Wrack It Ralph

1.6K 240 37
                                    








“Ayo ikut kerumah.”

Wendy tutup buku anatominya gaya slow, poni lucunya juga seraut sama kondisi wajah yang bingung. Irene teguk cola santai, beralih tatap Lyubovskha itu intens.

“Katamu gak mau pulang.”

“Mami sudah sewa om Newt, teks masuk barusan.” ponselnya digoyang disisi wajah, ada cengiran polos yang jadi teman obrolan.

Wendy miringin kepalanya itu kesisi, gestur mikir. “Om Newt??”

“Adeknya papiku, pastor. Katanya siap jadi saksi ikrar, kita berdua.”

Kalimat akhir tadi nadanya sedikit lemah, Irene meringis sendirian. Wendy jelas loading besar, total ngeblank.

Kita berdua—tanda petik yang didalamnya pasti ada nama seorang Irene Bae yang bawa serta nama bidan Serenada Wendy. Gokil, ajakan nikah langsung walau harus dicerna dulu didalam otak. Roket abis.

Tipekal, Irene jauh dari kata basa-basi. Tapi ada saatnya sikap dia yang gamblang ini belum siap Wendy antisipasi pake balasan kalimat lain, selain aneka raut wajah acak-acakan.

“We're getting married??” logat bule Wendy cukup bikin shok, Irene berdehem puter otak biar bisa bales pake bahasa turis lagi, tapi berakhir gagal.

Maaf, nama boleh eropa—tapi darah tetap asia kentank.

“Yes.” cupu. Itu aja jawabannya. Wendynya terkekeh langsung.

Wendy beranjak bangun, jalan santai sambil bawa colanya sampai stop di depan manusia Bae yang sigap pegang pinggul Wendynya itu halus.

Wendy jemarinya merambat dirambut Irene, agak ditarik sampai mendongak lalu merunduk buat cium sekilas bibir Irene yang berbau soda.

“Pulang sekarang apa nanti?”

Irene senyumnya lebar, pinggul Wendy lebih ditarik mendekat. Posisi dia masih duduk dan perut Wendy dapat kecupan kecil beberapa kali.

“Sekarang lebih bagus.”






;

Pemandangan indah sedikit adrenaline, yah—indah karena ada Wendy sama poni lucunya yang ikut duduk mengeliling sambil ngobrol seru di meja ruang tengah.

Hallo juga sama Papi, Mami. Irene rasanya mau ketawa keras karena berasa keluarga sungguhan betul-betul.

Aneh ya, aneh. Papi rautnya kalem seakan udah tau Wendynya itu siapa dan darimana. Irene berdehem nyaris keras, atensi ada di dia penuh.

Gak mau buang-buang waktu, Irene sedikit benerin posisi duduknya. “Papi tau kan ini Sere.”

“Ya tau, dia bidannya mami.” jawab Papi terus senyum.

Wendy senyum lembut jadi respon, rok ramplenya seperti biasa yang bawa kesan lebih halus karena warnanya senada sama baju pastel. Cantik ya? Tindikannya seolah teriak 'Iya!'

Irene tarik nafas, blazer menggantung dilengan sofa dan Wendy lirik sekilas jadi isyarat banyak makna.

“Aku gak minta eksistensi dari nama besar buat hidupin aku sampai masa depan, gak minta secuil dari harta papi buatku sendiri—aku cuma minta restu papi, izin nikahin Sere biar bisa nemenin sampai tua.”

Semuanya hening, planet gurita ikut tenang. Ya kenapa ya sama hari ini? Rasanya berdebar sampai ketulang belakang manusia Bae, Wendy jilat bibir bawahnya gestur gugup berlebihan.

Mami senyumnya manis merasa bangga, beralih objek di Papinya yang keliatan blank nyerna hati-hati kalimat panjang si anak sulung.

Bahkan disini Wendy gak bisa atur nafas secara normal, dia cuma bisa meringis greget masalah waktu senyap ini yang kenapa lama banget kejadiannya.

Coba lihat apa omongan minta izin dari Irene bisa di acc? Wendy mencibir, siap jadi bahan olokan lagi kaya dulu bareng Ibu dan Mingyu.

Papi lepas kacamata silindernya, Irene ikutin gerakan Papinya itu percis—copot kacamata bacanya lepas suasana sedikit tegang yang kurang ajar.

“Bukan tentang asik enggak nya seseorang, tetapi tentang siapa dulu orangnya.

—bahagia itu sederhana kalau dengan orang yang tepat. Seremu bisa lakuin apa yang gak bisa papi lakuin buatmu, ngomong panjang dan serius. Ya papi bangga kamu begitu. Dewasa ya kamu.”

Bro, rasanya tumpukan karung gunung seketika jatuh merontokkan diri sendiri. Irene pegang pipinya dan teriak tanpa suara.

Wendy? Gak pernah ngerasa seringan ini semenjak tau Irene ternyata punya kesan luar biasa lepas dari karakternya yang keras dan gak mau kalah.

Kira-kira tanggal berapa ya? Meroket, Irene isi kepalanya langsung ribut sama planning tentang acaranya sendiri.

________________________________________





Pasangan repot ini aja mau nikah, kalian kapan :')

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang