Angin berhembus melewati seorang gadis yang kini tengah duduk mengayunkan kakinya yang tak berpijak pada tanah karna ia tengah duduk diayunan yang lumayan tinggi.
rambut sebahu yang tergerai berterbangan kala angin terus bertiup membuatnya sedikit berantakan."udah lama?"
suara itu sontak membuat zeina yang tengah menunggu kekasihnya itu mendongak.
zeina tersenyum kala ia melihat pria tampan yang kini berdiri dihadapannya, dengan segera zeina menggelengkan kepalanya sambil mengembangkan senyum manisnya."belum kok." sahutnya.
Alif. pria itu mengangguk mengerti lalu berdiri dibelakang zeina, zeina mengernyitkan dahinya heran melihat alif berdiri dibelakangnya dan tak disangka ternyata alif membantu zeina mengayunkan ayunannya perlahan sedikit membuat zeina terkejut namun tak kalah bahagia.
"jangan kencang-kencang ya." peringatnya. bukan takut, hanya saja zeina ingin menikmati waktu romantisnya bersama alif yang terbilang jarang sejak 1 minggu kejelasan hubungan mereka.
"hem..." hanya itu yang suara yang dikeluarkan alif.
cukup lama tak ada yang membuka suara, zeina menikmati setiap waktu yang ia habiskan dengan alif hingga enggan membuka suara sedangkan alif hanyut dalam pikirannya sendiri.
"lo mau gak ketemu umi sama abi gue?"
kata alif yang terdengar agak ragu, mendengar itu senyum zeina luntur berganti dengan wajah terkejutnya. sontak zeina pun menoleh kearah alif yang kini masih berdiri dibelakangnya.
"ketemu orang tua kamu maksudnya?" tanya zeina.
alif mengangguk. "iya. gue udah kasih tau mereka tentang hubungan kita, umi sama abi gue bilang mereka mau ketemu sama lo."
Diam. zeina tak tau harus mengatakan apa, awalnya zeina berpikir alif tidak akan mengatakan hubungan mereka pada siapapun tapi siapa sangka ternyata alif lebih dulu berani mengungkapkan tentang hubungan mereka pada orang tuanya, zeina saja belum berani berkata jujur pada ibunya.
"tapi bukannya keluarga kamu bakalan menentang hubungan kita?" tanya zeina. sedikit zeina tau tentang keluarga alif apalagi uminya yang notabenenya pernah sekali zeina lihat saat berkunjung kesekolah sebagai pengisi acara dalam acara ulang tahun sekolah jelas sebagai pemilik sekolah, meskipun zeina hanya melihat dari jauh zeina jelas tau bahwa umi alif bukan wanita pada umumnya, umi alif terlihat begitu muslimah berbeda dengan dirinya.
"kenapa lo diam?" tegur alif menatap zeina yang hanya diam sambil melamun entah memikirkan apa.
"Emm.. a-aku takut umi atau abi kamu gak suka sama aku" ucap zeina gugup.
alif menghela nafas kasar, ternyata sedari tadi yang dilamunkan zeina tentang hal itu.
"Makanya lo jangan sampai bertindak bodoh kayak biasanya didepan orang tua gue, jangan malu-maluin gue deh."
zeina mengerucutkan bibirnya kesal, saat ia sedang dalam mode cemas alif bukan menenangkannya malah berkata begitu pedas padanya.
"lo tenang aja. abi sama umi gue gak killer kayak bu desi kok, asal lo ikutin kata-kata gue semua bakal baik-baik aja." celetuk alif. sebenarnya alif juga merasa tak nyaman melihat zeina dengan wajah cemasnya itu, alif tidak mau membebankan pikiran zeina.
"kenapa jadi bawa-bawa bu desi?" tanya zeina heran. bu desi itu adalah guru bahasa indonesia super killer. guru itu mengajar dikelas A,C dan E. terkenal sangat killer karna suka sekali marah, tidak ada 1 hari tanpa amarah dari guru itu meskipun dikelas alif yang terkenal terpatuh dan terkalem mereka pun tak luput dari amarah guru itu, bayangkan saja bagaimana jika dikelas zeina yang tak pernah tenang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...