Rencana di chapter sebelah jadi,
Irene gak pernah ngerasa se-hype ini mau keluar rumah, bahkan dia habisin puluhan menit buat gosok gigi doang.
“Buang-buang waktu gak!”
Irene mengerling males, gas tipis-tipis vespa matic warna hitam metalicnya didepan rumah. Ini malem, dan Wendy ngambek karena Hayoung udah jalan duluan.
“Belum mulai pamerannya juga, kaleman dikit. Motornya belum panas.”
“Salahmu kan gosok gigi lama bener.”
“Ya kan biar wangi, bawel nih manusia satu. Lindes juga ya,”
Dan helm bogo yang kepasang asik dikepala manusia Bae itu kena kampleng, Wendy merengut lucu sama tudung hoodie warna hitamnya, lagi-lagi outfit kencan mereka samaan. Kata Joy biar kembar-kembir, dia yang beli btw.
Ringisan Irene jelas merana, kepala pening mendadak efek kamplengan dari istri. Duh, mau bales tapi gak tega sendiri—shayang sere selamanya, gitu kata hati dia.
“Udah panas belum, tuh udah keluar asep kak.”
Irene ikutin arah objek mata Wendy yang fokus dibagian bawah motor.
“Abis bensin kali, isi dulu deh.”
Nyerah, Wendy buka tudung hoodienya dan beralih jongkok sambil lempar helm bogonya sendiri. Irene perhatiin kelakuan baru dari Serenya itu pake kekehan gemes.
“Gak jadi lah sekalian, aku mau tidur aja.”
Bilangnya mau tidur, tapi Wendy masih jongkok; gak mau beranjak kemanapun, maunya diambilin helm terus dipasang langsung sama Irene. Tapi gak bisa ngomong karena malu, gak biasa ganjen kalimat soalnya.
“Ayo naik.”
Kepalanya Wendy mendongak, terus senyum lebar dan ambil helmnya dan dipasang sendiri. Irene sendiri sudah siap pegang stir, masih gas tipis-tipis.
“Katamu bensin abis.” ujar Wendy sambil naik hati-hati keatas motor. Disini Irene cuma ngeluarin deheman panjang, dan bantu Wendynya itu supaya duduk diboncengan.
Wendy memang buta otomotif, jadi gampang di boongin.
“Cium dulu dong sebelum jalan,”
Yang minta kurang ajar, Wendy diem sebentar dan Irene ngerasain pergerakan kepalanya agak kedorong kedepan. Yah—yang dicium ternyata helmnya si alpha tua.
Gapapa, ikhlas demi kerang ajaib.
;
Disini kondisinya lumayan rame, cafe outdoor yang dulu pernah dipake adegan putus dari Irene dan Sere sekarang ada beberapa manusia yang ikut duduk.
Ceritanya beda, meski sekarang agak ribut—tapi Irene suka suasananya, takut nanti kalau duduk berdua malah bawa ingatan Wendy kesana, ewh kamfhungan.
“Pesen apa aja gratis kan ini?” seloroh Seohyun santai, minta persetujuan gak narget. Tapi binarnya kode halus ke Irene yang malah lempar pandangan ke Bomi.
Bominya linglung, dia gabrug bahu Yoona. Yang digabrug malah angkat bahu.
Terus Wendy mendongak keatas, banyak rasi bintang diatas kepala. Manja dan manis itu yang bikin sejuk pikiran.
“Kak Irene yang bayar, all you can eat. Bebas!”
Hayoung reflek berdiri dan tepuk tangan, mungkin dia merasa bangga sama kalimat acc dari Wendy. Seketika atensi orang-orang disitu langsung kearah mereka semua. Hayoung bodo, dia duduk lagi.
Meanwhile Irene wajahnya lempeng, tendang sekilas tulang kering Yoona dibawah meja.
Yoona meringis sakit, tapi ditahan. Nih orang idiot kambuh malam-malam dibukit meteor, katanya gitu didalam hati.
“Dek,—” omongan niat protesnya belum tuntas, tapi begitu Wendy biarin kepalanya menyender dibahu jadi seneng. Gak jadi ngomong kalau begitu.
Yoona mendecih, sisanya cuma perhatiin.
“All you can eat.” ini Irene dan suaranya yang gak terlalu kenceng, mungkin dia aslinya gak mau bayarin dua pasangan lainnya; tapi Wendy manis, tapi kesel, tapi cinta.
Lalu Bomi yang pertama kali panggil pelayan, Seohyun menang telak kali ini. Dikantor gak pernah begini sih, paling mahal traktiran dari manusia Bae itu cuma cola float dua gelas penuh. Selebihnya ya permen jejak kaki rosul rasa mangga, udah.
“Ser, kemarin kamu pulang baik-baik aja kan?”
Pertanyaan Hayoung langsung dapet anggukan Wendy, “Baik kak, yah agak takut sih sebetulnya, di bis jarak sopir sama penumpang harus jauh, dan isinya juga sedikit. Sekitar lima orang kalau gak salah.”
“Lockdown Ser, harusnya kamu tunggu aku pulang siaran.” Bomi nimpal. Wendy reflek senyum kecil dan geleng.
“Gapapa, aku biasa naik angkutan umum.”
Irene mengkalemkan diri sambil rangkul bahu omeganya posesif, gak ada niat buat ikutan ngobrol. Irene biarin Wendy ngobrol sesukanya sama siapapun, dia tau istrinya itu pasti butuh hal beginian yang gak dia dapetin kalau sibuk kerja di klinik.
Tapi lama-lama kesel juga,
“Sere, makanannya dateng. Kamu makan dulu, ngomong terus sih kamu, mau kupukul pake tongkat kriket apa?”
Slow, bercanda. Bahkan Irene ketawa santai diakhir kalimat.
Tapi sumpah ini ngefek parah ke Wendy.
“Kim Mingyu,”
“Sehat-sehat ya Lyubovska di toronto.”
“Makan malam dirumahku, ibu ajak kamu.”
“Sebetulnya aku gak mau ngatur sih, tapi memang lebih bagus kalau kamu sukain aku aja Ser.”
“Happy anniversary sweetheart!”
“Motorku aku jual ya itu buatmu juga, jangan down. Aku biayain kamu sampai lulus Serenada.”
“Istri, hehe.”
“Atas nama ibu aku minta maaf,”
“TOLOL!”
“TOLOL!”
“TOLOL!”
“Diem dirumah, aku gak mau pukul kamu lagi.”
“Namanya Abraham Kim.”Detik itu keulas lagi semuanya tentang Mingyu, Seohyun lekat perhatiin gestur Wendy yang ketakutan.
Dahinya basah, bahkan jantungnya nyaris pecah.
Yoona akhirnya sentuh bahu Wendy, baru ujung jari tapi langsung ditepis kasar. Dan Irene jadi panik, semuanya panik.
________________________________________
Lu gmn sih kentaaaaaaank 😠