57. BERBEDA.

32.8K 2.3K 59
                                    

ANGKASA DARWAGANA
______________________

57. BERBEDA.

"Bukannya menyerah, aku hanya berusaha mengalah dan berusaha mengikhlaskan apa yang tidak bisa aku dapatkan."

-- Meliza Austine --

*****

Keempat lelaki itu sudah berada dikelasnya, berkumpul dengan cara saling berhadapan dideretan belakang kursi kelasnya. Berdiskusi tentang sesuatu yang menurut mereka penting dan harus dibicarakan.

"Gue rasa, sikap lo kemarin udah keterlaluan, Yo," Aldan berbicara duluan, mendahului teman-temannya yang masih diam tidak tahu harus memulai dari mana dan berbicara apa.

"Hm." Zaksen mengangguk menyetujui. "Gue setuju sama lo, gak seharusnya kemarin lo bersikap kayak gitu sama, Angkasa," timpal Zaksen.

"Apa kita minta maaf aja sama dia? Gue kasian sama tuh anak," ujar Sam lirih. Merasa prihatin dengan keadaan temannya itu. Kalau boleh jujur, ia tidak ingin melakukan semua itu pada Angkasa. Tapi sikap Angkasa yang kadang keras kepala kadang bisa membuat mereka murka dan kesal akan sikap lelaki itu.

Gio masih termenung mencerna setiap perkataan ketiga temannya. Perkataan mereka memang benar, ia juga merasa perkataannya sudah keterlaluan dan mungkin sudah membuat perasaan Angkasa terluka dan kecewa pada mereka semua. Tapi jujur saja, Gio tidak ada niatan seperti itu. Mulutnya hanya refleks aja mengakatakan hal seperti itu, dan ia juga menyesali karena mulutnya yang tidak bisa terkontrol ini.

"Gue juga sebenarnya gak berniat bilang gitu, tapi mulut gue gak bisa di rem," runtuk Gio. Ketiga lelaki itu hanya diam dan saling melempar tatapan.

Tak lama kemudian, Angkasa datang ke kelas dengan sikap acuhnya. Lelaki itu melirik sekilas keempat temannya yang sedang berkumpul di tengah-tengah kursi yang berderet. Namun, hanya beberapa detik, lelaki itu langsung memutuskan lirikannya dan berjalan menuju kursinya.

"Angka--"

Seruan Sam harus tertahan saat Gio memegang tangannya. Membuat perhatian lelaki itu teralihkan kepadanya, Gio balas menatap Sam dengan kening berkerut, lalu kepala lelaki itu menggeleng. Mengisyaratkan kepada Sam bahwa dirinya jangan dulu mengganggu Angkasa.

Sam yang melihat itupun hanya bisa mendesah berat, sampai kapan persahabatan mereka akan jadi seperti ini. Ia sudah tidak tahan, ia ingin secepatnya kembali seperti dulu. Berbagi cerita suka dan duka bersama mereka semua.

Keempat lelaki itu memerhatikan sosok Angkasa yang baru memasuki kelas. Sikap Angkasa terlihat acuh dan tidak peduli, bahkan lelaki itu sama sekali tidak mau melihat kearah mereka. Sepertinya lelaki itu benar-benar kecewa pada mereka semua.

Samar-samar, Angkasa masih bisa mendengar panggilan itu. Ia pun sempat melirik teman-temannya lewat ekor matanya, namun lelaki itu tak membalas ataupun menyahutinya. Untuk saat ini Angkasa sedang tidak ingin meladeni mereka semua.

Bukannya karena apa-apa, Angkasa hanya sedang malas berdebat untuk saat ini. Ia takut jika ia menyahut, ujungnya malah akan berakhir perdebatan antara dirinya dan Gio lagi seperti sebelumnya. Ia tidak mau, ia tidak ingin kembali berkelahi dengan teman-temannya. Dan, ia juga tidak mau persahabatannya semakin hancur jika mereka terus bertengkar setiap kali bertemu. Jadi untuk kali ini, biarkan saja ia mengalah.

Ia adalah seorang pemimpin, dan sudah sepatutnya ia bersikap berwibawa dan dewasa. Menunjukkan sisi kepemimpinannya.

Angkasa mendaratkan bokongnya dikursi tempatnya seperti biasanya. Lelaki itu menyampirkan kedua tangan tasnya pada kepala kursi. Lalu mulai sibuk memainkan ponselnya.

ANGKASA DARWAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang