Melody's of Heartbeat

1.4K 240 40
                                    



Dan berakhir senyum lega.

Coba tengok sekilas Irene yang terus fokusin pusat mata diwajah putih bersih berpigmen punya Wendynya.

Ya asli mau meninggal dianya, jemari saling menggamit—ikrar janji nikah sukses bawa riuh suara godaan dari tamu di gereja.

Sebanyak bro dan bre yang keluar ternyata gak cukup nutupin perasaan nyaris meletus seorang Serenadanya Irene.

Acie,

Sistur, edan sih ini. Asli.

Gitu kira-kira isi hati manusia Bae yang balik kentank lagi setelah semalaman kemarin buat janji didepan cermin, padahal ada Seohyun yang jadi saksi. Terus barusan dilanggar lagi, total kentank mamay.

“Apa, kamu kenapa??” ini Wendy, jemarinya makin erat pegang jemari punya Irene itu kuat, ada suara tepuk tangan dari Yeri paling kencang; itu sih yang bikin gugup.

Irene senyum sekilas, cium lagi ujung bibir Wendy dan suasananya ricuh kembali. Tepuk tangan Yeripun saling sahut gak mau kalah sama suara tepukan tangan punya Joy.

“Banyakan, grogi. Ayo pulang, buatin teh jahe.” bisik Irene dan suara kekehan Wendy jadi adem seketika. Gugupnya menghilangkan diri detik barusan.

“Tapi nanti bayar,”

“Ada pejoy sama cola terakhir dikamar, itu buatmu semua. Gak punya duit lagi akunya, abis pake biaya sewa printilan.”

Wendy mencebik, “Kan, miskin.”

Bahu Irene didorong bercanda, beralih mereka saling ketawa polos. Duh, legal ya—sudah punya kartu nikah jelas bangga kebangetan.

Poni lucu Wendy dibiarin sedikit memanjang, entah kenapa rasanya Irene ngaku jatoh buat kesekian kalinya. Manusia didepannya cantik gak masuk akal, ini jadi pemandangan sejuk yang bawa kesan hangat kan.

Serenada Bae? Masuk.








;

“Margaku gak mau diganti pake margamu. Jelek,”

Irene beku, jalannya melambat kearah lemari dan niat buat ganti baju ada durasi sedang mikir omongan Wendy yang lumayan menohok.

“Jelekan margamu, ribet.”

“Itu gak jelek, kamunya yang kampungan.”

Harus berapa kali diperjelas ya? Wendy gak suka ditantang, yang nantang juga gak mau kalah tanda k.o

Harga diri lawyer tanda mati, katanya.

Wendy senyum polos, Irene hela nafas kasar, bahkan dengusannya lumayan frustasi. Kebayakan kata untung sudah begini dan begitu jadi bahan supaya otaknya kalem dengan sendirinya.

Pasangan baru gak boleh banyak huru-hara, walau tadi handuk basah diatas ranjang nyaris jadi biang keributan karena manusia Bae ini teledor dan agak malesan orangnya.

“Ah aku pingin makan.”

Meringis, Irene sedikit batuk kecil karena 'Ah' Wendy itu jarang keluar. Nadanya gemas, Irene tolongin.

“Ambil sendiri kan bisa, dapur juga punya rute gampang.”

“Enggak, rumahmu kaya labirin. Pusing.”

Wendy jatohin badan kenyalnya sengaja diatas ranjang, Irene meringis dua kali. “Hah si anjing.”

Oke, gumamannya kecil tapi kurang ajar. Wendy ketawa nyaris keras, ada orang kesel didepan wajah itu cukup lucu.

“Kak, aku cinta kamu deh.” Wendy bilang gini sambil kedip mata polos sekilas.

Baju yang sedari tadi dipegang akhirnya dibanting kebawah, Irene teriak jengah—matanya sayu males tapi suka sama pernyataan tadi.

“Makan sama apa!”

“Ih, kalem orang mah.” lagi, Wendy kekehannya total lucu. Posisi diatas ranjang gaya putri duyung.

“Sama apa aja kakak sayang. Asal jangan ada daun bawangnya.”






________________________________________




Ayo rapatkan barisan dan luruskan shaf tempat dduk msing2 :))

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang