Beberapa hari berlalu...
Zeina dan Alif semakin hari semakin dekat, hubungan diantara keduanya begitu berbeda dari sebelumnya, meskipun memang sikap dingin Alif tidak pernah terlepas dari pria itu tapi tetap saja ada yang berubah, Alif seakan terbuka pada zeina bahkan mereka sering menghabiskan waktu bersama disekolah.
Kini zeina tengah merapikan buku-buku yang berserakan ditroli, pekerjaannya kali ini sungguh banyak karna belum lama ini siswa dari sekolah lain masuk kedalam perpustakaan sekolahnya, meskipun ada yang bertanggung jawab saat meminjam tapi ada juga yang membiarkan buku berantakan dirak bahkan ditinggalkan begitu saja dimeja.
Begitu sedang fokus menyusun semua buku zeina merasa seperti ada yang menyolek bahunya sontak ia pun menoleh.
"Eh Alif?" Kata zeina terkejut melihat Alif berada didekatnya.
"Sibuk?" Tanya Alif dengan wajah datarnya.
"Iya. Kenapa?" Tanya balik zeina.
"Gak." Sahutnya, tangan alif mulai mengambil buku yang ada ditroli lalu menyusun satu persatu buku sesuai tempatnya, zeina yang melihat itu tersenyum tipis. Sudah beberapa hari ini Alif turut membantu pekerjaannya.
Zeina kembali melakukan pekerjaannya.
"Kamu gak belajar?" Tanya zeina dengan tangannya yang sibuk merapikan rak.
"Gak." Sahut Alif tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kenapa? Biasanya kamu selalu belajar disetiap waktu kamu?"
"Ini perpus, bisa gak usah banyak tanya? Berisik!" Cetus Alif, zeina memanyukan bibirnya. Dirinya bertanya karna perduli tapi jawaban Alif justru selalu saja ketus.
Sedangkan Alif melirik kearah zeina yang sedang memanyunkan bibirnya itu, Alif terkekeh dalam hatinya. Zeina sungguh menggemaskan membuatnya senang bila selalu meledek gadis itu.
"Heh!" Tegur Alif.
Zeina sontak menoleh kearah Alif dengan wajah cemberutnya."Apa?" Sahut zeina sebal.
"Tuh makanan." Kata Alif menunjuk kearah meja perpustakaan.
Zeina sontak menoleh kearah tunjukan Alif, ia melihat sebuah plastik hitam berada di sana.Zeina kembali menoleh kearah Alif. "Buat siapa?" Tanyanya.
"Elo!" Cetus Alif kembali melakukan pekerjaannya.
Zeina sontak mengembangkan senyumnya, zeina merasa senang melihat perubahan Alif yang perhatian padanya.
Zeina melepas pekerjaannya lalu berjalan menuju meja yang tak jauh darinya, ia raih plastik hitam itu lalu membukanya. Sebungkus roti cokelat juga susu rasa strawberry ada didalam sana zeina pun mengambilnya.Zeina tersenyum senang lalu kembali menatap kearah Alif.
"Makasih Alif." Katanya senang. Zeina langsung mendudukkan bokongnya dikursi dekat meja itu lalu mulai menikmati makanannya.
Begitu fokus pada makanan zeina tidak sadar bahwa kini sepasang mata sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.Ali,. Tatapan pria itu kini hanya tertuju pada zeina yang sama sekali belum menyadari tatapannya, gadis itu hanya sibuk menikmati apa yang ia bawakan tadi.
Alif menghembuskan nafas pelan lalu tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak terlihat sedang tersenyum."Gue gak tau kenapa, tapi rasanya didekat Lo bikin hari gua terasa berbeda." Batin Alif. Pria itu pun kembali melakukan pekerjaannya.
***
Usai selesai Alif dan zeina pun keluar dari perpustakaan, zeina melirik kearah jam tangan yang Alif kenakan.
"Masih 15 menit lagi sebelum bel, kamu mau kemana?" Kata zeina mendongak menatap Alif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...