Goddess series #1
------------------------------
Please allow me
Into your reality
I'll approach you, so hold on to me..
Written in bahasa
Start : Januari /26 /2021
End : Desember/14/2022
Tidak ada orang yang mendapatkan kesuksesan dengan cara instan. Kecuali dia memang anak orang berada,yang tidak perlu takut kehabisan uang meskipun menjadi pengangguran selama hidupnya, kerena dilimpahi dengan banyak privilege dari orang tuanya yang bisa saja ia manfaatkan, jika ingin.
Sayangnya, Dirga bukanlah orang yang seperti itu, yang berasal dari keluarga nomor wahid serba punya tanpa kekurangan. Dirga memang berasal dari keluarga yang bisa dibilang cukup berada, tetapi kekayaan itu kan bukan miliknya, itu milik orangtuanya. Oleh karena itu ia juga butuh bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Karena Dirga sadar dia bukanlah lagi seorang anak remaja yang masih menggantungkan hidupnya pada kedua orangtuanya.
Tahun ini usianya akan menginjak tiga puluh tahun. Usia yang bisa dibilang sudah matang untuk seorang laki-laki.
He is a man now, not a boy anymore.
Menjadi dewasa bukanlah hal yang mudah. Arti dewasa yang sesungguhnya bukanlah hanya perkara fisik. Dewasa bukan hanya dilihat dari apakah orang itu sudah tumbuh lebih tinggi dari yang sebelumnya, tapi juga perkara tanggung jawab. Menurut Dirga, dewasa atau tidaknya seseorang bisa dilihat dari bagaimana orang tersebut menghadapi dan mencari jalan keluar dari suatu masalah. Dan masalahnya, di kehidupan orang dewasa, masalah itu selalu datang bertubi-tubi.
"And it's kinda sucks sometimes"
Dan di sinilah Dirga sekarang, di sebuah klub mewah milik seorang sahabatnya. Berniat menghilangkan penatnya setelah seharian menekuni pekerjaannya sebagai seorang konsultan bisnis yang mana hari ini dua hal yang sangat ia benci harus dialaminya, yaitu jet lag karena terlalu lama menempuh perjalanan di pesawat, dan kurang istirahat tetapi harus tetap bekerja. Padahal ia baru saja pulang dari perjalanan dinasnya di headquarter yang berada di Boston.
Let say, demi profesionalitas. Dirga tetap harus menjalankannya, karena nama baiknya juga akan dipertaruhkan. Dirga bisa menempati posisinya yang sekarang juga hasil dari kerja kerasnya. Dan ia tidak akan menyia-nyiakannya begitu saja.
Damn! Could I skip this day faster? I love my job, but being tired is a normal thing, right? Batin Dirga, yang baru saja mendudukkan dirinya pada kursi yang menghadap meja bar dengan seorang bartender di baliknya.
"A glass of liquor, please!" Ujar Dirga pada Ramon, sang bartender yang sudah Dirga hafal.
"Calvin ada, Mon?"
"Setahu gue dia lagi ada urusan di Singapura." Jelas Ramon tanpa menghentikan pergerakannya menyiapkan pesanan.
"Seharusnya dia udah pulang dari tadi sore. Emang lo nggak lihat dia?" Tanya Dirga memastikan.
"Nggak, mungkin waktu Calvin pulang gue lagi sibuk-sibuknya."
"Lo cek aja ke ruangannya. Tadi juga ada cewek yang nyariin si bos, beberapa menit sebelum lo datang." Tambah Ramon.
Dirga mengerutkan dahinya. "Cewek? Siapa?"
Ramon mengendikan bahunya setelah meletakkan pesanan Dirga diatas meja. "Pacar si bos. Mungkin?"
Dirga mengangguk.
Jujur dia cukup penasaran siapa perempuan yang mencari sahabatnya itu. Dirga merasa ia telah melewatkan banyak hal selama tidak berada di Jakarta. Dikarenakan ia yang harus menetap di Boston selama dua bulan, juga karena Dirga yang jarang bertukar informasi dengan sahabat-sahabatnya di sini.
"Gue pamit duluan, Dir. Shift gue udah habis." Pamit Ramon setelah melihat pengganti shift malamnya sudah tiba.
"Yo! Hati-hati di jalan." Yang dibalas Ramon dengan tepukan pada bahu Dirga.
Merasa tidak memiliki teman mengobrol setelah Ramon pamit pulang, Dirga memutuskan untuk beranjak ke ruangan Calvin. Juga karena suara dentuman musik yang memang tidak pernah bersahabat dengan telinganya.
Sebenarnya Dirga memang tidak terlalu suka pergi ke klub seperti ini. Saat ingin minum, biasanya dia lebih memilih untuk membeli bir atau anggur sendiri lalu meminumnya di balkon apartemen. Atau mungkin hangout bersama sahabat-sahabatnya, itu terdengar lebih baik.
Dirga isn't a nice guy at all. Apalagi setelah ia menempuh pendidikan kuliahnya di Perancis beberapa tahun lalu. Yang mana semua orang tau Perancis merupakan negara bebas yang apa saja bisa dilakukan di sana. Dunia malam seperti ini bukan lagi hal yang tabu bagi Dirga.
Come on! Dirga adalah pria dewasa. Tentu saja sudah banyak hal yang pernah ia lakukan selama hidupnya. Hanya saja ia masih memiliki batasan mana yang masih bisa dilakukannya dan mana yang tidak perlu.
Langkah Dirga terhenti ketika melihat seorang perempuan berpakaian khas kantoran—menenteng blezer, seperti baru saja pulang dari kantor berdiri tak jauh dari ruangan Calvin.
Dirga merasa tidak pernah melihat perempuan itu sebelumnya. Apakah perempuan itu adalah orang yang dimaksud Ramon?
"Sorry, lo mau ketemu Calvin?" Perempuan itu berjengit, terkejut ketika mendengar suara tiba-tiba dari Dirga.
"Kalau iya, masuk aja. Atau mau gue temani?" Sambung Dirga.
"Nggak. Gue nungguin teman." Jelas perempuan itu.
"Oh...jadi yang di dalam teman lo?"
"Iya." Jawab perempuan itu singkat, kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke bawah, dance floor. Karena ruangan Calvin memang berada di lantai atas.
Dirga mengangguk samar, "Udah lama nunggu?"
"...lumayan." balas perempuan itu tanpa menoleh pada Dirga.
Dirga yang juga tidak tahu harus membahas apalagi pun ikut memperhatikan dance floor yang sesak akan orang-orang yang tengah menikmati musik, menggerakkan tubuh mereka mengikuti beat musik yang diputar.
Hingga tiba-tiba ajakan konyol terucap dari bibirnya begitu saja,
"Wanna dance...with me?"
-
Cast📷
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.