73. PUPUS.

30.5K 1.7K 41
                                    

ANGKASA DARWAGANA
______________________

73. PUPUS.

"Sepertinya aku memang harus bisa menerima, jika kita tidak akan pernah bisa bersama."

-- Angkasa Darwagana --

******

Setelah mempersiapkan semuanya untuk ujian kelulusan yang akan datang. Hari ini, seluruh siswa kelas XII sudah di fokuskan untuk mengikuti ujian kelulusan yang berlangsung mulai hari ini.

Semua orang terlihat sangat serius, namun ada juga yang celingak-celinguk mencari jawaban kepada temannya yang bisa dimintai jawaban.

Liza tampak fokus pada lembar jawaban soalnya. Walaupun ia tidak terlalu pintar-pintar amat dalam bidang akademik, tetapi setidaknya ia juga tidak bodoh-bodoh amat. Dan selama seminggu kemarin, ia sudah belajar segiat mungkin untuk mempersiapkan diri untuk ujian kali ini.

Waktu terus berjalan, dan ternyata sudah memakan waktu satu jam. Yang berarti tinggal tigapuluh menit lagi bagi siswa untuk mengerjakan lembar soal jawaban itu.

Berbagai macam ekspresi terpampang jelas diwajah para siswa-siswi. Ada yang tampak santai saja dan tenang dalam mengerjakan soal, bagi si pintar. Dan ada yang grasak-grusuk mengode teman-temannya untuk meminta jawaban, bagi orang yang kepintarannya dibawah rata-rata.

Setelah berkutat selama satu jam tigapuluh menit pada soalnya. Akhirnya Liza bisa menghela napas lega saat ia sudah menyelesaikan semuanya, dan tepat sekali tidak lama setelah itu bel istirahat berbunyi yang berarti waktu mengerjakan siswa-siswi untuk mengerjakan lembar soal sudah habis.

Liza, dan kedua temannya--Zara dan Kiara keluar dari kelas bersama. Untungnya di ujian pertama ini pelajaran yang pertama adalah B. Indonesia. Jadi mereka tidak terlalu pusing dalam mengerjakannya.

Langkah ketiga gadis itu membawa mereka menuju kantin, tempat sejuta umat golongan para pelajar. Tentu saja itu adalah tempat pertama yang akan mereka kunjungi saat bel tanda istirahat sudah berdengung. Karena, mengisi perut adalah urutan nomor yang paling utama.

Perjalanan mereka terhalang saat tiba-tiba Angkasa berdiri tepat berada di depan mereka. Ketiga gadis itu tampak bingung, apalagi Zara dan Kiara yang saling menatap satu sama lain.

"Gue perlu ngomong sama lo, Za." Cukup satu kalimat yang terlontar dari kalimat Angkasa. Dan lelaki itu langsung menarik tangan Liza untuk mengikutinya, tidak peduli jika gadis itu menolak atau tidak.

"Eh, Angkasa. Lo mau bawa Liza kemana?" Pekik Zara saat Angkasa dengan seenaknya membawa temannya begitu saja.

"Udah lah, Zar. Biarin aja, mungkin emang ada yang perlu Angkasa omongin sama Liza. Mending kita langsung ke kantin duluan aja yuk, perut gue udah laper banget," ucap Kiara membuat Zara mendengus.

"Dasar. Ya udah ayo!" Akhirnya mereka memilih untuk meninggalkan Liza ke kantin duluan.

******

Liza masih tidak bisa menolak saat Angkasa terus menarik tangannya. Saat ini, ia tengah berusaha mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba berdebar sangat keras di dalam tubuhnya. Jadi ia tidak memiliki kesempatan jika hanya untuk memberontak atau menolak lelaki itu.

Entah kemana lelaki itu akan membawa Liza kali ini. Ia hanya mengikuti saja. Sampai tak lama kemudian mereka berhenti di sebuah lorong SMA Galaksi yang jarang sekali dilewati oleh siswa-siswi.

ANGKASA DARWAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang