kondisi yang sulit

1K 48 12
                                    

Zeina duduk termenung diranjangnya menatap kearah jendela pemandangan malam yang indah, sejuk juga langit yang cerah banyak bintang berkelap-kelip disana, namun. Semua itu tidak bisa merubah suasana hati zeina yang sejak siang sudah kacau. Sejak pulang dari sekolah zeina terus mengurung dirinya dikamar dan belum makan apapun, zeina tidak tau ada apa dengannya tapi rasanya begitu sakit mendengar perkataan hinaan orang berulang-ulang kali, zeina sungguh tidak marah pada Alif, Zeina tau Alif tidak sengaja menyakiti hatinya tapi situasi zeina sedang tidak bagus, kondisi hatinya sedang kacau maka dari itu ia pergi tadi tanpa berkata apapun pada Alif.

"Kakak.." Panggil Zain, zeina menoleh kearah adiknya yang tiba-tiba sudah ada didepannya.

"Hem?" Sahut zeina tanpa semangat, entahlah intinya moodnya sudah hancur.

"Ayo makan!" Ajak Zain. Sebenarnya Zain juga penasaran kenapa kakak begitu sedih? Zain bertanya-tanya apakah zeina dan Alif bertengkar? Atau Alif sudah menolak tegas kakaknya? Zain sungguh tidak tau. Tapi Zain sungguh tidak tega melihat kakaknya yang selalu ceria mendadak jadi tidak semangat seperti itu.

"Kamu aja aku gak lapar."

"Kakak belum makan sejak siang"

"Aku gak mau Zain."

"Lebih baik kakak cerita sama aku ada apa?"
Zeina mendongak menatap Zain,bukannya cerita zeina malah memeluk Zain menyembunyikan wajahnya didada bidang Zain.

Zain diam saja dan membalas pelukan kakaknya, Zain tau zeina sedang membutuhkan sandaran.

"Ada apa kak? Kakak cerita sama aku!" Ucap Zain seraya mengusap punggung kakaknya agar lebih baik.

"Hiksss..hiksss..aku tau aku bodoh.. aku gak kaya tapi mereka gak pantas menghina aku terus Zain..hikss..hikss.."

Mendengar itu sontak Zain menguatkan pelukan pada kakaknya, jadi itu alasan mengapa zeina murung sejak siang.

"Ada apa? Siapa yang menghina kakak."

"Semua orang, aku gak mau kemana pun aku mau dirumah aja"

Zain melepas pelukan mereka lalu menatap zeina, mata dan pipi gadis itu basah akibat air matanya.

"Jangan kayak gitu dong, nanti kalo ibu lihat dia bisa cemas"

Zeina diam mendengarkan Zain, hanya suara Isak tangisnya saja yang terdengar.

"Kakak jangan sedih, hinaan orang seharusnya kakak jadiin motivasi biar semangat membalas perbuatan mereka."

Zeina menatap adiknya itu, Zain dengan penuh kasih sayang mengusap jejak air mata zeina.

"Udah jangan nangis, kakak tambah jelek kalo nangis." Ledek Zain berusaha memperbaiki suasana hati kakaknya.

"Ish. Bodo amat!" Kesal zeina seraya memukul pelan lengan Zain, Zain hanya terkekeh dan zeina mulai tersenyum.

"Nah gitu dong senyum kan jadinya cantik walaupun dikit."

"Ish Zain!"

"Yaudah ayo makan, aku udah masakin spesial buat kakak"

"Apaan? Emang kamu bisa masak?"

"Bisa lah emang kakak sama ibu doang yang bisa."
Melihat kepercayaan adiknya membuat zeina terkekeh, zeina sejak kecil sudah terlatih untuk memasak karena memang hobinya sejak kecil sekalian meringankan beban sang ibu.

"Ayo!" Ajak Zain bangkit dari ranjang zeina.

Melihat kakaknya yang tidak beranjak membuat Zain merasa jengah.

"Ayo kak!"

"Gendong!" Ucap zeina manja.

"Gak! Kakak berat!" Tolak Zain.

Teruntuk Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang