Lyubovskha Granularity

1.4K 229 29
                                    





“Harusnya itu dibagi dua Sharon, aku yang beli.”

Mina mencebik, bawa jauh sosis bakar sampai keatas, Wendy suara rengekannya menuhin mobil, ya repot urusannya. Fokus nyetir Mina jadi rusak.

“Pacarmu yang beli itu baru bener.”

“Bukan pacarku.”

“Kasian kakak itu, habis duit buat sogok orang rusia tapi dapetnya kacang.”

Pundak Mina dipukul, dan malam minggu mereka akhirnya harus rela pulang lebih awal karena cuaca buruk. Bodo sama sosis bakar, Wendy pilih kaca mobil Mina jadi tempat senderan kepala.

Sekilas Mina lirik Bu bidan dari samping, dia sodorin ujung sosisnya ke bibir Lyubovskha—ya tapi gitu, ditolak.

“Jangan ngambek, maaf.” berasa pacar ya Mina. Wendy gak ada respon.

Walau Mina ini tau Wendy dari segi manapun, tapi omongannya diatas yang singgung Irene mungkin aja jadi penyebab Wendy sok drama.

Sekarang dari kemarin kan sudah diperjelas, Wendy sensitif soal manusia Bae. Iya, Mina lupa—tadi sarkasmenya juga nyeplos gitu aja. Tapi sosis bakar diterima juga, katanya rezeki malam minggu.

Seolah nanti kalau kalian yang baca ini singgung Irene ke Lyubovskha, mulut sama jemari harus di semprot pake handsanitizers dulu supaya virus Covid-19 gak masuk lewat celah manapun.

Wendy savage—dia samain antara virus dan Irene semenjak putus. Ya padahal kan dia yang minta.

“Aku salah gak sih ya kacangin dia?”

Mina reflek kunyah kasar sosisnya sampai habis, dia mendelik, tatap Wendy pake tatapan garang. Wendy mukanya polos, poninya jadi bahan tiupan kecil niat usir hawa canggung.

“Kak, kamu tuh pinter. Kadang aku kalau ngobrol sama kamu aja suka insecure, terus tadi pertanyaanmu total idiot. Ngerti?”

Dan Wendy geleng kepala jadi jawaban.






;

Irene telengkup diatas kasur Yeri, bantal ada dipelukan, pengalihan dari kejadian dipasar malam tadi, kok ya rasanya bajingan.

Ada lagu Troye Sivan jadi teman melamun buat keduanya. Malam minggu total kelabu.

“Klinik tutup ya?”

Pertanyaan perdana malam ini dari lawyer, Yeri berdehem panjang sambil terus sedot air putihnya dari botol tupperware. Posisi telengkupan main ponsel, berselancar. Kata Yeri ini posisi paling pewe.

“Tadi gue ketemu Sere di pasar malem.”

“Seru dong.”

“Ya seru kalau dianya ngejawab obrolan.”

“Emang dia gak jawab? Kak, aturan lu jajanin teh jahe. Dia kan suka banget sama begituan.”

Irene hela nafas capek, banyak omongan yang harus diobrolin—tapi bukan sama Yeri. Dia butuh Seohyun buat tukar pikiran, tapi lebih butuh Lyubovskha buat penggabungan.

Oke, gak usah protes. Orang dewasa hormon nya gak perlu di komentari. Inget?

“Hari ini jam delapan melem, gue anaknya bapak Ralph sama ibu Emily ngaku! Irene Bae butuh Serenada Wendynya.”

Yeri sok pasang wajah sedih, Irene ikutin mimik sepupunya itu lebih parah, beralih mereka ketawa keras. Yah ngetawain apa aja yang pantes diketawain. Kebodohan lawyer misalnya.

Terus Irene mikir kenapa dia gak bilang duluan aja soal siapa itu Serenada Wendy kedepan Papinya, walaupun dia tau pasti sehabis bilang gitu namanya langsung dicoret dari daftar kartu keluarga.

Hiperbola sih, ya tapi susah buat gak panik.

Kata Maminya yang lebih dulu tau Wendy ternyata lebih ngerti, tenangin hati sama pikiran. Pokok masalah ada disitu, sama-sama keras ya repot. Bahkan Irene gak nyangka Maminya bakal lebih terbuka.

Orang Rusia punya pandangan rendah, bukannya menjelekan. Tapi orang sananya sendiri malah mencoreng nama baik negara. Mungkin gak semuanya begitu, Wendy contohnya. Yah—Irene cuma tau sedikit, kata Wendy masih banyak yang harus dikasih tau, sayangnya keburu putus.

Yeri lirik Irene yang bengong liatin atap kamar, semenjak hidup bareng, Yeri gak pernah merasa sekasihan ini sama Irene.

“Elu cinta banget sama dia ya kak?” Irene kedip sekilas, lalu hela nafas sambil tekuk dua kakinya keatas biar bisa dipeluk lengan.

“Kalau gak cinta mana mungkin gue uringan kaya sekarang, buang-buang tenaga tau gak. Seohyun abis ledekin gue dikantor, mati aja mending.”

Irene nyerahnya kentara, beralih dia guling kesisi dan matiin lagu. Ngelamun lama cukup bikin puyeng, entah kenapa lampu terang disini seolah teriak semuanya nama Wendy.

“Mau tidur disini kak?” bahu Irene diguncang, gak ada jawaban. Yeri angkat bahu.

Irene tidur memang cepet.

Wendy.
Sudah tidur?
Kak.
Kak.
Kak.
Ayo balikan.

________________________________________

Ada bgusnya Irene tdur.

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang