Kejadian yang terulang

741 38 1
                                    

2 bulan berlalu...

seperti yang sudah diketahui zain memutuskan untuk bersekolah disekolah yang sama dengan sang kakak yakni zeina, sudah sebulan yang lalu sejak masuknya murid baru ditahun ajaran baru dan identitas zain sebagai adik zeina pun sudah diketahui seluruh sekolah.
sejak pengenalan murid baru disekolah zain sudah sangat populer meski memang tak bisa dibandingkan dengan alif tapi zain pun memiliki banyak penggemar mulai dari seangkatan hingga para kakak kelas. zeina terkadang jengah, bukan hanya mendapat musuh karna hubungannya dengan alif yang terekspos tapi juga karna ia adalah kakaknya zain tak sedikit siswi lain mendekatinya untuk bertanya prihal zain bahkan juga menitip banyak barang pada zeina untuk diberikan pada zain, zeina sungguh merasa muak.

"Kak ze.."

ingin rasanya zeina kabur tapi sayangnya orang yang memanggilnya 2 kali lebih cepat darinya dan kini sudah berdiri didepannya.

"hai kak!" sapa siswi dengan penampilannya yang seperti kakak kelas hits padahal terlihat jelas bahwa ia masih kelas 10.

"emm hai.." sapa balik zeina terkesan canggung, ia tau tujuan siswi itu mendekatinya.

"kak, boleh titip hadiah ini buat zain gak?" tanya siswi itu, namanya adalah teresa terlihat dari nametagnya.

"kenapa kamu gak kasih sendiri?" tanya zeina sopan.

"aku udah coba tapi zain nya nolak kak."

"kalo gitu berarti dia gak mau sama hadiah yang kamu kasih."

siswi itu terlihat bingung. "tapi ini sepatu mahal kok, barang branded bukan kaleng-kaleng." katanya dengan sombong.

jujur zeina muak, kejadian yang lalu selalu terulang, kenapa ia harus menghadapi nasib seperti ini?

zeina menghela nafas pelan. "gak perduli seberapa tren atau mahalnya sepatu kamu, kalo zain nolak berarti dia punya alasan, aku emang kakaknya tapi aku gak bisa maksa dia nerima barang yang dia sendiri gak mau terima, jadi tolong kamu paham sedikit ya." jelas zeina.

"tapi kak...

"Gak usah maksa bisa?" suara bariton itu sontak membuat zeina menoleh dan siswi itu pun menatap kearah suara.

alif datang dengan wajah datar, satu tangan yang ia masukan kedalam saku celananya lalu mendekat kearah zeina, alif berdiri disamping zeina lalu menatap siswi itu dengan tatapan tajamnya.

"zain udah nolak bahkan kakaknya pun nolak, bisa gak usah maksa?" sinis alif. siswi itu pun menundukkan kepalanya takut, bagaimana tidak? tatapan alif sangat mengintimidasi membuat siapapun yang ditatap nya pasti akan merinding ketakutan.

"iy-iya kak.." gugup siswi itu lalu menatap zeina. "maaf ya kak." lirihnya.

merasa kasihan zeina hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.

"udah sana pergi!" usir alif, siswi itu pun melenggang pergi dari hadapan alif dan juga zeina. begitu siswi itu pergi alif pun menoleh kearah zeina.

"lain kali tolak dengan kasar kalo gak bisa pake cara halus!" ucap alif.

"iya-iya.." sahut zeina. mereka pun mulai melangkahkan kaki menuju kelas mereka, ya kelas mereka.

back to pertama kali masuk sekolah ditahun ajaran baru...

zeina kala itu berangkat sekolah bersama dengan zain, hari ini ia baru akan melihat dimana kelas yang akan ia tempati setelah perjuangannya belajar, ia tak tahu apakah ia akan naik setidaknya satu tingkat lebih baik dari kelas E.

zeina menghampiri mading, zain tak perlu kemading karna memang zain sudah mengetahui dimana kelasnya dan tentu zain berada dikelas A, sedangkan zeina belum tahu dimana kelasnya, saat ia bertanya pada reo atau fia keduanya malah menjawab sama tak tahunya.

Teruntuk Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang