Satu tahun kemudian....
Zeina berdiri didapur memasak makan siang untuk dirinya sendiri, sejak pindah kerumah baru zeina tidak mengizinkan alif menyewa pembantu selain untuk membantu merapihkan rumah mereka, untuk masalah dapur zeina tak mau ada orang lain yang ikut campur tangan, zeina hanya mau suaminya merasakan masakannya saja bukan masakan orang lain.
Zeina dan alif sudah pindah rumah tepat satu hari setelah pernikahan mereka dan saat ini mereka sudah hidup bahagia dirumah mereka sendiri apalagi sejak kehadiran benih cinta mereka yang kini sedang berada dalam usia dua bulan.
Selesai memasak untuk dirinya zeina pun mendudukkan dirinya dikursi depan meja makan dan memakan makanannya sendiri.
Sejak hamil zeina tidak seperti ibu hamil pada biasanya, memang zeina mengalami mual-mual dipagi hari tapi untuk ngidam sampai sekarang zeina tidak pernah merasakan ngidam apapun.Selama hamil zeina hanya merasakan perubahan pada sikapnya seperti sedikit sensitif kadang menangis dan kadang marah-marahan dan tentu sasaran emosinya itu adalah alif, sang suami.
untunglah alif selalu sabar dengan sifat zeina yang saat ini dalam keadaan tidak stabil."ASSALAMUALAIKUM SAYANG!"
Zeina sontak menoleh kearah suaminya yang kini sedang berjalan kearahnya, alif langsung mengecup puncak kepala zeina lalu beralih keperut zeina dan menciumnya, itu sudah menjadi kebiasaan alif ketika zeina hamil, dan zeina pun mengecup punggung tangan alif.
"Waalaikumsallam. kok udah pulang?" tanya zeina.
"Iya, lagi gak terlalu sibuk. abis rapat aku langsung buru-buru pulang" sahut alif duduk dikursi sebelah zeina.
Alif melihat makanan dipiring zeina, "Kok gak dihabisin?" tanyanya.
"Aku baru mau makan, kamu kenapa gak bilang kalo mau pulang kan aku bisa sekalian masakin, aku cuma masak porsi aku aja"
"Gakpapa sayang aku belum lapar kok, kamu aja makan duluan nanti aku masak sendiri"
"Ih gak bisa gitu dong." kesal zeina membuat alif menatapnya bingung, bisa ditebak hormon kehamilan zeina muncul lagi.
"Biar aku masakin kamu terus kita makan sama-sama, kamu mau makan apa?"
Alif menghela nafas pelan, mau ia mengatakan apapun zeina tidak akan mengalah padanya.
"Telur ceplok aja sayang" sahut alif.
"Cuma telur doang?"
"Iya, aku lagi kepengen itu"
"Yaudah tunggu"
Zeina pun langsung melesat masuk kedalam dapur, alif hanya bisa pasrah. sudah berulang kali ia meminta zeina agar digantikan dengan pembantu untuk urusan memasak selama ia hamil tapi zeina tetap tidak mau hanya dengan alasan ia tak akan membiarkan suaminya makan masakan orang lain.
Jujur saja alif takut terjadi sesuatu pada istri dan calon buah hati mereka jika zeina terlalu kelelahan.Tak lama zeina kembali membawa telor ceplok pesanan sang suami lalu meminta suaminya itu untuk makan bersamanya.
Alif dan zeina pun makan bersama, alif sesekali melirik kearah zeina yang makan dengan lahap, jujur saja sejak kehadiran benih cinta mereka itu alif lebih memperhatikan zeina bahkan sengaja membawa pekerjaannya kerumah demi menjaga istrinya, dan alif selalu mengikuti kelas online dimalam hari.
Alif memang memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya, tapi alif memilih belajar secara online tiap malam setelah ia selesai dengan pekerjaannya.Sejak tahu bahwa zeina tengah hamil ira dan juga zahra selalu memberitahunya bahwa biasanya ibu hamil cenderung menginginkan sesuatu yang tak biasa atau bisa disebut dengan ngidam dan keinginannya itu harus selalu diwujudkan, dan sejak itu alif mempersiapkan dirinya untuk menuruti segala permintaan sang istri tapi entah mengapa, sudah 2 bulan zeina mengandung tapi selain mual-mual dan gampang emosi zeina tidak pernah meminta apapun darinya, dokter juga pernah mengatakan jika kecenderungan ngidamnya ibu hamil ada pada awal kehamilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...