Paranoid Crunch

1.2K 219 24
                                    

Semuanya selesai, satu gugur.

Kedengarannya agak ngeri ya kalau dipikirin—bahkan Irene sendiri serasa dirinya rada miring. Dia gantung coat dibalik pintu, Wendy melengos masuk tanpa buka sepatunya dan duduk rapih diatas sofa kamar.

Wendy gak serapih gestur, mungkin kalau perasaannya bisa transparan ya pasti kondisinya masih kacau dan kaget.

“Orang mati gak usah diratapi berlarut-larut. Pamali,”

“Kamu rasain nanti kalau aku yang meninggal,” jeda, Wendy mukanya kesamping hadap jendela yang total gelap dari luar. “Ninggalin kamu sendirian disini.”

Yah selamat datang lagi sama suasana hening, disini Irene kekehannya keluar nyaring.

Kosong dan berat, hati dia mencelos begitu Wendy bilang ngawur tentang tinggal meninggalkan. “Ada apa kamu bilang begitu? Niat ninggalin?”

Wendy reflek noleh, pucat betul wajahnya. “Aku nunggu kamu ninggalin aku.”

Bibir Irene menipis kesamping, tadi omongan Wendy gak masuk sama sekali. Kondisinya entah kenapa jadi begini, padahal tadi di mobil semuanya masih normal.

“Dek, mau susu strawberry? Aku buatin. Gausah ngomong begitu lagi ya, sesek nih paru-paruku. Sakit,”

Dadanya dipukul sendiri sampai berbunyi 'Dukh'

Kepala Wendy ngangguk tanda iyain, lalu Irene melengos juga keluar kamar dan banting pintu tanda marah. Mingyu seberat itu bebannya, perbandingan jelas soal adanya dia ternyata gak begitu ngefek ke Wendy.










;

Di bibir pintu Wendy berdiri sambil perhatiin manusia Bae yang sibuk ambil gelas, ambil susu strawberry didalam kulkas. Lagaknya masih emosi—dan Wendy rasanya gak berkutik.

Kaki lengket, jaraknya lumayan dekat. Yah ada sesuatu yang gak enakin tadi jadi buat jarak lebar kan.

Irene hela nafas begitu dia lihat Wendynya yang jelas cuma diem, bibirnya senyum kecil—Wendy bales senyuman paling manis.

“Maaf?”

Sementara Irene masih diem, Wendy sukses duduk rapih di depannya. Poni lucu masih bertahan disana jadi pelengkap.

Gelas susunya di dorong pelan, ikut duduk rapih dan ambil gelas baru buat air putih. “Abisin, nanti kalau sudah kosong simpen disana.”

Kesan bidan kalem seketika hilang entah kemana, bahkan Irene suruh dia semacam bocah kecil. Wendy kedip sekilas lalu Irene tepuk pipi lucunya dua kali sebelum pergi duluan ke kamar.

Tadi telunjuknya kearah wastapel, kosong. Sekosong hari ini yang punya kesan kacau.

Habis perkabungan suhunya makin hitam, Wendy liatin lama susunya diatas meja. Isi kepala nyaris pecah, kadang ada pikiran jail yang mempertanyakan,

'Kenapa aku ada disini, rasanya gak seklop waktu sama Mingyu'

Dan ada rasa pengen pulang ke Toronto nyamperin Nancy sepupunya disana, lepas beban yang selama ini susah dilepas. Irene banyak pengaruh,  sedikit demi sedikit itu lama—makan waktu.

'hallo, kenapa telpon? Aku ada dikamar'

'keluar plis,
aku butuh temen ngobrol'

'lagi puasa,'

'puasa??'

'iya, puasa'

'puasa buat apa?
ada hari suci apa?'

'puasa ngomong sama istri.
hari jumat jadi hari besar buatku sendiri'

'jangan aneh, keluar kakak sayang'

'sebentar, tutup gorden dulu'

_______________________________________



Edgy, niatnya habis imsak sih ya jd gtu :))

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang