PART 42

7 4 0
                                    

Keesokan harinya,Rasya dan Risma masih tertidur lelap. Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu kamarnya. Rasya terbangun karena suara ketukan pintu itu.

Tok...
           Tokk....
                         Tokkk.....

"Rasya... Risma..." panggil seseorang dari luar pintu kamarnya.

"Iya sebentar." jawab Rasya dengan suara khas orang bangun tidur.

Rasya bangun dan berdiri dari kasurnya langsung berjalan menuju pintu serta membuka pintu kamarnya itu. Ternyata Andi yang mengetuk pintu kamar Rasya dengan wajah sedih.

"Ada apa yah?" tanya Rasya yang mulai khawatir.

"Bi Yeyen..." ucap Andi.

"Bi Yeyen kenapa yah?" tanya Rasya.

"Bi Yeyen meninggal." jawab Andi to the point.

"Hah?Kapan yah?" tanya Rasya yang sangat terkejut.

"Baru aja nak." jawab Andi.

Rasya langsung berlari menuruni tangga dan menuju kamar Bi Yeyen. Meskipun pintu kamar Bi Yeyen terbuka,Rasya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia melihat Bi Yeyen terbaring diatas kasurnya dengan wajah pucat tanpa nafas. Disana hanya ada Pak Yogi dan jenazah Bi Yeyen saja. Rasya langsung memeluk tubuh Bi Yeyen sambil menangis karena merasa kehilangan kedua orang yang sayang padanya.

"Bi Yeyen,kenapa ninggalin Rasya juga sih bi." ucap Rasya sambil menangis.

Pak Yogi hanya bisa duduk disamping Bi Yeyen sambil menangis. Karena ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Anaknya saja sudah pergi dan tidak mau mengakui orang tuanya. Kemudian Risma datang ke kamar Bi Yeyen juga untuk melihat Bi Yeyen yang terakhir kalinya. Sementara Andi,Vinda,dan Cassandra mencari muka kepada Andi untuk membantu proses pemakaman Bi Yeyen.

"Kak... Bi Yeyen nggak ninggalin kita kan kak?" tanya Risma yang tiba-tiba datang serta memeluk tubuh Bi Yeyen didekat Rasya.

Rasya yang mendengar ucapan Risma. Ia langsung melepas pelukan pada Bi Yeyen dan berpindah memeluk Risma. Risma juga begitu,setelah melepas pelukannya pada Bi Yeyen,ia juga memeluk Rasya. Mereka berdua pun saling berpelukan.

"Kenapa semua orang yang baik pada kita selalu ninggalin kita kak?" tanya Risma sambil menangis.

Rasya hanya diam dan menangis dipeluk Risma. Tak lama kemudian,jenazah Bi Yeyen dimandikan lalu dipakaikan kain kafan serta di do'a kan oleh semua orang yang ada disitu. Karena Andi tadi sudah mengurus segala halnya. Jadi saat ini sudah ada banyak orang untuk membantu pengurusan jenazah Bi Yeyen. Setelah semua selesai,jenazah Bi Yeyen langsung dimakamkan dipermakaman sama persis saat Airin dimakamkan beberapa hari yang lalu.

Pak Yogi masih saja menangis dan mengelus patok istrinya itu. Rasya dan Risma tidak tega melihat Pak Yogi yang tingkahnya berbeda dari kemarin-kemarinnya. Semua orang yang membantu mengurus permakaman Bi Yeyen pun pulang kerumah masing-masing. Sementara dimakam Bi Yeyen masih ada Pak Yogi,Andi,Rasya,Risma,Vinda, dan Cassandra yang sabar menanti Pak Yogi untuk ikut pulang bersamanya.

"Bi Yeyen kenapa ninggalin kita semua sih bi termasuk Rasya.Kalo Bi Yeyen pergi Rasya kan jadi sendiri. Bunda pergi,Bi Yeyen juga ikut pergi.Dan Rasya juga belum tanya ke Bi Yeyen masalah Tante Vinda sama Cassandra." ucap Rasya dalam hati sambil memandang makan Bi Yeyen.

"Pak Yogi... mari kita pulang pak. Biarkan Bi Yeyen istirahat dan tenang dialam sana." ucap Andi pelan.

"Iya Pak Andi.Bi Yeyen udah tenang sama kayak bunda disana." lanjut Risma.

"Iya tuh Pak Yogi,ngapain juga nungguin orang udah mati kayak gitu,Bi Yeyen mah nggak bakal kembali kali pak." ucap Cassandra dengan kasar.

"Husssttt... jaga omongan kamu Cassandra." bisik Vinda ditelinga Cassandra.

"Ya udah lah gue pulang aja daripada nungguin orang mati." ucap Cassandra yang pergi dari makan Bi Yeyen.

Vinda pun langsung meminta maaf karena ia tak mau kalau rencana yang ia buat bisa gagal karena ulah Cassandra.

"Maaf ya Pak Yogi,Pak Andi,Rasya, Risma atas perkataan Cassandra tadi. Saya permisi dulu mau nyusul dia." ucap Vinda yang lembut dan langsung pergi menyusul Cassandra.

Mereka hanya menjawab dengan senyuman. Tapi tidak dengan Risma. Ia geram dan ingin membalas perkataan Cassandra tapi dilarang oleh Rasya. Lama kemudian,Pak Yogi mau pulang bersama Andi,Rasya,dan Risma. Sesampainya dirumah,mereka bertiga duduk dikursi ruang tamunya dan diikuti juga Pak Yogi yang disuruh Andi untuk duduk bersamanya juga.

"Pak Yogi duduk dulu disini." suruh Andi.

"Ada apa pak?" tanya Pak Yogi sambil duduk dan menundukkan kepalanya.

"Pak Yogi tetep mau kan bekerja dan tinggal bersama kami." ucap Andi.

"Iya Pak Yogi.Lagi pula kalo bapak mau ke desa kan ya nggak mungkin,ntar siapa yang jagain Pak Yogi disana." tambah Risma.

"Disini aja ya Pak Yogi,bekerja kayak biasanya.Rasya sama Risma seneng kok kalo Pak Yogi masih mau disini." lanjut Rasya.

"Baik Pak Andi,non Rasya,non Risma... saya akan tetap disini.Terima kasih sudah berbaik hati kepada saya." ucap Pak Yogi.

"Nggak masalah Pak Yogi,itu sudah kewajiban buat kita semua karena Pak Yogi sudah baik pada keluarga saya dan menjalankan pekerjaan dengan baik juga." jawab Andi.

"Ya udah,Pak Yogi istirahat aja dulu dikamar." lanjut Andi.

Lalu Pak Yogi berjalan menuju kamarnya. Sementara Rasya dan Risma juga pamit untuk kembali ke kamarnya. Vinda dan Cassandra yang sedari tadi mengintip dan menguping pembicaraan mereka di dekat ruang tamu pun segera melangkah menjalankan rencana berikutnya.

"Sayang,kamu samperin Pak Andi sekarang trus jalankan rencana kita berikutnya.Mama mau ke dapur ambil minum dulu buat Pak Andi." suruh Vinda sambil tersenyum licik.

"Oke ma." jawab Cassandra.

Vinda pun berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman untuk Andi sementara Cassandra berjalan menuju ruang tamu untuk menghampiri Andi.

"Eh,ada om Andi." ucap Cassandra yang pura-pura baru tau kalo Andi sedang duduk dikursi ruang tamunya.

"Cassandra... sini nak." suruh Andi.

Cassandra mulai berjalan mendekati Andi dan duduk disamping Andi. Sedangkan Vinda yang sudah membuatkan minuman untuk Andi pun datang dengan membawa segelas minuman dan diberikan langsung kepada Andi.

"Pak Andi,ini saya buatkan minuman untuk Pak Andi.Saya rasa Pak Andi sangat lelah.Makanya saya buatkan minum untuk Pak Andi.Semoga suka ya,silahkan diminum pak." ucap Vinda lembut dan langsung duduk disebelah Cassandra.

"Oh iya terima kasih Bu Vinda." ucap Andi sambil meminum minuman yang dibuat Vinda untuknya.

Saat Andi meminum minuman itu,Andi menjadi teringat akan Airin yang biasa memberikan minum pada dirinya saat ia menginginkannya.

"Hmmm... jadi ingat istri saya." ucap Andi sambil meletakkan gelas minuman diatas meja.

"Oh maaf Pak Andi,saya nggak tau." ucap Vinda.

"Iya nggak apa-apa.Saya tau saya harus bisa melepas istri saya biar dia tenang disana." ucap Andi.

"Kenapa Pak Andi nggak nikah aja?Kan Rasya sama Risma masih butuh ibu buat ngegantiin almarhum Tante Airin." ucap Cassandra tiba-tiba.

Andi terkejut dengan ucapan Cassandra. Selain dikejutkan,ia juga berfikir tentang apa yang dikatakan Cassandra memang ada benarnya.

"Cassandra sayang,nggak boleh ngomong gitu ya,Pak Andi masih berduka atas istrinya." ucap Vinda dengan pelan dan lembut sambil pura-pura senyum.

"Ah tidak apa-apa.Memang ucapan Cassandra ada benarnya juga." jawab Andi.

Hati Vinda dan Cassandra pun senang bukan main karena rencana mereka akan berhasil sedikit lagi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Harta Tahta RasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang