak narget. Yeri pun langsung bimbing ibu hamilnya.

Senyap, deru nafas orang-orang didalam sini ternyata paling mendominasi.

“Oh?! Ketubannya pecah bu.” pekik Youi, dia sedikit kaget—soalnya jarang nemuin kasus beginian di klinik. Sihyeon sibuk mondar-mandir deketin kain bayi sama baskom kecil.

Wendy tangannya gemetar, Yeri lagi-lagi tuker lirikan sama Sihyeon.

Dan bener apa kata Yeri ditelpon tadi, posisi bayi memang udah dibawah—Wendy tarik keluar dari dalam perut langsung, gak perduli sama bercak darah yang nempel dibajunya.

“No, plis plis.” Wendy terpaku dan gumaman ini seketika jadi atensi anak magang.

Youi antara bingung dan panik, dia ambil bayinya dari pegangan Wendy.

“Bayinya meninggal Yer,”

Yeri matanya sedikit membulat, dia lirik sekilas Wendy yang terus terpaku ditempatnya, bahkan tepukan dibahu gak ada perubahan apapun. Wendy total rewind soal Abraham.

Sementara Sihyeon tenangin Ibu malang dibangsal, Yeri reflek tarik Wendy menjauh dari sana, diajak duduk dikursi besi yang bawa suhu dingin. Youi sendiri langsung urus riwayat kematian.

“Bu, its okay. Bukan salah ibu.”

Wendy mendelik, tadi kepalanya nunduk dan beralih tatap Yeri intens.

“Kamu gak tau apa-apa.”

“Aku cuma—”

Omongannya dipotong sepihak, Yeri telak bungkam. Wendy nunduk lagi, remas rok ramplenya agak kuat dan pelipis jadi basah karena terlalu kuat main dimasa lalu.

Sihyeon perhatiin dari jauh, Bu bidan mereka keliatan pijat pelipisnya kasar dan geraman jadi suara lain yang hadir didalam ruang operasi. Wendy pandangannya blur—bahkan gelap dalam beberapa detik.

“Tolong ambil ponsel saya dimeja sana, terus telpon suami saya. Mingyu.”

Dan Wendy yang nangis diam-diam itu jadi sumber dari segala masalah yang Yeri Youi sama Sihyeon gak tau awalnya dimana.

Tapi disini Yeri mengeras, otaknya membelot dari perintah Wendy. Ponsel memang di ambil, tapi gerak kaki Yeri yang  menjauh dari posisi Wendy bukan buat telpon Mingyu.

Nama Irene jadi pilihan paling betul, menurut Yeri sih begitu.

'Hallo sayangku'

Detik itu juga Yeri berdecak keras dan Irene sadar, yang telpon bukan Wendynya.

'Sere mana?'

'Kak, mending lu dateng kesini.'

'Lagi operasi kan?'

'Udah beres, bu bidan traumanya
dateng lagi kayaknya,
tadi juga dia suruh gue
telponin Ming—'

Kaget, Yeri bengong liatin ponsel ditangannya pake kedipan mata sekilas. Nama Mingyu belum jelas vokalnya aja udah diputus langsung dari sana.

Antisipasi dari Yeri yang membelot, biar Irene jadi orang pertama dateng ke klinik—daripada harus Mingyu kan?

_______________________________________


Mmpus dah masih inget aja dianya.
Aku di tim Mingyu ganteng aja sih biar gk biasa.

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang