Seorang gadis dengan tatapan kosongnya tengah memandang halaman rumahnya yang dipenuhi dengan beberapa pepohonan kecil juga bunga-bunga indah disana, cuaca sangat cerah disore hari itu tapi tidak secerah perasaannya. wajahnya yang biasanya berseri kini terlihat hampa seperti hidup tanpa nyawa.
kebungkamannya membuat pria yang tengah duduk disampingnya menghela nafas pelan, pria itu tengah memegang piring berisi beberapa irisan buah berusaha memberikannya pada gadis itu."ayo makanlah!" titahnya lembut.
tapi zeina, gadis dengan tatapan kosong itu hanya diam tanpa merespon apapun yang diminta adiknya zain.zain menatap zeina lirih, ia tidak tahu lagi harus bagaimana bisa membuat kakaknya kembali seperti dulu, bagaimana ia bisa membuat zeina kembali ceria seperti zeina biasanya.
"baiklah kalo gak mau makan buah sebaiknya kita masuk, sudah semakin sore dan semakin dingin, ayo!" ajaknya. zain pun bergegas membawa kakaknya kembali masuk kedalam rumah dan menuntun zeina menuju kamarnya.
ketika tiba dikamar zeina, zain pun merebahkan kakaknya itu diranjang miliknya. helaan nafas kembali terdengar dari zain menatap kakaknya yang berbaring namun belum memejamkan matanya."kamu disini aja, nanti begitu makan malam aku bakalan kesini lagi untuk bawa kamu ke meja makan, oke?" titah zain. zeina menatap zain lalu menganggukkan kepalanya pelan.
"kalo gitu aku kekamar dulu, kalo butuh apa-apa panggil aku ya."
dan lagi-lagi zeina hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan adiknya.zain pun keluar dari kamar zeina lalu menutup pintu kamar itu, ia melangkah lunglai menuju dapur untuk mengambil air karna ia merasa sangat haus. disana ia bertemu ibunya yang sedang menyiapkan beberapa bahan untuk memasak makan malam.
"bagaimana kakak kamu?" tanya ira sedikit menoleh kearah zain.
zain berjalan menuju kursi dekat meja makan lalu duduk disana. "masih sama" sahutnya lalu menengguk air yang ia ambil tadi.
ira menghela nafas pasrah. "apa yang harus kita lakukan? ibu benar-benar bingung zain!" lirihnya.
zain menatap sang ibu, ia sendiri juga tidak tahu lagi harus bagaimana.
"ibu sudah memutuskan mengundurkan diri dari rumah mereka, ibu harus segera mencari pekerjaan baru untuk kehidupan kita berikutnya." ucap ira.
"ibu gak usah khawatirkan masalah itu, ibu sebaiknya beristirahat dulu jangan terlalu memaksakan bu, masalah keuangan biar zain pikirkan caranya"
ira sontak menatap zain lalu mendekat kearah putranya itu. "bagaimana bisa ibu tenang, kamu sudah memutuskan untuk pindah jadi ibu harus segera mencari biaya untuk pendaftaran sekolah kamu berikutnya, kita juga harus segera mencari rumah baru menjauh dari kota ini" ucapnya.
"bu aku bisa cuti sekolah dulu kan, lagipula sekarang ini kita harus pikirkan kesehatan kakak dulu dan menjaganya, ibu lebih baik dalam menjaga kakak jadi sebaiknya ibu tetap dirumah biar aku yang usaha mencari uang untuk kebutuhan kita berikutnya" jelas zain.
"tidak zain ibu-
"setidaknya ibu pikirkan kakak, dia sedang menderita sekarang." sela zain lirih.
mendengar itu lantas ira pun terdiam, yang zain katakan memang benar. zeina saat ini pasti sangat membutuhkan sosok ibu yang menemaninya.
"baiklah. tapi berjanjilah pada ibu kamu harus melakukan pekerjaan dengan baik dan jangan terlalu keras memaksa diri kamu"
zain pun mengangguk dan tersenyum tipis. "ibu tenang aja, aku akan menjaga diri aku baik-baik" ucapnya.
"sekarang ibu mau masak, kamu cepat bersihkan diri kamu terus ajak kakak kamu kemari!" titah ira. zain pun mengangguk dan pergi menuju kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...