Scintilla Bloomed

1.1K 192 28
                                    













Akhirnya kejadian juga apa yang selama ini Irene hindari soal Wendy.

Irene posisi jongkok didepan ruang operasi, menyender ditembok pake tatapan kosong; bahkan dasinya udah melilit gak beraturan dipergelangan tangan.

Gak bisa bayangin apa yang selanjutnya bakal dia hadepin, tapi kebayang amjinc, dia takut. Terlalu takut semuanya jungkir balik.

Irene buang nafas berat, mukanya diacak kasar dan reflek meloroh kebawah jadi dudukan seenaknya. Dia beralih merangkak, badan Irene lemes semua; udah gak bisa ngapa-ngapain sekedar jalan kearah pintu.

“Sere!” pintunya mulai digedor, bahkan wajah dia menempel  disana.

Irene terus gedor pintu operasi, terus panggil-panggil nama omeganya. Batinnya kacau dia tuh, udah gak bisa bedain ketenangan sama suasana ricuh.

“SERE BUKA!”

Dan yea, airmatanya banyak yang lolos. Joy dateng sama Mami Papi, mereka diem sebentar malah dikajauhan. Liatin Irene segitu robohnya didepan pintu.

Joy beralih mendekat, ikut jongkok disana sambil tarik badan Irene biar duduk yang bener.

“Kak, inget kata dokter Dita. Elu gaboleh overthinking terus,”

“Dek, Sere dek. Bawa pulang dia dek. Jangan disini lama-lama.” jawabannya udah mulai ngelantur. Ya Mami cuma bisa ikut nangis aja ngeliat anaknya begini.

Sementara Papi masih posisi berdiri, pria gantenk ini sedikit liat dicelah kaca pintu operasi. Diam-diam membatin, tentang anaknya yang gak mau ditinggalin kemanapun. Wendy harus tanggung jawab kalau begitu.

Wendy harus tetap hidup, gak boleh ada yang hilang. Anaknya udah lepas dari tanggung jawab dia sejauh ini, demi bisa jadi seseorang yang bawa tanggung jawab buat anak orang lain.

Jadi Wendynya juga harus kasih timbal balik yang setimpal.

Pertahanin dirinya disamping manusia Bae, nanti setelah operasi beres. Bisa? Papi cuma minta itu doang. Gak banyak dan gak terlalu menuntut.

“Bae, yang bener kamu bawa sikap. Sere gak akan suka sama kamu yang begitu, payah. Jauh dari kata optimis.”

Irene telak bungkam, wajahnya masih basah dan Joy ikutin arah pandang Maminya yang tatap si Papi pake tatapan dalam.

“Manusiawi Pih, Irene juga punya perasaan. Apalagi dia ada bayi, gausah bawa-bawa tabiat keluarga dikondisi begini.”

Dan jawaban Mami cukup buat obrolan hari ini. Sisanya tinggal nunggu waktu, siapin mental masing-masing. Karena kata Hoseok gak mungkin salah sasaran.

“Gini lho Hos, apa separah itu ingetan istriku kabur? Bahkan omonganmu gak menjamin soal tindak operasi. Aku gusar dengernya,”

Jadi itu Irene, yang waktu itu duduk saling hadap diruang Hoseok lepas pulang dari kantor.

Hoseok lengkap sama jas putihnya, duduk kalem sambil senyum tipis.

“Kamu bayangin Seremu udah berapa lama hidup sama Mingyu? Satu dekade, mainannya cowok itu kriket. Masih untung Sere bisa bertahan biar gak buta permanen. Syukurin aja istrimu itu pinter jaga pola hidup.”

_______________________________________













Aduh aku kangen bat sama celotehan kasar kalian sobat :))

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang