59. RUMAH SAKIT.

34.7K 2K 36
                                    

ANGKASA DARWAGANA
_____________________

59. RUMAH SAKIT.

"Kapan pun kau membutuhkanku, aku akan datang untuk membantumu."

-- Kenzo Giyoda --

******

Setelah kejadian tadi, Liza langsung membawa tubuh Kakaknya menuju rumah sakit untuk segera ditangani. Ia cemas bukan main, keringat dingin keluar dari pelipisnya, kakinya tidak bisa berhenti mondar-mandir didepan pintu UGD dengan tangan yang sudah saling tertangkup.

Ia benar-benar cemas melihat keadaan Kakaknya seperti tadi, ia tidak menyangka jika Ayahnya akan setega itu pada anaknya sendiri. Air mata Liza lagi-lagi mengalir, ia semakin takut kala Dokter yang menangani Kakaknya tak kunjung keluar. Ia tidak mau kehilangan Kakaknya.

Sudah cukup Liza kehilangan orang tuanya, ia tidak ingin kehilangan Kakaknya juga. Ia tidak mau sendirian, sekarang hanya Rexan satu-satunya keluarga yang ia punya. Ayahnya sudah kabur, entah kemana.

Perhatian Liza langsung teralihkan saat pintu ruang rawat Rexan dibuka menampilkan seorang Dokter yang memakai pakaian serba putih khas seorang Dokter dengan stetoskop yang menggantung di lehernya.

Liza langsung menghampiri Dokter itu yang diikuti oleh suster yang mungkin merupakan asistennya dari belakangnya.

"Gimana keadaan, Kakak saya, Dok?" tanya Liza tak sabaran, ia sudah sangat cemas.

Dokter itu menghela napas pelan sebelum menjawab pertanyaan Liza. "Keadaan Kakak kamu sedang dalam masa kritis, dia kehilangan banyak darah dan harus segera mendapatkan transfusi darah. Karena jika tidak, nyawa-nya tidak akan tertolong," jelas Dokter itu panjang lebar.

Tidak dapat ditutupi lagi rasa keterkejutan Liza, mulut gadis itu terbuka saking tidak percayanya. Tangannya terangkat untuk menutup mulutnya yang terbuka.

"Dan ada sedikit masalah disini," ujar Dokter lagi-lagi menarik perhatian Liza.

"Apa?"

"Kebetulan, di rumah sakit ini sedang kehabisan stok darah. Jadi, kamu harus mencari pendonor yang cocok untuk Kakak-mu."

Lagi-lagi, mulut Liza terbuka tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Dokter itu. Ia harus bagaimana? Mencari pendonor darah bukanlah hal yang mudah. Dan sekarang Kakaknya tengah diujung kematian.

"Sampai kapan batas waktu yang ditentukan, Dok?"

"Paling lambat hari Sabtu, jika Kakakmu tidak juga segera mendapatkan donor darah. Maka hidupnya tidak akan terselamatkan lagi."

"Kalau sudah tidak ada yang ditanyakan lagi, Saya pergi dulu. Permisi," pamit Dokter itu diikuti oleh suster.

Liza tak dapat mengatakan apa-apa lagi, lidahnya terasa kelu. Ia mengintip Kakaknya yang tengah terbaring diatas brankar lewat pintu yang terdapat kaca pada bagian atasnya yang berukuran persegi empat.

Lagi-lagi tangisnya luruh, tangannya terangkat menempel pada kaca itu. Ia tidak bisa melihat Kakaknya dalam keadaan seperti itu, ia tidak akan kuat. Tapi ia harus bagaimana?

******

Langkah lelaki itu masuk dengan tergesa, mencari ruangan yang tadi sempat ia tanyakan pada seorang suster. Setelah tadi Liza meneleponnya, ia langsung bergegas kesini tanpa mengganti baju terlebih dahulu. Untungnya ia sudah memakai celana jeans hitam dan kaos polos berwarna abu-abu yang dilapisi oleh jaket jeans yang berada diluar.

ANGKASA DARWAGANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang