Marmalade

1.3K 200 108
                                    




Kabar baik hari senin, selain Irene yang stay dirumah, Wendy juga sudah lepas perban.

Hoseok masih rutin periksa, klinik ada Chorong yang pegang. Jadi dua-duanya formasi lengkap diruang tengah dengan tv menyala yang jadi teman santai.

“Pinggangku sakit,”

Irene mulai ngeluh lagi, Wendy duduk di single sofa sambil lipat semua kakinya keatas beralih mendengus. Matanya masih rabun, tapi ini lebih mendingan daripada kemarin.

“Kebanyakan minum kopi.” Wendynya jawab tanpa tatap. Irene perhatiin gelagat istri yang belakangan ini gak pernah mau lihat wajah kalau dia mancing ngobrol.

Alpha tua ini beralih pijat pelipisnya agak kuat, biarin punggungnya ditopang kepala sofa.

Wendy remas remote tv, hatinya mencelos kalau mau tau mah. Dia tau apa yang gak kalian tau, dia rasa apa yang Irene rasa. Dan kata Hoseok bener, semua tubuh Irene perlahan ngomong—kasih tau semuanya setiap hari.

Poni lucunya sedikit panjang, nyaris nutupin mata. Disini Irene segan mau ngajak omeganya ngobrol lagi. Wendy itu gemini, orangnya moodyan.

“Coba kamu rebahan kak.”

Ya kenapa ya sama perubahan warna muka Wendy? Irene bengong dan blank, padahal Wendy udah tarik laci bawah meja. Ambil stethoscopenya lalu dipasang seperti kebiasaan.

“Aku gak sakit.” nadanya sedikit panik, tapi Irene nurut dan merebah diatas sofa.

Wendy gemeter pegang stethoscope, lututnya jadi bahan tahan tubuh dan Irene tangkap gesture Wendynya yang semakin jauh dari otak.

Bahkan tanpa bantuan alat klinikpun Wendy udah tau apa yang Irene sembunyiin. Dia mulai tarik nafas, gak terpengaruh sama tatapan intens dari Irene. Ini lebih ganggu, sesuatu yang Irene tutupin lebih mengganggu.

Detak jantung Irene mulai masuk kuping, Wendy raba perut bagian kiri manusia Baenya itu tanba aba-aba. Poni lucunya seolah mati, disini auranya gelap. Irene tiba-tiba sakit dibagian kerongkongan.

Dan Wendy butuh waktu sepersekian detik buat pindahin stethoscopenya dari jantung keperut.

'Dugh'
'Dugh'
'Dugh'

Itu suara lain dari dalam perut. Wendy remas kepala stethoscopenya perlahan dan sadar kalau ada nyawa lain yang hidup didalam Irenenya.

“Kak, kamu tau gak penyebab sakit pinggangmu sering muncul? Pening kamu juga kaseringan, soalnya disini,” Wendy kasih jeda, lalu telunjuknya sedikit tekan bagian luar perut Irene yang masih merebah. “Disini ada janin 13 minggu. Tau? Selamat.”

Kata bahagianya seakan gak ada nyawa, beda intonasi waktu Wendy kasih ucapan itu ke Mami dan Yeojin.

Dan Irene selama hidup santai nyaris 30 tahun lamanya mulai bisa rasain apa itu nahan nyesek karena kebodohan. Wendy nangis, gak bisa bedain mana rasa bahagia sama rasa bingung.

Bingung karena kenapa Irene bisa gini tanpa dia tau, sama siapa? Dimana? Kok bisa?

Kadang dia nyesel jadi bidan.

Irene tutup wajahnya, tahan emosi biar gak ikutan nangis. Hoseok terkutuk, yang bilang kalimat tentang Wendynya bakal tau semuanya itu fix terkutuk.

“Kamu gak pake pengaman? Its okay kak, gapapa. Aku kali ya yang banyak salah, jadi kamu diluar sama siapa aja aku gak kamu kasih tau.”

Wendy masih bisa senyum, lalu Irene masih tutup wajahnya. Tadi omongan Wendy jadi lebih kosong dan mencelos. Dia mikir kecil, apa waktu Mingyu tau dia tidur sama Irene sakitnya kaya gini? Serius nanya.

Irene tarik nafas, daritadi dia diem ya memang gak tau lagi harus ngomong apa. Mau membela diri juga percuma, Wendynya lebih tau dari bocah semacam Joy sama Yeri. Wendy lebih pinter dari dia sendiri.

“Ser, aku khilaf. Waktu rapat dia—”

Omongan Irene menggantung sebab Wendy langsung tutup kupingnya dan geleng keras seolah gak mau denger nama orang lain didalam sini.

“Biarin aku begini, aku pingin jadi bidan buat kamu tanpa harus tau siapa papanya bayi itu. Aku gak mau tau siapa dia, aku gak mau jadi pembenci.”

Yah—motto hidup Wendy memang cukup jadi pembenci tongkat kriket saja karena benda itu benda mati.

Irene tangisnya keluar, dia gak tahan dan langsung bawa Wendynya buat dia peluk kuat. Mulutnya meracau mirip orang mabuk dimalam minggu lepas party di club malam. Dan banyak kata maaf yang keluar tanpa balasan satu kalimat apapun dari Wendy.

Dimusim semi planet gurita ini ternyata kisah mereka dibawa kebagian sedikit kecut, atau memang dominan kecut seperti selai jeruk.

“Gyu, kamu memang buruk, tapi kamu sebaik-baiknya orang yang gak pernah ngecewain aku.”































Tamat.
_______________________________________










Finally 🎉🎇🎆🎊
Thanks a lot buat partisipasinya kaliaan dari book pertama Insecure sampe Marmalade! Amazing! Kayanya memang cuma segini aja, soal siapa yg udh wikwik sama Irene biar imaji kalian aja yg pilih, mau sama siapun boleh ya sesuai selera. Asal jgn sama cappuccino cingcau karena dia betina.

Smpai jumpa di judul yg lain senderr! Luv 😠

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang