Goody Gardens

958 174 29
                                    



Enggak ada lagi yang bisa ditutup-tutupi, seketika jadi panik; yang reflek bikin semuanya buka mulut. Mau itu Minkyung atau Ibu, mereka gamblang didepan Wendy,

Dan ngaku 'Iya' bahwa Abraham masih ada, masih nafas dibumi yang sama.

Otak Wendy rasanya gak bisa terima luas—secara dia dibohongi nyaris 10 tahun, dijauhkan dari anak kandung. Yang katanya meninggal itu ternyata cuma omong kosong.

Ya apa kabar sama mendiang Papanya Abraham disana? Istirahat dengan tenang kah? Semoga iya. Wendy sumpahin Mingyu istirahat sesuai perbuatan.

Wendy beringsut jalan cepet kedepan Minkyung, tarik suit kerja Minkyung sampai kusut dibagian leher. Emosinya ada dipuncak, bahkan Wendy gak peduli sama kuku barunya yang baru dihias.

“Kamu apain anak aku.”

Kan tenang dia nanyanya padahal, tapi Minkyung kasih respon gak sopan dengan dorong Wendy sampai sukses mundur kebelakang.

Ada Irene disini, dikantor polisi; menjelang malam. Sama Ibu yang santai-santai aja.

Minkyung tatap Irene dan Wendy gantian, Irene bales tatap Minkyung seolah mereka bukan partner bisnis lagi.

“Kalian gak usah sok mengurusi, jijik tau gak.”

“Aku Ibunya. Mulutmu dijaga.”

“Ibu?” terus Minkyung ketawa nyaris histeris. Beralih Irene tarik Wendy biar deketan, takut-takut Minkyung nyerang kan. “Ibu macem apa yang malah ninggalin suaminya dan berakhir suaminya itu bunuh diri.”

Mata Minkyung lekat perhatiin Irene yang posisinya ada satu meter didepan dia. Minkyung berdecih, dia baru tau kalau Wendy ternyata nikah sama Irene.

Semenjak Mingyu meninggal, Minkyung bener-bener gak mau tau lagi urusan Wendy mau hidup sama siapa, mau gimana dan bagaimana.

Ibu juga gak pernah bahas apa-apa soal Wendy didepan Minkyung. Jadi yang begini dia taunya belakangan jelas bikin kaget.

“Bae, kamu gak tau dia kan?”

“Ya istriku. Aku tau dia.”

“Dasar budak cinta. Keliatan dari mukamu.”

“Ngejek? Gak mutu.”

Sebiasa mungkin Irene jawab, dan wajahnya tetap datar. Ibu ketawa didalam hati, ya ngetawain Minkyung yang kalah telak sama manusia bebal bernama Irene Bae.

Bagus sih, balas dendam Ibu di wakilin Irene itu jackpot. Minkyung pantes dapet begituan, mulutnya kurang dijaga memang. Anak dakjal.

Terus ini gimana? Urusan sama hilangnya Abraham, masing-masing malah tutup mulut karena gak tau mau cari kemana.

Wendy jongkok, pasrah. Rasanya mau nangis keras kalau disini gak ada Ibu sama Minkyung.

Irene beralih usap punggung kesayangan nya itu lembut dari belakang, terus ikut jongkok dan tempelin pelipisnya dia kesisi kepala Wendy yang terasa hangat.

“Aku bakal temuin Abraham sampe dapet. Aku janji.”

Serasa dipancing kan ini—ya pancing emosi Wendynya supaya beneran nangis. Itu ada yang lolos air matanya, Minkyung liat jelas air mata Wendy banyak keluar petang ini.

Keliatan disini Wendy memang cinta anaknya sekali, tapi bagi Minkyung dan Papanya; rasa sayang dan cinta aja gak cukup kalau latar belakang Wendy masih buruk.

“Minkyung, kita pulang. Sebaiknya Papamu harus dikasih tau.”

Minkyung gak jawab omongan Ibu, dia berdecih waktu Irene bantu Wendy berdiri dan milih pergi gitu aja.

Sebetulnya Minkyung juga panik tentang ini, semuanya berjalan cepet sampe dia gak tau kemana Abraham lari. Dan sekarang Wendy tau anaknya hilang, berasa jadi oknum tolol aja sih.

Karena, ternyata omongan dia didepan Mingyu waktu dulu buat jaga dan besarin Abraham nyatanya gak gampang.

Sedekat apapun dia sama Abraham, tetap aja anak itu selalu mengendus bau induknya.

_______________________________________








Knp sih sma org yg hri ini polow, besoknya unpolow, trus polow lagi, unpolow lagi, polow lagi, unpolow lagi—polow lagi :)) trus unpolow :'))
Apa dia gk tau y kalau aku tau? Trus apa dia g tau kloo ak suka blng “apasi dakjjal, gaje bgt u.”
Hmmm...mungkin dia sedang mencari jati diri.

Marmalade (ReneDy) | Completed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang