Ingatan yang membekas

728 37 20
                                    

"jadi bagaimana dok keadaannya?" tanya alif begitu tergesa-gesa ketika tiba diruang pribadi dokter itu.

dokter itu segera menghela nafas pelan. "kondisinya cukup stabil, anda jangan cemas dulu karna kondisi pasien saat ini bukanlah fisiknya yang mengkhawatirkan." katanya.

alif mengernyitkan dahinya heran. "kalo bukan fisik terus apa dok? tadi dia sempat pingsan?"

"kondisinya saat ini yang lebih buruk adalah psikis nya, pasien pasti memiliki trauma dan secara tidak sengaja ada sesuatu yang mengingatkan pasien akan traumanya, saat ini kondisinya dipicu karna rasa trauma itu." jelas dokter.

alif terdiam. trauma? alif bingung dengan yang dijelaskan dokter padanya, alif berfikir apakah mengajak zeina ketempat tadi adalah pemicu trauma gadis itu? tapi apa yang salah dengan hutan itu? hutan tidak berbahaya dan memiliki pemandangan indah bahkan itu tak jauh dari jalan raya?

"sebaiknya anda hubungin keluarga pasien jika anda belum mengerti sepenuhnya, saya hanya bisa menjelaskan kondisinya tapi tidak tau apa yang dialami pasien, keluarganya pasti lebih tau." titah dokter itu.

alif menganggukkan kepalanya lalu bangkit dari kursinya. "kalo begitu saya permisi. terima kasih dokter" katanya.

"sama-sama." sahut dokter itu. alif pun segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan pribadi itu.
dikoridor menuju ruang rawat zeina, alif melangkah sambil melamun, ia masih belum mengerti dengan apa yang terjadi dan tanpa berfikir lagi alif pun mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu menghubungi zain.

"assalamualaikum kak?" suara zain terdengar dibalik telepon itu.

"waalaikumsallam zain. lo dimana?" tanya alif.

"dirumah. kenapa? bukannya seharusnya kak alif masih jam pelajaran ya? kok telepon?"

"tadi gue bolos, lo bisa kerumah sakit Ibu?"

"rumah sakit ibu? itu lumayan jauh, kak alif ngapain disana?"

"tadi gue bolos bareng zeina, gue ajak dia kesuatu tempat tapi tiba-tiba dia pingsan, sekarang kita lagi ada dirumah sakit."

"Apa? oke gue kesana sekarang."

sambungan telepon terputus, alif pun melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruang rawat zeina.

***

seorang gadis dengan wajah pucat dan pakaiannya yang sudah ditukar dengan baju pasien rumah sakit itu masih terbaring tak membuka matanya, seakan ada yang mengganggu dengan mata terpejam gadis itu bergerak tak karuan, kepalanya ia gelengkan kekanan dan kekiri seakan tak nyaman, keringat mulai membanjiri wajahnya dan juga tubuhnya.

"TIDAK!" jerit gadis itu lalu membuka matanya, bersamaan dengan itu alif datang dan langsung berlari.

"Ada apa ze? kenapa?" tanya alif panik. ya, gadis itu adalah zeina yang baru saja sadar setelah mengalami mimpi buruk.
nafasnya terengah-engah, wajahnya kian memucat dan pandangannya kini hanya tertuju pada alif saja.

"kenapa ze?" tanya alif lagi setelah pertanyaan sebelumnya diabaikan oleh zeina.

"gak-gakpapa." sahut zeina gugup.

alif pun duduk ditepi brankar zeina lalu mengusap puncak kepala gadis itu.

"tenang. ada aku." kata alif begitu lembut. zeina menatap alif diam, zeina paham bahwa alif berusaha menenangkannya meski zeina tak memberitahu pria itu apa yang terjadi padanya.

"alif.." panggil zeina lirih.

"emm?" sahut alif hanya berdehem lembut.

"aku mimpi buruk"

Teruntuk Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang