Dendrobhium Alpha

1.6K 240 57
                                    



Aktivitas Irene masih di klinik—dengan Wendynya yang tidur di sofa. Irene lesehan dibawah, biarin tangannya mainin poni lucu milik kesayangan.

Dia mikir keras, Wendy ternyata takut sendiri; tugas besar yang langsung bersuara minta dituntaskan. Irene beralih selonjoran, ambil mug air putihnya buat minum lalu mainin poni Wendy lagi.

Kalau Wendy takut sendiri kenapa gak bilang dari dulu? Sedangkan Rose udah gak keliatan batang hidungnya dimanapun, pengalihan tanggung jawab kan harus ada obrolan dulu. Sedikit marah sih, tapi memang sadar betul—Wendynya begitu mungkin cuma gak mau jadi orang yang banyak ngerepotin orang lain.

Irene mindai wajah tenang Wendy, pipinya diusap halus pake jempolnya dan beralih Irene ambil ponsel disaku celana bahan.

Sekarang bukan lagi mikir tentang keraguan, dia punya niat besar hidup bareng kemanapun sama Lyubovskha. Dan Irene tau betul, ketakutan Wendy cuma bisa sembuh kalau disisinya ada seseorang lain yang bersedia nemenin.

Irene dengan lantang berani teriak, BERSEDIA.

'Iya hallo, kenapa kak?
kak tadi Seohyun nanyain kerumah.
kamu ada dimana?'

'Hah, gak penting.
Mih, om Newt mau gak jadi pastor?'

'Yaaa, mau mau aja dia mah.
Orang itu tugasnya dia kan.'

'Tolong sewain om Newt mih,'

'Buat siapa Bae? Temenmu?'

'Bukanlah, sewain buat kakak.'

'Aduh, gila ya kamu.
Mau nikah sama siapa
coba mami tanya.'

'Sama Sere.'

'HAH?? BU BIDAN??! mami siap sewain, tapi kamu pulang dulu
ngomong yang bener sama papimu.'

'Repot.'

'Apa yang bikin repot??!
Itu kamu mau hidupin anak orang lhoo.'

'Aku pulang kalau semuanya udah siap di gereja, sebelum beres ya aku gak bakal pulang. Nanti langsung ikrar aja.'

'Otak cetek ya kamu, mirip papimu.'

Gak ada obrolan lewat ponsel lagi, yang diseberang sana total kesel sama anak sendiri. Irene mendengus nyaris keras, dia tepuk-tepuk ponselnya sendiri isyarat kesel yang kecampur aduk sama rasa gak sabaran.

“Emily bukan mamiku!”

“Kamu kenapa kak?”

Wendy bangun dramatis, pekikan Irene jadi sebab. Mereka saling tatap, disini Irene berdehem canggung dan ambil lagi mug airnya lalu dikasih ke Wendy.

“Kamu mau gak nikah sama aku?”

Gamblang, bahkan air gak jadi masuk kerongkongan. Wendy otaknya ngeblank—tatap manusia lesehan didepannya pake kedipan mata sekilas, lucu ya walau baru bangun tidur. Wendy jelek cuma kata Mina doang.

“Kamu memang ada uang?” Wendy remeh, dia gak percaya ajakan Irene tadi punya konteks serius.

Tapi disini Irene tersulut, dia ubah posisi jadi jongkok dan tangkup pipi super putih Lyubovskha agak kuat.

“Jujur ya, uang cash didompet cuma ada seratus ribu.”

“Miskin, gak mau.”

Irene terkekeh, cium ujung bibir Wendynya itu lembut sedikit menuntut. “Sere, kalau buatmu—aku siap jadi alpha. Kamu mau jadi omegaku?”

Dahi Wendy mengernyit, serius dia bingung sama kalimat Irene barusan.

“Alpha omega itu apa? Kak, kamu ngomong apa?”

Dan ruangan ini ada suara ribut dari manusia yang sama-sama melebur hangat dibawah hujan planet gurita. Mug dapat tontonan gratis acara adu mulut soal materi dan imaji jadi serigala dari manusia Bae.

Irene juga yakin, nanti kalau mereka sudah menikah—Wendy pasti bisa berprinsip soal hubungan. Wendy juga tipekal orang yang jauh dari kata labil, itu Irene sendiri yang bilang.

Gak tau aja ya dia, tempo hari Wendy sempat delete pesan yang isinya minta ayo balikan. Gimana?


________________________________________




Krn Irene mau Wendy jadi omeganya. Maka aku mau jadi senyawa jahatnya saja :')

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang